Perumahan Teras Permai di minggu pagi tampak cukup ramai karena lalu lalang pemilik rumah yang berolahraga keliling perumahan. Ada juga yang hanya bersantai di depan teras rumah atau mengobrol dengan tetangga di taman perumahan. Pemandangan ini tak asing bagi Gandhi mengingat dirinya yang sampai berusia 10 tahun tinggal di perumahan ini.
Minggu pagi ini Gandhi memang berencana untuk menghampiri Audy sekaligus bersilaturahmi dengan kakek dan nenek Audy. Sudah hampir 7 tahun lamanya Gandhi tidak pernah bertemu dengan Kakek Arta dan Oma Rima. Terakhir kali mereka bertemu saat acara syukuran rumah baru keluarga Adhitama, namun setelah itu tidak pernah lagi terjalin silaturahmi karena kesibukan masing-masing.
" Pagi Dik, mau cari siapa ? " seorang berusia sekitar 30 tahun dengan sigap membuka pintu gerbang rumah kakek Audy saat Gandhi baru saja memunculkan batang hidungnya di depan gerbang.
" Mau cari Audy "
" Ohh sudah ada janji sebelumnya ? " tanya pria yang membuka gerbang tersebut. Gandhi baru teringat jika ia sudah sangat lama tidak kesana, tentu saja akan aneh jika ia tiba-tiba datang tanpa janji.
" Ohh iya maaf Mas, saya ada kelupaan, maaf ya Mas" tanpa basa basi Gandhi segera membatalkan niatnya untuk bertemu Audy dengan alasaan lupa. Baru saja Gandhi membalik badannya seorang pria berusia sekitar 60 tahun berdiri beberapa langkah darinya.
" Kelupaan apa Gan ? Kamu nggak kangen sama Kakek ? Sampe mau cepet-cepet pulang, belum juga masuk " Kakek Arta alias kakek dari Audy menyambutnya dengan tangan terbuka, dan Gandhi pun refleks tersenyum sambil memeluk Kakek Arta, ia senang karena walaupun sudah sangat lama beliau masih mengingatnya.
" Kakek masih inget aku ya " ujar Gandhi.
" Nggak bakal lupa lah sama yang manjatin tembok samping rumah untuk main di halaman belakang " Kakek Arta mengingat kelakukan Gandhi kecil yang setiap hari tidak pernah absen bermain bahkan kabur kerumahnya tiap kali dimarahi orang tuanya. Gandhi tertawa karena memang benar adanya yang dikatakan Kakek Arta.
" Ayo masuk, bangunin Audy, jam segini dia masih tidur ! " ajak Kakek Arta, Gandhi pun mengikuti dari belakang.
Rumah itu masih sama seperti dahulu, mulai dari furniture sampai penataannya tak ada yang berubah. Tanpa sadar Gandhi berberapa kali tersenyum melihat sudut atau bagian rumah yang memiliki kenangan tersendiri baginya.
" Sana bangunin " Kakek Arta membukakan pintu kamar Audy yang letaknya masih sama dengan yang dulu. Gandhi tampak ragu untuk masuk ke dalam kamar bernuansa earth tonetersebut, bagaimana pun juga mereka bukan anak kecil lagi, akan kurang sopan jika masuk ke kamar seseorang begitu saja.
" Ayo bangunin ! udah jam 8 ini ! lihat tuh masih nyenyak banget tidurnya, ntar kita sarapan bareng, kakek tunggu " ucap Kakek Arta kemudian meninggalkan Gandhi.
Gandhi melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Audy. Diatas tempat tidur dengan sprei berwarna orange, Audy tampak sedang berada di dalam alam mimpinya.
" Au " Gandhi mencolek lengan kiri Audy yang tidak tertutup selimut. Tidak ada reaksi, Gandhi mencoba untuk menepuk lengan Audy beberapa kali.
" Au bangun "
" Au udah siang "
" Audy ! " Gandhi mengeraskan volume suaranya, namun Audy masih tak bergeming.
" Audy banguuuunnn !!! " Gandhi semakin memperbesar volume suaranya dan menepuk-nepuk lengan Audy keras.
" 5 menit lagi ! " sahut Audy kemudian merubah posisi tidurnya.
" Ini udah siang Au, gila lo kebo amat sih ! "
KAMU SEDANG MEMBACA
MERCUSUAR
Teen FictionPutus, lima huruf yang mampu mengakhiri hubungan dengan segala kenangan yang pernah terjadi. Tak peduli berapa lama pun hubungan terjalin, jika kata putus sudah terucap, maka semua tidak akan sama lagi. Patah hati adalah salah satu dampak dari kata...