Chapter 16// Dari Lukisan jatuh ke Hati

453 51 18
                                    

ANNYEONG 🖐🏻 masih semangat nunggu author yang ngaret ini? HEHE. thank you yaa kalian, author sayang banget 🤍

btw, buat cerita (Im)Perfect WITHout You yang author buat juga, tungguin aja yaa! nanti author bakal upload setelah cerita ini, mungkin lusa (In Syaa Allah).

thank you buat kalian yang sudah menyarankan visual versi korea buat cerita sebelah. akhirnya author dapet visualnya hehehehe tjakep bgt dah :(

btw, skuy lanjut......

✈️

"katanya, cinta itu mendekatkan kita pada ketenangan. dia bisa buat gue tenang, apa dia itu cinta?" --- Samuel Cipta Herma

✈️

Hari Senin memang sudah tidak diragukan lagi bahwa memang menjadi hari paling malas untuk seluruh umat manusia melakukan aktivitas.

Namun, tidak pada Lyodra. Hari ini semangatnya membara karena ia sudah selesai menepati janji Samuel untuk membuatkan lukisan. Hanya tinggal memberikan pada Samuel saja. Ia penasaran apa reaksi Samuel ketika melihat lukisannya. hmm

Nuca menuruni anak tangga dan sedikit terkejut melihat Lyodra membawa lukisan yang sangat indah.

"lukisan buat siapa? mau dibawa?" tanya Nuca penasaran

Lyodra mengangguk.

"buat siapa? karin? ziva? keisya? atau jangan-jangan buat samuel?"

Lyodra tersenyum,

"ada deh" katanya.

Nuca mengaitkan kedua alisnya. "tumben hari senin semangat banget. kayak lagi jatuh cinta,"

Lyodra memukul meja makan pelan. "giliran males diomelin, giliran semangat dibilang lagi jatuh cinta. apasih kak nuc,"

Nuca tertawa.

Dari ujung tangga dekat ruang makan terlihat Permata dan Pratama hendak menghampiri Nuca dan Lyodra. Ya! Mereka akan melakukan rutinitas sarapan bersama.

"anak-anak papa sudah rapi. cantik dan ganteng," puji Pratama pada kedua anaknya.

Nuca tersenyum,

"kan keturunannya dokter pratama dan dokter permata," katanya sambil tertawa kecil.

Lyodra pun ikut tertawa.

Permata menurunkan pandangannya pada lukisan indah itu. "lukisan kamu sayang?"

Lyodra mengangguk.

"anak papa yang cantik ini memang selalu pandai dibidang seni,"

"Makasih pa," Lyodra tersenyum.

"tapi, buat apa ini? mau dibawa ke sekolah?" tanya Permata

"iya ma. aku mau bawa ke sekolah,"

Permata mengangguk. Ia tidak lanjut menanyakannya karena takut itu hal yang privasi untuk Lyodra.

"yasudah, kita sarapan dulu. ini kamu yang buat ma? (sambil menunjuk lele pecak). wah! sudah lama ga makan lele pecak semenjak pindah kesini," ucap Pratama yang sangat antusias untuk sarapan lele pecak.

Pesawat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang