netra cantik itu mengerjap dengan perlahan ketika cahaya menerobos masuk keretina matanya. setelah dirasa sudah mulai terbiasa ia pun mencoba untuk mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan tempat ia terbaring saat ini.
tak berapa lama kemudian pintu yang semula tertutup kini terbuka lebar dan menampilkan wanita paruh baya yang sangat ia kenali.
ceklek
"loh bima? kamu udah sadar nak?"
bima tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
wanita itu pun kini mendekat kearah bankar tempat bima berbaring lalu duduk dikursi yang ada disamping bankar.
"gimana, udah enakan belum kepalanya? atau masih sakit?"
bukannya menjawab bima justru membawa tangan bunda kedalam genggamannya.
"bunda habis nangis ya?"
wanita itu sekilas nampak tersentak kaget lalu buru-buru menormalkan raut wajahnya. "ah engga kok, bunda ngga habis nangis"
"bunda itu kalo bohong langsung ketauan loh"
didetik itu juga bunda langsung menangis dihadapan sang anak. bima lalu mengubah posisinya yang semula berbaring lalu duduk diatas bankar sembari membawa sang bunda pada dekapan hangatnya.
"bunda nangis pasti gara-gara bima kan?"
tak ada jawaban karna sang bunda masih menangis tersedu-sedu didalam pelukan bima.
"udah, jangan nangis lagi ya? bima ngga bisa liat bundanya bima nangis kaya gini"
sang bunda lalu melepas pelukan mereka lalu mengusap wajahnya yang dipenuhi oleh deraian airmata dengan kekehan kecil yang menyertainya.
"iya bunda ngga akan nangis lagi kok" ujar sang bunda sembari memaksakan senyumannya.
bunda bima lalu kembali memeluk sang anak, sembari sesekali membubuhi kecupan-kecupan hangat dipucuk kepala bima.
"bunda"
"iya nak?"
"bima kenapa?"
deg
bunda memalingkan wajahnya dari sang anak, tak kuasa untuk memberitahukan suatu hal yang akan menghancurkan hati kecil putra kesayangannya.
"bima baca ini aja ya, nanti bima pasti bakal tau sendiri."
bunda menyodorkan secarik kertas pada bima. mulanya bima ragu dan takut untuk membaca untaian kalimat per kalimat yang tertera dikertas tersebut, namun rasa penasarannya jauh lebih besar.
bima lalu memberanikan diri membacanya, sesekali melihat kearah sang bunda yang sedang menahan tangisnya. ada apa? memangnya apa yang terjadi? bima yakin bahwa dirinya hanya kelelahan saja, namun kenapa bundanya sampai se'sedih itu?
bima lalu melanjutkan untuk membaca tulisan-tulisan tersebut dan akhirnya ia pun ikut meneteskan airmata ketika mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.
bima menatap kosong kertas itu mengabaikan sang bunda yang sudah menangis histeris karna melihat kondisi menyedihkannya.
sang ayah yang semula menunggu diluar kini masuk keruangan itu dengan tergesa. matanya juga terlihat seperti habis menangis.
ayah bima lalu langsung memeluk bundanya dan juga memandang bima dengan tatapan sendu.
"bunda, jadi sebentar lagi bima bakal mati ya?" lirih bima.
______________________________
Nama : Arbima Beomgyu Rahadian
Usia : 17 tahun
Diagnosis : Mengidap Kanker Otak stadium akhir_______________________________
dan yah, aku yakin. kalian pasti bakal tau endingnya kaya gimana
😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka [TAEGYU]
Fanfiction❝ Karena mu aku bisa belajar, bagaimana indahnya dicintai dan juga bagaimana perihnya kehilangan. ❞ taegyu lokal au! bxb taehyun; dom beomgyu; sub tw// MCD ⚠️ start: 18-06-21 finish: 08-07-21 status: [completed] story by gyuuluvraann