🍁07🍁

853 69 1
                                    

Reyhan terjaga dalam tidurnya, Ia menatap istrinya yang sangat lelap dalam tidurnya. Sedikit sendu menatap wajah sayu Nafisa, jujur waktu itu hatinya sakit kala menampar istrinya. Ia mencintai Nafisa dan Ia juga membenci Nafisa. Dendam itu masih ada dalam dirinya, menguasai separuh emosinya.

"Haruskah aku melupakan dendam itu? keluargamu sudah merenggut kebahagiaan keluargaku. Papa dan mama meninggal karena papamu Nafisa." gumam Reyhan lirih.

Reyhan keluar dari kamar menuju ruang kerjanya, Ia mulai mengecek dokumen yang di berikan oleh Yessi sore tadi untuk meeting esok hari. Satu jam sudah Reyhan berada di ruang kerjanya hingga membuat pria itu tertidur dengan tangan diatas meja.

Disisi lain, tepat pukul 4 Nafisa terbangun dari tidurnya, Ia tak mendapati suaminya.

"Mas Rey kemana ya?" gumamnya pelan.

Nafisa belum terlalu hafal akan ruangan di rumah besar ini, yang Ia tau hanya kamarnya dan dapur.

Ia beranjak dari ranjang, Ia keluar kamar dan mulai mencari suaminya. Nafisa masuk ke kamar yang berada tepat dikamarnya.

Nafisa tersenyum tipis, ternyata suaminya tertidur pulas dengan posisi yang Ia yakin menyakitkan. Ia mengelus pelan kepala suaminya, menatapnya penuh kasih sayang. Ia hanya bisa berharap jika rumah tangganya akan baik-baik saja.  Ia tidak ingin mengingat hal yang membuatnya sakit, melupakan dan tersenyum ke depan seolah bahagianya di depan mata.

***
Setelah mandi dan sholat subuh, Nafisa menuju dapur guna memasak. Ia membuka lemari es dan menemukan beberapa sayuran, sosis, daging ayam.

"Sepertinya memasak capjai tidak buruk untuk sarapan." Gumamnya.

"Udah bangung Fisa?" Tanya Reyna pada adik iparnya.

"Iya kak, ini aku lagi masak capjai. Kakak suka nggak?" Tanya Nafisa lembut.

"Suka kok, ya udah kakak bantu." Ujar Reyna.

Nafisa melirik jam dinding, sudah menunjukkan pukul 05.30 , sudah saatnya Ia menyiapkan baju kerja untuk sang suami.

"Kak, aku ke kamar dulu ya. Aku mau nyiapin baju buat mas Rey." Ucap Nafisa dan diangguki oleh Reyna.

"Kamu beruntung memiliki Nafisa Rey." Batin Reyna.

Di kamar, Nafisa mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, hal itu menandakan jika suaminya tengah mandi. Nafisa mengambil satu stell baju kerja suaminya dan meletakkannya di pinggir ranjang.

'ceklek'

Reyhan keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan pada tubuh bawahnya. Hal tersebut membuat Nafisa menunduk dan memerah pipinya.

Reyhan tersenyum jahil pada istrinya. "Kamu kenapa?" Tanya Reyhan.

"Nggak mas." Jawab Nafisa yang masih menunduk.

"Aku ke dapur dulu ya, bantu kak Reyna siapin sarapan." Ucap Nafisa yang langsung keluar dari kamar.

Reyhan tersenyum singkat menatap punggung Nafisa yang sudah menghilang dari kamar.

Di dapur,  Nafisa dan Reyna mulai menata masakannya di meja makan.

"Alif biasanya bangun jam berapa kak?" Tanya Nafisa seraya meletakkan piring di meja.

"Dia kadang bangun jam 7 kalau nggak setengah 8. Nggak nentu." Jawab Reyna.

"Btw, kamu juga ke kantor kan? Kok gak siap-siap?" Tanya Reyna.

"Iya kak, nanti kalau mas Rey udah berangkat." Jawab Nafisa lirih.

"Kamu wanita baik Nafisa, semoga mata hati Rey terbuka." Batin Reyna sesak.

Dendam PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang