🍁04🍁

1.3K 104 5
                                    

Ada yang menunggu cerita ini?

Selamat menikmati✨

Reyna duduk termenung menatap adik semata wayangnya. Haruskah Ia melamar Nafisa untuk Reyhan? Sungguh, Ia tidak ingin jika Nafisa sebagai alat balas dendam Reyhan karena kesalahan masa lalu.

"Kamu yakin Rey?" tanya Reyna menatap sendu Reyhan.

Reyhan mengangguk pasti pada kakaknya. Karena apa yang diinginkan harus terwujud meskipun kelak akan menyakiti Nafisa.

"Semoga kamu tidak akan menyesal. Dan ingat baik-baik ucapan kakak Rey." ujar Reyna dan beranjak dari sana, ibu satu anak itu menuju mobil karena sudah ditunggu anak dan suaminya.

Seperginya Reyna, Reyhan terdiam beberapa saat. Ucapan kakaknya begitu mengganggu pikirannya, karena dalah hidupnya tidak ada yang namanya menyesal. Yahh, Ia sudah memikirkan ini dengan baik. Ia tak akan mencintai Nafisa dan jikalau Ia mencintai Nafisa pasti Ia akan menghapus rasa itu. Karena tujuannya menikahi Nafisa adalah balas dendam bukan untuk mencinta.

"Ma, Pa dendam ini untuk kalian." gumam Reyhan pelan.

Di sisi lain, Nafisa nampak bersiap dengan pakaian terbaiknya. Sepulang dari taman tadi, Nafisa segera memberi tahu kepada papanya jika malam ini akan ada seorang pria yang melamarnya.  Awalnya Fatan nampak sedikit kaget, Ia tak menyangka jika putrinya akan segera dilamar oleh seorang pria.

"Cantik banget sih lo." ucap Neera menatap Nafisa dengan kagum.

"Make up by Neera." jawab Nafisa.

"Nggak, tapi lo malam ini benar-benar cantik." ucap Neera.

"Hm, btw bi Arni tadi sudah selesai menyiapkan hidangannya?" tanya Nafisa.

"Udah, lo tenang saja. Waktu pesanan lo datang tadi, bi Arni langsung nyiapin kok." jawab Neera, pasalnya gadis itu tahu kala bi Arni menyiapkannya.

***

"Silakan masuk semuanya...." ucap bi Arni.

Pria paruh baya itu duduk di kursi roda dengan tenang, Ia menatap pria muda tampan itu. "Inikah pria yang akan melamar putriku?" batinnya.
Fatan tersenyum tipis menyambut keluarga itu.

"Silakan duduk." ucap Fatan.

Reyhan, Reyna, Ansen dan Valdo duduk. Kini Reyna tengah berbicara serius dengan Ayah dari Nafisa.

"Bagaimana pak?" tanya Reyna.

"Jawabannya ada pada putriku." jawab Fatan.

Tak lama kemudian, Nafisa dan Neera menuruni anak tangga satu persatu dan mulai gabung di ruang tamu.

Reyhan nampak menatap kagum kearah Nafisa, sungguh dia benar-benar cantik malam ini. Bukan malam ini saja, bahkan dengan tampilan sederhananya Nafisa sudah sangat cantik.

"Nak, kedatangan keluarga Reyhan kesini untuk melamar kamu. Apakah kamu menerima Reyhan untuk menjadi suami kamu?" tanya Fatan lembut.

Nafisa menatap satu persatu orang yang berada di sana. Mata Reyhan menjadi objek terakhir tatapannya.

"Bismillah, Nafisa menerimanya." jawab gadis itu tersenyum.

Reyhan tersenyum senang mendengar jawaban Nafisa. Satu langkah lagi, batin Reyhan bersorak.

Reyna memeluk Nafisa dengan erat, ingin rasanya ibu satu anak itu berteriak pada adiknya. "Semoga kamu kuat dan bisa menghadapi segala cobaan hidup, Nafisa." batin Reyna sendu.

"Mari kita menikmati hidangan yang sudah disiapkan." ujar Neera.

Fatan dan keluarga Reyna tengah berbincang tentang menentukan tanggal pernikahan untuk Reyhan dan Nafisa.

Dendam PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang