Ada yang nunggu ga sih?
Happy reading and enjoy ✨
Reyhan terlambat bangun, ini sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB. Dengan cepat Rey melesat ke kamar mandi, setelah mandipun Ia masih harus menyiapkan pakaian kantornya. Pagi ini dirinya benar-benar keteteran. Rey memasang dasinya dengan menatap cermin, seketika Ia tercenung. Jika biasanya di pagi hari semua sudah siap, itu karena Nafisa. Tapi sekarang? Bahkan sepertinya kakaknya juga sangat marah pada Reyhan, dulu sewaktu Rey belum menikah, Reyna yang selalu membantu menyiapkan keperluan Reyhan di pagi hari.
Reyhan turun dari kamarnya, Ia melihat Reyna yang fokus dengan laptopnya di ruang tamu. Reyhan mendekat untuk berpamitan pada kakaknya.
"Kak, Rey berangkat dulu." Reyhan mengulurkan tangannya untuk bersalaman pada kakaknya.
Reyna menatap sinis tangan adik laki-lakinya itu, tak ada jawaban. Reyna kembali fokus pada pekerjaannya.
"Kak?"
Masih tidak ada jawaban. Rey pergi dengan raut wajah geramnya.
"Kesalahan kamu fatal Rey!" Gumam Reyna sedih. Ini memang bukan kapasitasnya untuk ikut campur, tapi apa yang dilakukan Reyhan sangatlah fatal.
Namun setidaknya Reyna sedikit lega jika Nafisa baik-baik saja, bahkan tadi pagi Nafisa memberi kabar padanya.
"Saya janji, saya tidak akan membiarkan kamu terluka Nafisa. Kamu akan baik-baik saja." Ucap Reyna tersenyum tipis.
Berbeda dengan Reyhan, pria itu memukul setir mobilnya keras, meluapkan segala emosi dalam dirinya. Kakaknya marah padanya, membuat separuh jiwanya lemah. Reyna tidak pernah semarah ini pada dirinya, Ia adalah kesayangan Reyna.
"Maaf kak, Rey harus melakukannya." Ucapnya.
"Aku hanya ingin Tua bangka itu mati! Biar semuanya impas." Ucapnya lagi.
***
Nafisa hari ini tidak pergi ke kantor, keadaan Fatan tiba-tiba saja drop. Penyakit jantung yang tidak pernah kambuh, kini kembali menyerang Fatan. Sedih. Nafisa sangat sedih dengan keadaan sang papa.Setelah diperiksa oleh dokter keluarga, Fatan hanya membutuhkan waktu istirahat lebih.
"Papa kamu hanya syok Nafisa. In Syaa Allah sebentar lagi akan siuman." Ucap dokter Danu.
"Terima kasih dok." Ucap Nafisa sopan.
"Sama-sama, ini resep obat untuk papa kamu. Segera kamu tebus di apotek."
"Baik dok, sekali lagi terima kasih."
Nafisa akan segera ke apotek untuk menebus obat papanya. Ia meminta bi Arni untuk menjaga papanya.
"Pak Andi?" Sapa Nafisa sopan.
"Bu Nafisa. Menebus obat bu?" Tanya pak Andi tersenyum.
"Iya pak, saya menebus obat papa saya. Bapak sendiri?" Tanya Nafisa balik.
"Hanya membeli beberapa vitamin bu. " Jawab pak Andi.
Nafisa kembali kerumahnya dengan obat untuk sang papa, Nafisa beranjak ke dapur untuk membuat bubur untuk papanya.
"Biar saya saja non, non jaga bapak saja." Ucap bi Arni.
"Bentar lagi selesai kok bi, biar aku saja." Ucap Nafisa.
Setelah selesai membuat bubur, Nafisa langsung menemui papanya.
"Habis ini minum obat ya pa, Nafisa ga bisa lihat papa kaya gini." Ucap Nafisa menitikkan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Pernikahan
RomancePernikahan karena dendam masalalu, membuat Nafisa terjebak dalam pelik rumah tangga menyakitkan bersama Reyhan. Sanggupkah Nafisa menghadapinya?