✨Happy reading✨
Nafisa masuk ke kamarnya dengan air mata yang masih mengalir, hatinya benar-benar remuk rasanya. Reyhan memang berbeda dengan pria di luar sana, jika biasanya perselingkuhan ditutup rapat-rapat maka kali ini berbeda, perselingkuhan yang di umumkan dengan bangganya. Nafisa menatap pantulan dirinya di cermin, matanya sudah sembab menangisi pria seperti Rey.
"Cih, masih saja nangis!" Ucap Rey kala memasuki kamar dan melihat istrinya masih menangis.
Nafisa mengusap pelan air matanya, lalu berbalik menatap aktifitas suaminya yang membuka kemejanya. Miris sekali, hal seperti ini masih bisa dibercandakan oleh Reyhan.
"Kamu pilih aku atau pilih Alexa?" Tanya Nafisa dengan sorot mata yang menatap dalam suaminya.
"_"
Tidak ada jawaban dari Reyhan, pria itu justru menatap Nafisa. Ia tahu jika istrinya sangatlah sakit akan perlakuannya.
"Jawab mas! Kenapa diam? Atau kurang jelas pertanyaan ku?" Cecar Nafisa.
Reyhan tersenyum miring menatap istrinya. "Jika aku memilih Alexa, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Reyhan terkekeh.
"Mungkin aku mundur, karena aku tidak ingin terjebak dalam pernikahan menyakitkan seperti ini." Jawab Nafisa tegas. Ia bukan wanita lemah yang akan diam saja jika ditindas seperti ini.
"Benarkah? Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi Nafisa!" Ujar Rey mendekat pada Nafisa.
"Egois sekali kamu. Serakah!" Ucap Nafisa marah.
Nafisa menuju lemari lalu mengeluarkan beberapa gamis miliknya dan memasukkannya dalam koper.
"Mau kemana kamu?" Tanya Reyhan berteriak.
"Mungkin aku menenangkan diri, semoga aku bisa tenang dan kuat melihat kamu seperti ini!" Ucap Nafisa.
"Aku nggak mengizinkan kamu pergi!" Rey merebut koper berwarna lilac itu.
"Aku tidak meminta izin pada kamu!" Ucap Nafisa seraya mengambil paksa koper itu.
"Assalamualaikum!" Ucap Nafisa.
***
"Non Fisa, masuk non" ucap bi Arni cemas, pasalnya wanita paruh baya itu melihat Nafisa membawa koper."Papa sudah tidur bi?" Tanya Nafisa duduk sofa.
"Bapak sudah tidur non." Jawab bi Arni seadanya.
"Nafisa tidur dulu ya bi, Nafisa lelah." Ucap Nafisa lirih seraya bernjak dari sofa dengan menggeret koper ke kamarnya.
Nafisa memasuki kamarnya dan duduk di pinggiran ranjang lalu menatap foto pernikahan yang menempel rapi di dinding, kebahagiaan yang terpancar disana. Ia tersenyum miris, seperti inikah akhirnya? Mungkinkah ini akhir dari semua ceritanya?
Nafisa menuju balkon, Ia mendongak ke langit malam yang hitam dengan taburan gemerlap bintang. Nafisa meringis, teringat akan masa kecilnya jika Ia bertanya tentang mamanya dan papanya akan menjawab mamamu ada disalah satu bintang, dan bintang yang paling berkilau itu adalah mama.
"Ma, Nafisa kangen." Ujarnya lirih.
Ingin rasanya Nafisa seperti dulu, sebelum bertemu dengan Reyhan. Kadang orang berbicara cinta itu indah, namun tidak berlaku untuk dirinya, katanya pernikahan adalah kehangatan dalam rumah tangga, tetapi rumah tangganya terlalu dingin dan sulit menggapai kehangatan itu. Benar kata orang, jika seorang pria mapan tidak cukup hanya dengan satu wanita. Nafisa menghela nafasnya pelan lalu tersnyum miris.
***
Nafisa berkutat di dapur ditemani oleh bi Arni. Menu sarapan pagi ini Nafisa memasak telur balado, makanan kesukaan sang papa. Tidak lupa juga Nafisa memasak sayur sop untuk papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Pernikahan
Storie d'amorePernikahan karena dendam masalalu, membuat Nafisa terjebak dalam pelik rumah tangga menyakitkan bersama Reyhan. Sanggupkah Nafisa menghadapinya?