🍁01🍁

3.2K 136 4
                                    

Selamat membaca❤

Tandai typonya ya guysssss

Gadis cantik itu tengah berkutat dengan dokumennya, gadis berusia 23 tahun itu sangat sibuk dengan aktivitas kantornya. Gadis itu bernama Nafisa Az-Zahra Putri, Ia adalah anak tunggal dari Fatan Pratama, pemilik dari Pratama Group yang kini di kelola oleh Nafisa. Pratama Group sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan.

"Alhamdulillah, selesai juga." ucap Nafisa dengan menghembuskan napasnya pelan.

Ia keluar dari ruangannya, Ia sudah di tunggu oleh Neera, sahabat sekaligus sekretarisnya.

"Kantin yuk Neer!" ajak Nafisa menyunggingkan senyumnya.

"Hayukk, dari tadi aku nunggu kamu tahu!" ucap Nerra memutar bola matanya.

Mereka berdua menuju kantin dan kini mereka sudah duduk di bangku yang tersedia.

"Lo kenapa sih Neer? cemberut mulu dari tadi? pms ya?" tanya Nafisa seraya membenarkan jilbabnya.

"Udah dua hari Bayu gak ada kabar Fis, gue males banget. Ga semangat tahu!" balas Neera malas.

Nafisa menghembuskan napasnya pelan, lalu tersenyum tipis. "Gitu saja galau." balas Nafisa.

"Lo gak punya pacar sih, coba kalau lo punya, lo pasti bakalan ngrasain apa yang gue rasakan." balas Nerra menatap sahabatnya.

"Gak pengen ngrasai dan gak mau ngrasain. Lo tahukan? kalau gue...."

"Iya, gue tahu kalau lo maunya langsung nikah dan pacaran setelah nikah." potong Neera cepat.

"Itu tahu, syahdu banget kan?" ucap Nafisa.

Nafisa dan Neera tengah menikmati santapan siangnya. Setengah hari berkutat dengan berkas ternyata membuat perut mereka keroncongan.

***
"Papa." ucap Nafisa memeluk papanya dari belakang dengan sumeringah.

"Anak papa udah pulang. Capek nak?" tanya pria paruh baya itu.

"Nggak kok pa. Oh iya, Fisa bawa salad buah untuk papa." ucap Nafisa menatap papanya.

Kadang Nafisa sedih melihat papanya yang hanya duduk di kursi roda. Sejak kecelakaan dua tahun lalu membuat Fatan lumpuh permanen.

"Terima kasih ya nak." balas Fatan.

"Bi Arni, tolong ambilkan sendok." ujar Nafisa berteriak, namun tidak kencang.

"Iya mbak." sahut bi Arni dari belakang.

Nafisa selalu berharap ada keajaiban dari Allah akan kesembuhan sang papa. Ia sangat menyayangi papanya, Ia tak mau jika papanya pergi. Cukup mamanya yang pergi mengahadap Ilahi. Ia hanya ingin membuat senyum papanya tak pernah luntur dari wajahnya yang mulai keriput itu.

***
Bruk!
Buku yang dibawa oleh Nafisa jatuh tercecer.

"Maaf, saya tidak sengaja." ucap pria itu tidak enak seraya membantu memunguti buku Nafisa yang jatuh.

"Terima kasih." ucap Nafisa menunduk.

Reyhan menatap gadis berhijab di depannya, gadis itu enggan menatapnya. Bukankah dirinya sangat tampan? tapi mengapa gadis di depannya tidak meliriknya sama sekali.

"Permisi." ucap Nafisa beranjak dari sana.

Reyhan mencekal halus pergelangan tangan Nafisa, membuat gadis itu mengibaskan tangannya agar tangan pria itu terlepas.

"Maaf." ucap Reyhan.

"Perkenalkan, saya Reyhan. Nama kamu siapa?" tanya Reyhan dengan mengulurkan tangannya.

Dendam PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang