STWIM 🌺 : 06

945 127 8
                                    

Satu bulan pernikahan Minho dan Chan berlalu. Hubungan mereka masih seperti itu, hanya ada kecanggungan dalam hati Minho. Tapi untung saja Chan tidak begitu.

"Minho bagaimana keadaan mu?" Tanya Chan saat pulang dari bekerja. Minho menoleh ke arah pria itu.

"Aku baik-baik saja" jawab pria itu singkat.

"Kau mau menemani ku ke pesta pertunangan teman ku?" Tanya Chan. Minho agak terdiam mendengarnya, dia memikirkan pasti di sana sangat ramai. Bagaimana jika ada yang mengenalinya.

"Jika kau tidak bisa, tak masalah aku akan pergi sendirian" kata Chan melihat Minho yang gelisah.

"Aku akan ikut" ujar Minho walaupun agak takut, tapi dia harus menemani suaminya, itu sudah menjadi kewajibannya sekarang.

°

Di sana sangat ramai, lebih ramai dari yang Minho bayangkan. Tapi untung saja di sana semua tamu memakai topeng jadi Minho agak lega.

Pria itu berjalan di belakang Bang Chan, untung saja di sana tak ada orang yang Minho kenal.

"Minho" Chan memegang tangan pria manis itu. Minho mengambilnya dengan ragu.

"Jangan jauh-jauh dari ku" bisik Chan. Minho mengangguk lalu kembali memerhatikan sekeliling.

Acara pernikahan itu sangat meriah, sudah hampir dua jam mereka di sana. Minho sebenarnya sudah agak tidak enak badan. Apalagi saat makan kue, dia merasa mual dengan krim kuenya.

"Tuan Bang aku ingin pergi ke kamar mandi" kata Minho pada suaminya.

"Baiklah aku akan mengantar mu" kata Chan. Namun dia menolak saat sang calon pengantin pria mendekat ke arah mereka dan menyapa Chan.

"Aku kira kau tak akan datang" ujar pria itu.

"Apa yang kau katakan ini pertunangan sahabatku" ujar Chan memeluk pria itu.

"Di mana dia? Aku dengar kau sudah menikah . Sial kenapa kau tak mengundang ku" jelas pria itu kesal. Chan terkekeh mendengarnya.

"Dia sedang ke kamar mandi sekarang dan masalah undang mengundang, aku benar-benar minta maaf. Pernikahan ku diadakan mendadak sekali jadi tidak bisa mengundang banyak orang" jelas pria Bang itu.

"Changbin!!" Panggil tamu lain pada pria itu. Pria yang bernama Changbin itu menoleh dan melambai.

"Nikmati pestanya kawan" ujar pria itu. Chan menganguk, lalu pria itu pergi.

Di sisi lain, Minho mengeluarkan semua isi perutnya di sana. Saat itu dia benar-benar merasa tidak enak, dan ingin pulang saja. Setelah itu Minho memutuskan kembali ke pesta. Tapi saat keluar dari sana, Minho tak sengaja menabrak seseorang.

"Maafkan aku" kata Minho.

"Minho? Kau!" Orang itu menujuk ke arah Minho.

"Hyung kenapa kau di sini?" Tanya Minho saat melihat Minhyuk. Kenapa di saat seperti ini dia bertemu dengan pria itu.

Minho spontan memegang perut buncitnya saat pria itu memandangi dirinya.

"Jangan sentuh" ujar Minho saat pria itu ingin menyentuhnya. Pria manis itu lalu melangkah keluar dari sana. Tapi tangannya dipegang oleh Minhyuk.

"Kau sudah melupakan aku?" Tanya pria itu. Minho terdiam, dia berusaha untuk melepaskan pria itu.

"Lepas Hyung" ujar Minho tapi Minhyuk malah semakin mengeratkannya.

Minho ingin menangis, hatinya benar-benar sakit saat melihat pria itu. Ayah dari anaknya.

Tapi mata Minho berbinar saat melihat Chan datang ke sana dengan wajah datar dan dinginnya.

"Lepaskan dia!" Chan melepaskan tangan Minhyuk dengan paksa. Terlihat senyuman miring dari Minhyuk pada Chan. Minho diam di punggung suaminya itu, dia benar-benar sangat ketakutan saat ini.

"Ternyata benar kau menikah daddy-daddy Minho. Aku kira kau tidak akan pernah melupakan aku" ujar Minhyuk. Chan mengepalkan tangannya mendengar itu.

"Tolong siapapun dirimu, jangan ganggu kami" kata Chan. Saat itu dia tak ingin bertengkar dengan seseorang.

"Baiklah paman, silahkan pulang!" Kata Minhyuk meremehkan Chan. Dengan cepat Chan memukul pipi pria itu.

"Pria brengsek seperti mu harus mendapatkan pelajaran" ujar Chan setelah berhasil membuat Minhyuk babak belur. Setelah mengatakan itu Chan mengajak Minho pergi dari sana.

°

Minho masih mengingat kejadian di pesta tadi, tangannya masih gemetar. Chan langsung membawanya pulang tanpa melanjutkan pesta di sana. Di perjalanan suasana juga sangat hening, Chan hanya diam begitu juga dengan Minho.

Sampai di rumah pun Chan langsung pergi ke kamar mandi tanpa mengatakan apapun. Saat itu Minho sedang mengganti pakaiannya, dia menahan tangisannya sejak dari tadi tapi sangat susah.

Butiran bening itu lolos saat Minho tak sengaja melihat dirinya di cermin. Melihat betapa buruk dan hina nya dia sekarang . Bagaimana bisa dulu dia percaya dengan orang seperti Minhyuk yang sama sekali tak punya tanggung jawab.

"Minho apa yang kau lakukan?" Mendengar suara itu Minho langsung mengusap air matanya dan pergi dari cermin dan pura-pura menyusun baju dia lemari.

Chan yang baru selesai mandi mendekat ke sana untuk mengambil pakaian. Minho berusaha menghindari kontak mata dengan Chan.

"Kau menangis?" Tanya Chan, Minho menggeleng lalu dia menjauh dari Chan. Chan menarik pria itu, dia membuat Minho akhirnya menangis. Lalu Chan mendekap pria itu ke dalam pelukannya.

"Menangislah Minho aku akan di sini" ujar Chan sambil mengusap punggung pria itu. Minho benar-benar menangis dalam pelukan pria itu.

"Kau bisa ceritakan masalahmu pada ku Minho" ujar Chan lagi. Minho menganguk lalu kembali mengeratkan pelukannya pada Chan.

Chan menenangkan Minho yang masih tersengal-sengal. Lalu Chan mulai menyadari jika pria itu sudah terlelap dalam pelukannya. Dia langsung menggendong Minho dan membawanya ke kasur.

Mata lebam itu dapat Chan lihat dengan jelas. Dia ingin merabanya, tapi jika Minho tahu dia menyentuhnya tanpa izin hal itu akan menjadi masalah nanti. Chan mengurungkan niatnya untuk itu dan mengambil selimut lalu menutupi tubuh Minho.

°°°

Saat Minho tengah memasak di dapur tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Pria manis itu mematikan kompor dan berjalan dengan hati-hati ke sana.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Minho saat melihat wanita paruh baya itu berada di depan pintu. Wanita itu nampak gaya dan modis.

"Kau Lee Minho?" Tanya pria itu sambil menatap ke arah Minho.

"Iya benar, anda?" Tanya Minho dengan sopan.

"Aku ibunya Chan, di mana dia?" Tanya wanita langsung menerobos masuk ke dalam.

Minho membuntuti wanita itu, seperti sudah dianggap rumah sendiri wanita itu duduk dengan gaya di sofa itu.

"Tuan Bang sedang bekerja" ujar Minho. Wanita itu tersenyum sinis melihat penampilan pria itu.

"Kenapa anak tunggal ku, mau menikah dengan pria yang sudah berbadan dua seperti mu dan yang lebih jelek nya anak itu bukan anaknya. Apa yang keluarga mu berikan pada nya?" Tiba-tiba wanita itu mengatakan itu membuat Minho hanya diam.

"Nyonya ingin minum apa?" Tanya Minho berusaha untuk menghormati ibu mertua nya itu.

"Kau nampak lebih cocok menjadi seorang pembantu dari pada istrinya" kembali wanita itu menyindir Minho. Pria itu hanya diam dan menunduk saja tak berani menjawab.

"Sudahlah, aku tidak kau membuang waktu untuk menemui jalang seperti mu" ujar wanita itu lalu dia pergi dari sana. Minho menunduk memberikan hormat pada wanita itu saat dia pergi.





🌺🌺🌺
TBC

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA

STAY WITH ME | BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang