Chan membuat dua piring omelet, hanya itu yang bisa dia buat malam itu karena mereka baru pindah ke sana dan belum sempat berbelanja kebutuhan dapur.
Saat Chan berjalan ke ruangan tamu, dia melihat pria itu sudah tertidur pulas. Chan menaruh kedua piring makanan yang dia buat di atas meja.
"Minho" panggilnya, namun yang di panggil tidak bangun. Chan mendekat dan berusaha untuk membangunkan pria itu.
"Aku ingin tidur" ujar Minho dengan mata yang masih tertutup. Chan melihat ke arah pria itu, tubuhnya agak kurus. Pasti Minho saat tertekan menjalani hidupnya saat ini.
Pria Bang itu berusaha untuk membawa Minho naik ke atas, Chan menggendongnya ala bridal, walaupun agak berat tapi dia masih mampu menggendong pria itu.
Bang Chan menidurkan Minho di ranjang itu dengan hati-hati bagaikan barang pecah belah. Setelah mendapatkan posisi yang nyaman, Chan menarik selimut dan menyimuti pria itu.
"Aku akan berusaha untuk memahami mu, Minho" Chan mengusap rambut pria yang terlelap itu. Lalu dia bangun dan kembali ke dapur.
Chan merasakan sesuatu yang mengganggu tidurnya. Lalu pria itu langsung membuka mata dan bangun. Dia melihat Minho yang sudah terbangun saat itu dengan keadaan yang sangat gelisah.
"Kau kenapa?" Tanya Chan mendekat. Tapi Minho berusaha untuk menghentikan pria itu.
"Tidak apa, kau lanjutkan saja tidurmu" ujar pria manis itu. Chan diam, dia melihat Minho tengah memegang pinggangnya.
"Pinggang mu sakit?" Tanya Chan, Minho berusaha menggeleng, tapi nyatanya memang benar saat itu dia sakit pinggang.
Chan menarik laci yang ada di samping tempat tidur itu. Dia mengambil minyak hangat.
"Ayo berbalik aku akan memijatnya" perintah Chan dengan cepat Minho menolak.
"Tidak usah repot-repot, aku baik-baik saja" kata Minho dengan senyuman canggungnya.
"Nanti jika ada masalah bagaimana?" Tanya Chan lagi. Minho terdiam, dia ingat dengan perkataan ayahnya kemarin. Dia tak boleh merepotkan Chan.
Lalu Minho akhirnya menurut dan berbalik. Chan menaikan baju Minho dan mengoleskan minyak itu pada pinggang si manis.
"Bagian mana yang sakit?" Tanya Chan. Minho menyentuhnya, lalu Chan mulai memijat. Hening saat itu, Minho tak berani berbicara.
"Aku rasa ini karena kelelahan" ujar Chan. Minho masih diam saja tak menjawabnya.
"Sudah berapa bulan?" Tanya Chan pada pria itu.
"Lima bulan" jawab Minho singkat.
"Kau sudah pernah memeriksanya ke dokter?" Tanya Chan lagi. Minho menggeleng pelan, memang untuk periksa kehamilan dia belum pernah.
"Kenapa tidak?" Tanya Chan lagi.
"Malu" jawab Minho. Chan tersenyum lalu dia mengusap rambut pria itu.
"Besok kita periksa ya, aku akan mengantar mu" ujar pria itu. Minho menatapnya agak canggung tapi dia mengangguk saja.
°°°
Minho dan Chan saat ini ada di ruang tunggu. Chan benar-benar membawa Minho ke dokter kandungan.
Saat mereka masuk, dokter menyambut mereka dengan ramah.
"Apa yang bisa saya bantu?" Tanya dokter itu. Minho terkejut, dia jadi gugup untuk menjawabnya.
"Kami ingin memeriksa kehamilan" Chan dengan sigap menjawabnya. Dokter itu tersenyum lalu dia mengambil sebuah formulir.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY WITH ME | BANGINHO ✔
FanficNOTE: SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR BANGINHO FAN FICTION Minho membangun karirnya dengan penuh kerja keras. Namun semuanya hancur saat sesuatu yang tidak disangka terjadi. Untung saja ada yang masih mau menerimanya, Bangchan nama pria itu...