Semakin lama cuaca semakin ekstrem, salju turun semakin lebat membuat seisi kota menjadi putih tertutupi benda itu. Temperatur udara pun juga turun drastis membuat semua orang yang keluar harus memakai pakaian yang tebal.
Untung saja di cuaca itu Chan ada di rumah bersama dengan Minho. Dia menghabiskan waktu untuk mengasuh anak mereka itu.
"Aku akan membuat susu" ujar Minho pada Chan yang masih bermain dengan Inho. Pria Bang itu mengangguk, lalu Minho turun ke bawah.
Saat di dapur tak sengaja dia melihat ke arah jendela. Di halamannya ternyata terdapat seekor kucing yang sedang kedinginan di bawah hujan salju itu.
"Kasihan" gumam Minho lalu dia langsung mengambil baju hangat dan keluar dari rumah. Minho sangat kesulitan berjalan ke sana karena salju sangat tebal di tanah.
"Puss aku akan membawa mu ke dalam" kata Minho sambil mengambil kucing berwarna kuning itu yang sudah mengigil kedinginan.
Pria itu kembali masuk lewat pintu belakang. Namun saat dibuka pintu itu macet seperti terkunci dari dalam.
"Bagaimana ini?" Gumamnya sambil mencoba membukanya. Karena meresa gagal Minho menggedornya, tapi tak ada respon dari Chan.
Salju semakin deras, kucing yang ada di pelukan Minho semakin lama mulai diam tak bergerak.
"Ku mohon jangan mati" pria itu mengelus bulu kucing itu. Lalu kembali membuka pintu. Tak kehabisan akal, dia berlari menuju ke pintu depan, Minho memencet bel pintu agar berbunyi supaya Chan bisa mendengarnya. Tapi sialnya bel pintu juga macet dan tidak berfungsi.
"CHAN TOLONG!!! Teriak Minho dari luar. Salju mulai menumpuk di rambut dan jaket Minho. Minho memasukan kucing itu ke jaketnya agar dia hangat lalu kembali mengetuk pintu.
Lima belas menit berlalu, Minho masih diam di luar. Bibirnya sudah memucat sekarang dan dia juga sudah gemetar hebat.
"Tolong!!" Teriaknya. Tapi tak ada yang menolong. Dia menjongkok sambil memeluk lutut dan kucing itu, Minho sudah tak tahan lagi.
Di sisi lain, Chan sudah menidurkan Inho di kamar bayi. Dia merasa aneh, kenapa Minho membuat susu sangat lama. Lalu pria itu memutuskan untuk turun ke bawah.
"Minho!" Panggilnya, namun tidak ada yang menjawab. Dia berjalan menuju ke arah dapur dan ternyata juga kosong.
"Ke mana dia?" Ujar Chan sambil menggaruk kepalanya.
Lalu dia mendengar suara ketukan pintu, pria itu berjalan ke depan. Dan dia terkejut saat melihat Minho tengah berjongkok di luar sana kedinginan.
Pria itu langsung membuka kunci pintu dan keluar dari sana.
"Kenapa kau bisa di sini?" Tanya Chan panik melihat kondisi Minho yang sudah sangat pucat. Minho menatap Chan, lalu dia bangun dan masuk ke dalam.
"Aku menyelamatkan dia" kata Minho saat sudah di dalam sambil mengeluarkan kucing itu dari jaketnya. Chan memegang pipi Minho, sangat dingin.
"Aku tiidaa" kata-kata pria manis itu terpotong, Minho pingsan. Chan sangat panik, dia langsung membawa Minho naik ke atas. Seluruh tubuh pria itu sangat dingin seperti es.
Minho dibaringkan di ranjang, lalu Chan mengambil ponsel dan mencoba menelepon dokter atau ambulance. Sialnya saat itu sinyal internet mati, mungkin karena ada badai. Chan sampai membuang ponselnya karena tidak berguna. Dia melihat Minho sudah sangat memucat. Dia takut jika Minho mengalami hipotermia.
Lalu sesuatu dia ingat, dia melepaskan semua pakaian Minho. Dia juga melepaskan pakaiannya.
"Semoga ini berhasil" gumam Chan sambil memeluk Minho yang sudah telanjang sama seperti dirinya saat itu. Chan juga menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY WITH ME | BANGINHO ✔
FanfictionNOTE: SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR BANGINHO FAN FICTION Minho membangun karirnya dengan penuh kerja keras. Namun semuanya hancur saat sesuatu yang tidak disangka terjadi. Untung saja ada yang masih mau menerimanya, Bangchan nama pria itu...