" Jadilah seorang antagonis karena mereka lebih sering menang."
- Gionatan -⚔️⚔️⚔️
Perempuan hamil itu meraih jari kelingking suaminya kemudian menggenggamnya saat mereka keluar kamar. Ia bersenandung kecil sambil menggoyang-goyangkan tautan tangan mereka, bahkan rasa canggung yang dialaminya sekitaran tiga hari ini hilang seketika. Entah keberanian darimana, tapi dia merasa nyaman bahkan sangat nyaman di dekat lelaki itu. Toh suami muda tersebut tidak terganggu sama sekali.
Mereka melihat Aryo, Karina dan joselyn sudah duduk manis di meja makan. Tadi Gio menolak untuk makan malam bersama, tapi Aryo memaksa dengan mengatakan bahwa ada hal penting yang harus di bicarakan.
Gio menarik kasar kursi meja makan lalu duduk dengan Rai di sampingnya.
" Mau bicara apa?" Tanya nya to the point tanpa berniat menyentuh makanan yang sudah terjadi.Aryo memutar bola mata jengkel.
" Jangan langsung bertanya. Lebih baik kamu makan dulu_"" Gio ada urusan lain jadi gak punya banyak waktu." Potong Sang anak.
" Ck, dasar anak_"
" Cepetan_"
" Daddy mau kalian pindah." Kini giliran Aryo memotong ucapan anaknya.
Gio dan Rai sama-sama menoleh cepat, satu memasang wajah datar dan satu lagi memasang wajah terkejut berlebihan.
" Daddy ngusir kita?" Tanya Rai polos.
Aryo sedikit terkekeh mendengar pertanyaan menantunya itu, bukan mengusir tapi Aryo ada alasan lain untuk hal itu.
" Daddy pengen kalian hidup mandiri. Apalagi sekarang kalian udah menikah, punya rumah tangga sendiri juga kan? Lantas kalian harus belajar mandiri atau belajar semakin memperbaiki rumah tangga."Rai mengangguk paham, ia melihat ke arah mertua perempuannya yang menatap dia sinis walau samar seolah-olah mengatakan bahwa ia berhasil menyingkirkan Rai dan suaminya.
" Daddy kalo mau ngusir gak usah sok-sokan pake alasan kolot kayak gini." Sekarang terdengar suara berat Gio. Lelaki itu kini seperti mengeluarkan aura bengis sebab ia merasa sedikit tersinggung dengan perkataan daddy-nya tadi.
" Daddy bukan_"
Belum sempat Aryo menyelesaikan kalimatnya, Gio sudah lebih dulu menyentak kasar tangan Rai dan menariknya menuju kamar.
Kepergian mereka lantas membuat Aryo menyisir rambut ke belakang frustasi. Tak dipungkiri bahwa hatinya sedikit nyeri melihat kelakuan putranya semakin hari semakin menjadi. Itu semua berawal saat perceraian Aryo dan Mauren berlanjut ke pernikahan mereka masing-masing waktu Gio berumur 13 tahun.
Club, rokok, tawuran, balapan, alkohol, mereka semua yang telah menemani Gio selama kehancurannya. Karena bagaimanapun, ia adalah laki-laki yang berharap akan lengkapnya keluarga.
" Mas, Gio kan emang lagi labil. Jadi kamu gak usah khawatir ya." Karina memegang tangan Aryo lembut.
Aryo mengangguk tanpa tersenyum. Ia mengakui penyebab putra pewarisnya seperti itu adalah dirinya sendiri.
Sementara di satu sisi, Rai menatap pergerakan suaminya itu yang berjalan mondar-mandir membereskan pakaian-pakaian kedalam koper.
Cewek tersebut hanya memperhatikan Gio yang sedang memasukkan baju-baju milik sang istri kedalam koper. Tadi Rai sudah meminta agar ia yang menyiapkan baju-baju mereka kedalam koper, tapi Gio mengusir kasar dirinya.
Rai tersentak malu saat lelaki berstatus suaminya itu tanpa malu memasukkan pakaian dalam milik Rai.
" Nggak usah kak. Yang it -itu, biar..... Aku, aku aja." Pinta Rai malu berusaha meraih aset privasi milik dia. Namun Gio sudah terlebih dahulu memasukkan kedalam koper lalu mengancing sehingga kini semua sudah selesai. Tinggal berangkat saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gionatan ( SUDAH TERBIT )
Teen FictionKriminal berbahaya itu, akan menjadi seorang ayah.