" mulai dengan keyakinan lalu akhiri dengan senyuman." - Raisya -
⚔️⚔️⚔️
Pagi telah menyambut membuat orang-orang kembali melakukan aktivitas serta kesibukan masing-masing. Berbeda dengan seorang anak remaja yang baru membuka mata, ia mengerjap berkali-kali menyesuaikan dengan kondisi sekitar. Ah, semalaman ia telah tidur nyenyak juga demamnya sudah menurun.
Rai memiringkan badan menghadap samping kiri masih merebahkan badan walau mata sudah terbuka. Ia menatap sosok laki-laki yang baru saja keluar dari walk in closed ditemani rambut basah serta kaos oblong hitam juga celana jeans hitam. Jika di ingat-ingat, cowok tersebut selalu memakai pakaian serba gelap seperti hitam, coklat, juga abu-abu.
Sepertinya menyenangkan jika Rai memaksa Gio untuk memakai pakaian warna pink bukan? Ekhem, jiwa ngidam Rai meronta-ronta.
" Kak.." panggil Rai sedikit serak.
Gio menoleh datar melalu kaca rias, ia masih mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil di depan kaca rias tersebut. Sial, wajah lelaki itu begitu seksi karena dihiasi rambut basahnya yang masih menetes.
" Sini.." panggil bumil tersebut.
Gio tidak langsung menuruti, ia masih menyisir rambutnya terlebih dahulu. Lalu setelah rapi, ia berjalan ke arah Rai dan berdiri di samping kasur.
" Kenapa?"
Rai merentangkan kedua tangan berharap akan di sambut, namun nyatanya tak sesuai realita sebab Gio hanya menaikkan sebelah alis saja.
Rai mendengus kesal, ia seharusnya sadar spesies seperti apa suaminya!Masih sambil merentangkan kedua tangan, Rai menutup mata lalu menepuk sekilas pipinya.
" Morning kiss nya mana?"Plak.
Seketika Rai meringis merasakan pipinya barusan di tampar yang menurut Gio hanyalah pelan tapi menurut Rai sangatlah kuat.
" Morning kiss dari tangan gue." Ujar Gio santai tanpa ada raut bersalah sama sekali.
Perempuan itu membeku beberapa detik hingga tangisan pecah keluar memenuhi seluruh penjuru ruangan tersebut. Rai menunduk seraya memegangi pipinya, air mata mengalir cukup deras membanjiri durja cantiknya. Memegang tidak kuat juga tidak pelan tamparan tadi, hanya saja Rai tidak terima jika ia di tampar walaupun niat Gio hanya sedikit bercanda saja.
" Udah, gak usah nangis. Gitu aja nangis." Ketus Gio. Ia meraih handphone lalu memainkannya di atas kasur samping Rai.
Istri muda tersebut masih setia menangis bahkan sengaja ia keraskan suara agar seluruh dunia tau bahwa ia sedang menangis.
Gio terganggu, sangat terganggu. Ia menatap jengah plus nyalang plus jengkel plus marah plus-plusan kepada istrinya itu.
" Lo mau meluk gue kan? Ya udah sini." Panggil ia seraya merentangkan kedua tangan.Rai menghentikan sejenak tangisannya lalu menatap suaminya cukup lama. Ia kemudian mendekat sehingga masuk kedalam pelukan suaminya lalu mendusel-duselkan hidung pada dada bidang Gio.
Kenapa Gio melakukan itu? Karena ia ingat perkataan dokter yang mengatakan agar tidak membuat perempuan tersebut menangis juga harus menuruti semua kemauan ngidamnya. Ia mengangkat Rai seperti menggendong balita, dimana Rai langsung melingkarkan kedua tangan di leher suaminya juga melingkarkan kedua kaki di pinggang lelaki itu.
Gio berjalan keluar dari sana menuju meja makan untuk segera sarapan.Rai semakin mengeratkan pelukannya ketika Gio ingin mendudukkan dia ke kursi.
" Turun." Perintah Gio dibalas gelengan oleh Rai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gionatan ( SUDAH TERBIT )
Teen FictionKriminal berbahaya itu, akan menjadi seorang ayah.