" mana mungkin aku bisa melihat seseorang bahagia disaat aku menderita." - Gionatan -
⚔️⚔️⚔️
Lelaki jangkung itu menghentikan motor di parkiran sebuah rumah mewah, ia turun dari motor lalu berjalan santai memasuki bangunan tingkat tiga tersebut sambil bersiul ringan masuk kedalam rumah.
Kehadirannya membuat satu keluarga menghentikan aktivitas makan siangnya lalu menatap sosok laki-laki berjaket denim dan celana jeans hitam pekat itu. Gio tersenyum segaris kemudian menarik kursi di samping joselyn dan duduk dengan santai di sana.
" Ngapain kamu?" Tanya Aryo sedikit sinis.
Gio yang baru saja meneguk segelas air putih, kini menatap ayahnya santai.
" Emang Gio gak boleh main ke rumah Gio sendiri?"" Tujuan kamu datang ke sini apa?" Kembali Aryo bertanya.
Gio menarik sudut bibirnya misterius kemudian menekuk salah satu kakinya.
" Gio cuman mau belajar sama daddy."" Belajar apaan nak?" Karina bertanya lembut atau lebih tepat sok lembut.
" Ya belajar mau mengurus perusahaan lah. Gio kan pewaris perusahaan besar daddy." Jawab Gio angkuh.
Aryo terkekeh sinis, ia menatap remeh putranya tersebut.
" Siapa bilang kamu bakalan jadi pewaris daddy hah? Kamu bahkan lebih cocok jadi preman gak jelas di jalanan saja."Walau emosi mulai muncul, Gio tetap menampilkan wajah datar agar semua rencana yang telah ia susun berhasil.
" Semalam tuh Gio tiba-tiba aja berpikir kalo Gio udah punya istri dan bentar lagi bakalan jadi ayah. So, Gio gak mungkin lah minta uang mulu sama daddy. Lagian bukannya bagus kalo Gio setuju jadi penerus perusahaan daddy? Kan dulu daddy yang maksa Gio."" Bagaimana kamu bisa jadi seorang pewaris kalo kelakuan kamu berandalan, nakal, buat daddy malu mulu_"
" Oh my God dad. Itu hal biasa untuk anak remaja. Maksud daddy Gio harus jadi anak kutu buku yang selalu mengikuti olimpiade gak berguna gitu?" Potong lelaki tersebut.
" Setidaknya kamu bisa sedikit membuat daddy bangga. Kan kamu bisa jadi ketua OSIS tampan atau ketua karate agar lebih layak." Tukas Aryo.
Gio menaikkan sebelah alis, ia semakin merasa jengah berbicara dengan pria paruh baya tersebut.
" Bukannya waktu Gio masih kecil daddy selalu bilang buat ngelakuin hal yang berbau cowok dan ngelakuin kesenangan masing-masing."Aryo kini melipat kedua tangan di depan dada, sedikit rasa bangga mendengar ucapan putranya tersebut.
" Maksud daddy ngelakuin hal yang berbau cowok dimana hal itu berdampak positif."" Gak ada hal positif yang berbau cowok dad. Balapan, rokok, tawuran, berantam, daddy pasti udah pernah ngelakuin itu waktu anak muda kan? Trus kenapa daddy larang aku ngelakuin itu?"
Memang benar apa yang dikatakan lelaki tersebut, dulu juga Aryo sama nakalnya seperti Gio.
" daddy gak ngelarang kamu buat lakuin hal begituan. Kalo kamu masih lajang, kamu bisa lakuin semua keinginan kamu, tapi masalahnya kamu udah berumahtangga dan bentar lagi bakalan jadi seorang ayah. Tunjukin sama keluarga kecil kamu kalo kamu bisa menjadi contoh buat mereka."Gio berdecak jengkel, ingin rasanya ia menenggelamkan ayahnya ke danau Toba saja.
" Well, i will try."" Not try, but you will do it."
" No, i will try."
" Terserah kau saja." Tukas Aryo.
" Trus gimana? Perusahaan daddy bakalan jatuh ke tangan aku kan?" Gio bertanya seraya melirik Karina sekilas. Kelihatan sekali bahwa wanita itu sedikit gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gionatan ( SUDAH TERBIT )
Teen FictionKriminal berbahaya itu, akan menjadi seorang ayah.