" aku akan menjadi penerangnya, cukup genggam tangan ku saja." - Raisya -
⚔️⚔️⚔️
" Makanya jangan kecapean ya dek, kalo emang udah gak tahan keluar aja dari lapangan. Lihat tuh, darahnya banyak amat."
Rai menatap tong sampah yang kini penuh dengan kapas-kapas terkena darah, ia tersenyum tipis lalu mengangguk mengerti.
" Nih, minum dulu." Siswa petugas PMR tersebut menyodorkan gelas berisi air minum.
Rai menerimanya lalu meminum hingga kandas, setelah habis ia memberikan gelas kosong pada kakak PMR itu.
" Nama kamu Rai kan?" Tanya siswi tersebut dan diangguki Rai.
" Nama kakak siapa?"
" Tasya, panggil kak Tasya aja." Kakak kelas bernama Tasya itu melempar senyum manis sekilas.
Rai terdiam, entah kenapa ia seperti pernah melihat siswi tersebut. Tapi kan! Ia tidak ingat sama sekali.
" Oh iya, kakak dengar kamu dari SMA Saturnus ya. Kamu kenal sama yang namanya Retta?"
Hah?
Rai kembali mengangguk antusias. Sekarang ia tau bahwa Tasya adalah gadis yang pernah di peluk Aldy(Abang Retta)
" Kakak pacarnya bang Aldy ya?" Tanya Rai spontan membuat Tasya terkejut.
" Kamu tau darimana?"
" Dulu aku pernah liat kakak lagi pelukan sama bang aldy." Jawab Rai terkekeh pelan.
Mulut Tasya membola membentuk huruf O, ia mengangguk sedikit disertai rasa bingung.
" Berarti kamu kenal Aksa juga?"" Kenal lah, siapa yang gak kenal dia di SMA Saturnus."
Tasya terdiam sejenak, ia menimang memikirkan sesuatu lalu kembali bertanya.
" Dia udah punya pacar?"" Udah lah, si Retta kan pacarnya kak Aksa."
" Hah?" Pekik Tasya terkejut.
" Emang kenapa kak?" Rai bertanya heran.
Ceklek.
Belum sempat Tasya menjawab, kedatangan cowok bercincin di hidung menghentikan percakapan mereka.
Gio menatap sekilas Tasya lalu berjalan ke arah istrinya, ia menarik tangan Rai pelan agar segera turun dari brankar UKS.
" Kemana?" Tanya Rai.
Gio tidak menjawab, ia hanya diam menarik tangan cewek itu keluar dari sana menuju kantin. Saat itu masih jam belajar-mengajar sehingga Rai bertambah bingung.
" Kemana kak?" Ia bertanya kesekian kali dan masih tidak mendapat jawaban sama sekali.
" KEMANA SETAN?"
" SUARA LO BANGSAT."
Rai kicep, ia spontan menutup mulutnya yang tega berteriak sembarangan. Untung lagi di lorong sepi, jika tidak pasti bahaya.
Ia kini diam mengikuti cowok itu yang berjalan ke arah kantin, dan di kantin sana sudah terdapat lima siswa dan satu siswi sedang asik melahap makanan masing-masing.
" Eh, Bu bos! Sini sini.."
Gio dan Rai duduk di bangku paling pinggir dimana sudah tersaji makanan di depan mereka, Gio tanpa banyak kata langsung memakan seblak di depannya. Sementara Rai menatap nasi campur tersebut dengan tidak berselera, ia hanya mengaduk-aduk makanan tersebut saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gionatan ( SUDAH TERBIT )
Genç KurguKriminal berbahaya itu, akan menjadi seorang ayah.