22. Demam dan dilema.

237K 26.7K 2.1K
                                    

" seperti kegelapan malam di bumbui bintang di langit, contoh kisah hidupku." - Gionatan -

                             ⚔️⚔️⚔️

Di atas kasur empuk amat luas tersebut terdapat sepasang suami-istri yang saling tidur berpelukan. Gio kembali mengoles minyak kayu putih pada punggung, pelipis, leher, dan perut istrinya. Suhu tubuh gadis tersebut naik sehabis periksa kandungan tadi. Memang sebelumnya ia masih sedikit demam, namun setelah pulang periksa kandungan tadi suhunya semakin naik. Gio menerka-nerka hal tersebut terjadi akibat cibir-cibiran orang di rumah sakit juga akibat perlakuan kasar dia tadi. Dokter juga barusan pulang setelah terlebih dahulu memeriksa keadaan Rai.

Rai kembali membuka mata sebab rasa pusing itu datang lagi, ia mendongak ke atas menatap wajah datar Gio.

" Makan lagi ya trus minum obat juga, biar nanti demamnya turun." Tutur kata Gio yang sedikit lembut mampu menenangkan hati Rai.

" Tapi nanti aku pasti bakalan muntah lagi."

" Nggak sayang..." Aishh, Rai malu mendengar ucapan barusan.

" Iya, tapi.... Tapi harus di suapin sama kakak..." Pinta ia malu-malu.

Gio tidak menjawab, ia kini bangkit menuju dapur untuk mengambil makanan. Tak berapa lama ia kini muncul lagi sambil membawa nampan berisi makanan juga plastik berisi obat-obatan. Ia terlebih dahulu meletakkan di atas nakas kemudian membantu istrinya agar duduk nyaman.

Ia meraih nampan tersebut kemudian meletakkan di pangkuan Rai lalu ia duduk di belakang Rai membuat istrinya bisa bersandar pada dada bidangnya. Jika dilihat-lihat seperti Gio memeluk Rai dari belakang lah.

Gio memang tidak terlalu telaten menyuapi istrinya, bahkan ketika Rai belum selesai menguyah pun sudah ia sodorkan kembali suapan makanan.

" Udah.." ujar Rai pada suapan ketiga.

" Satu sendok lagi." Perintah Gio membuat Rai menuruti.

" Satu lagi nih."

" Udah ah, mau muntah."

" Satu lagi biar udah." Rai akhirnya pasrah lalu kembali memakan suapan tersebut.

" Bonusnya nih."

" Gak mau... Pahit.."

" Bonusnya biar udah, payah amat sih." Suara Gio naik dua oktaf.

Rai memberengut namun tak ayal ia kembali membuka mulut terpaksa.

" Nih, biar abis."

" Gak lagi kak." Rai menghadap ke belakang sedikit untuk memeluk suaminya.

" Ini suapan terakhir. Mubazir tau gak." Gio menyodorkan tepat ke depan wajah Rai. Perempuan itu menatap tak selera makanan tersebut, ia membuka mulut sambil berusaha menahan agar tidak muntah.

Makannya sudah ludes, kini Gio menyodorkan air putih dan langsung di minum Rai hingga kandas.

" Minum obatnya nih." Ujar Gio memberikan obat.
Rai menerima dan langsung meminum obat tersebut.

Setelah selesai, ia kembali memeluk tubuh Gio yang harum parfumnya sangat segar. Gio mengirimkan pesan singkat pada bik saron agar segera mengambil nampan makanan tersebut.

Tak berapa lama bik saron datang mengetuk pintu kemudian masuk setelah di persilahkan. Ia mengambil nampan tersebut lalu keluar dari sana setelah permisi terlebih dahulu.

Gio mengelus rambut beserta punggung istrinya pelan. Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Ia tidak ngantuk tapi cukup pegal akibat berada dalam kondisi sedemikian dimana ia duduk untuk menahan tubuh mungil istrinya.

Beberapa menit berlalu hingga terdengar suara dengkuran halus. Gio menunduk menatap Rai sudah tertidur. Ia dengan pelan-pelan atau hati-hati merebahkan tubuh Rai di atas kasur lalu menarik selimut hingga sebatas leher saja.

Gio mencium sekilas bibir hangat istrinya lalu beranjak dari kasur. Ia berjalan menuju ruang pribadi di dalam kamar tersebut atau mungkin akan menjadi ruang kerjanya sementara ini.

Pemuda tampan tersebut duduk di atas kursi kebesarannya lalu menyalahkan laptop. Ia melihat-lihat file-file yang sudah dikirim ayahnya untuk segera ia selesaikan, mungkin ini adalah pembelajaran awal sebagai penerus perusahaan. Memang cukup sulit bagi dia, sebab perusahaan yang dikelola Aryo adalah perusahaan yang sangat berpengaruh di Indonesia bahkan luar negri. Mengingat nama laki-laki paruh baya itu yang selalu mengisi daftar pemilik perusahaan terkenal dan paling berpengaruh.

Terdengar suara dering telepon di samping laptop, tertera nama pengirim pesan ' dad ' di sana membuat Ia melirik sekilas handphonenya.

dad.
: Daddy lagi di apartemen kamu. Cepat ke ruang tamu, ada yang mau daddy bicarakan.

Gio berdecak, ia bangkit menuju ruang tamu. Sebelum keluar, ia memastikan dulu bahwa istrinya masih terlelap nyaman di atas kasur.

Aryo yang sedang duduk santai di atas sofa kini menatap anaknya yang sudah datang tanpa memakai atasan hanya di balut dengan celana pendek saja.

Gio duduk di hadapan Aryo. Menunggu topik selanjutnya yang akan dibahas.

" Ekhem, daddy mau tanya sesuatu sama kamu." Ujar Aryo kemudian mengeluarkan sesuatu dari map di tangannya. Ia mengeluarkan beberapa foto seorang gadis cantik ke hadapan Gio.

" Namanya Feby. Dia keturunan China-Indonesia, umurnya sama kayak kamu. Kemarin dia sama daddy mengobrol ringan dan dia bilang kalo dia juga tertarik sama kamu." Kata Aryo.

" Trus?"

Aryo berdecak pelan. Ia menatap putranya cukup dalam.
" Daddy gak masalah kalo kamu pertahankan hubungan kamu sama Rai. Tapi sekarang daddy bakalan ceritain alasan kenapa daddy sama mommy cerai."

Gio sontak memasang wajah sedikit serius, ia menegakkan tubuh siap untuk mendengar fakta berikutnya.

" Daddy sama mamah kamu dulu cuman sebatas teman biasa saja. Saat itu daddy sedang menjalin hubungan cukup serius dengan Karina, orang-tua daddy yang kenalin Karina dulu. Tapi karna kebebasan remaja, daddy sama Mauren melakukan hal yang nggak seharusnya dilakukan, dimana akibatnya membuat Mauren hamil. Kami terpaksa menikah, lalu daddy juga terpaksa meninggalkan Karina. Bertahun-tahun kami berdua berpura-pura terlihat baik-baik saja di depan kamu. Padahal tiap malam kami berdua akan selalu bertengkar hebat. Hingga akhirnya, daddy sama mamah memutuskan untuk bercerai dan hidup dengan kekasih masa lalu masing-masing. Jika diambil intinya, daddy melihat bahwa apa yang menimpa kamu saat ini persis seperti apa yang menimpa daddy waktu itu. Daddy gak maksa kamu buat cerai sama Rai, daddy cuman pengen kamu ambil pelajaran dari semua kisah yang barusan daddy ceritain."

Gio terdiam, bahkan untuk bernafas pun rasanya begitu sulit. Ia adalah anak yang memang tidak pernah di harapkan sama sekali. Ia anak hasil hubungan fatal, ia bahkan jijik mengingat itu. Pantas saja kedua orangtuanya memilih keluarga masing-masing tanpa mempedulikan bagaimana keadaan yang dia hadapi.

" Kamu gak seperti yang kamu bayangin Gio." Ucap Aryo seolah-olah tau apa yang dipikiran anaknya.

Gio tidak menjawab, ia berdiri kemudian pergi dari sana menuju kembali ruang pribadi miliknya. Meninggalkan Aryo sendirian di ruang tamu.

Gio mengambil rokok beserta minuman beralkohol tinggi terlebih dahulu di bar mini ruang pribadinya. Ia duduk di lantai menghisap dalam-dalam benda silinder tersebut sambil sesekali meneguk alkoholnya.
Semua dirasanya hampa, ia ingin segera pergi dari dunia ini.

Tiga botol telah ia habiskan beserta dua bungkus rokok telah ia hisap. Kepalanya serasa berputar melihat ke sekeliling nya.

Prang.
Prang.
Prang.

Ketiga botol kaca itu pecah bergiliran akibat di hempaskan kuat oleh Gio. Ruangan tersebut kedap suara sehingga Rai tidak akan mendengar.

                       ⚔️⚔️⚔️

Kalian milih mereka cerai atau bertahan? Hem?

Follow Ig: Yohanaichi.

Usahakan untuk follow author sebelum baca dan harap vote sebelum baca juga coment sesudah baca 👀

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang