Selamat membaca!
🌤🌤🌤
Selvi dengan cermat memperhatikan penjelasan Vanya sampai akhir. Kemudian, menyeruput minumannya sebelum berbicara panjang.
"Udah?" tanyanya memastikan. Vanya mengangguk.
"Kekanakan." Satu kata yang cukup menggambarkan masalah Arga dan Vanya.
Tatapan lekat itu ia tujukan pada Vanya. "Kalian bukan cuma kenal sebulan atau setahun, tapi dari kecil. Harusnya paham satu sama lain. Arga yang ego nya mengalahi gedung tertinggi di dunia, dan lo yang keras kepala."
"Gue rasa lo harus tau ini."
"Tau apa?"
"Ini bukan rahasia sih. Tapi emang lo belum tau aja. Gimana kacaunya Arga setahun yang lalu dan dia hampir gila karena lo dibawa sama bokap lo gak tau kemana. Gue lihat sendiri gimana Arga sayang sama lo. Sesayang itu."
"Itu kayaknya yang buat dia sampe berlebihan kayak gitu. Dia khawatirin lo, tapi caranya kurang tepat."
"Tapi Sel, emang gue ketemu Sean baru dua kali. Arga aja yang terlalu negatif thinking. Bahkan nyokap gue sendiri yang ngenalin Sean," ucap Vanya.
"Masalahnya, apa lo cerita itu ke Arga?. Lo lupa? Bara, Kevin, Bintang, Jay, dan lain-lain harus berurusan dulu sama Arga buat lo? Ini cara dia."
Vanya bersandar pada kursi seraya menghela napas.
"Lo udah ketemu Arga?" tanya Selvi.
"Enggak."
"Sampe sekarang?!" kaget Selvi.
"Iya. Pas itu gue langsung keluar mobil dan pulang naik taksi. Mood gue ancur banget. Dari pada dia kena tinju."
"Astaga, lo nyeremin ya kalo lagi mens," ngeri Selvi.
Vanya terkekeh. Memandangi band acoustic yang sedang tampil di kafe yang ditempatinya. Vanya suka suasananya sehingga ia sering kesini.
"Gak jarang kalian berantem kayak gini kan. Pasti beberapa hari baikan lagi. Inget, Arga sama lo udah dari kecil. Jauh sebelum gue kenal lo."
"Hmm. Tapi gue udah gak ketemu Arga akhir-akhir ini. Sok sibuk dia," ucap Vanya. Ada sedikit rasa kesal pada kalimatnya.
"Bilang aja kangen. Gengsi lo," cibir Selvi. "Terus Van, asal lo tau dia beneran sibuk. Lo gak tau festival sekolah bentar lagi, terus acara camping setiap tahun peringatan aniversary sekolah. Kata Saga, Arga yang ngurus itu semua. Hampir separuh kerjaan Saga dilimpahin ke Arga bahkan sampai urusan lomba antar sekolah karena Saga masih masa training buat olimpiade tingkat nasional. Lo bilang dia sok sibuk?!" ucap Selvi panjang lebar menyadarkan Vanya.
Vanya melongo. "Sesibuk itu?!" shock nya. "kok lo lebih tau sih?" tanya Vanya memicing.
Selvi melotot. "Lo pikir gue tau dari siapa?! Saga yang cerita. Lo bener-bener gak perhatian ya jadi temen."
ucapan Selvi benar-benar menamparnya. Karena memang Vanya belum bertemu Arga selama seminggu ini, kecuali berpapasan di sekolah atau di depan rumah. Jadi Vanya sama sekali tak tahu apa yang dilakukan pemuda itu. Apakah Arga tidak makan tepat waktu? Atau tidak minum vitaminnya? Pasti juga jam tidur Arga kembali berantakan.
Semua kekhawatiran itu menganggunya. Vanya masih gengsi untuk menegur Arga lebih dulu. Ia menghela napas dan meminun ice americano yang bahkan sudah tak terasa dingin karena es batunya yang telah mencair lama.
Ponselnya yang di meja menyala tanpa suara. Ada telepon masuk. Sudah kebiasaan Vanya selalu mengaktifkan mode silent di ponselnya.
"Van, ada yang nelpon tuh," ucap Selvi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just The Way You Are
Novela JuvenilArga Leo Raskal. Tetangga samping rumah yang kerjaannya merecoki hidup Vanya itu tampak sempurnya. Ibu-ibu yang suka bergosip di tukang sayur menjulukinya, "Mas Arga anaknya bu dokter Dyah yang cakep, sopan, ramah, baik hati dan rajin menabung." I...