Selamat membaca! ⛅
Nampan berisi dua mangkuk mie ayam telah mendarat dengan aman di depan Vanya yang sudah menatap lapar.
"Lama banget sih, Ar."
Arga meletakkan satu mangkuk di hadapan Vanya, dan mengambilkan sendok dan garpu yang telah dilap sebelumnya.
"Antri, Vanya. Yang laper bukan cuma lo di dunia ini. Bentar, gue beli minum dulu."
Arga pergi lagi lalu kembali dengan membawa 1 botol air mineral dan 1 botol teh dingin. Tapi dirinya mendecak melihat Vanya menuangkan 5 sendok sambal.
"Lo gila atau gak waras? Mau masuk rumah sakit ha?" sarkas Arga mengambil mie ayam Vanya dan menukarkan dengan miliknya yang belum diberi apapun.
"ARGA! Itu mie ayam guee! Balikin!!"
"Enggak! Makan yang itu," ucap Arga lalu menarik wadah sambal yang akan diraih Vanya.
"Lo kenapa sihhh... Siniin sambelnya!" kesal Vanya.
"Lo bandel ya kalo dibilangin. Jangan makan cabe banyak-banyak!" tegas Arga.
"Gak masalah. Gue udah sering makan pedes. Lo nya lebay."
"Itu dulu. Sekarang perut lo lemah. Gak inget kapan terakhir kali ke rumah sakit karena makan pedes?!"
Vanya mendesah kesal. Ucapan Arga sudah tak bisa di ganggu gugat. Vanya lalu makan mie ayam Arga yang tak pedas sama sekali dengan ekspresi cemberut. Tak ada pilihan lain karena dirinya sangat lapar. Tumbenan Arga mengajaknya makan siang berdua di kantin.
"Awas keselek makan sambil manyun," ucap Arga.
Tenang saja Arga baik-baik saja dengan mie ayam campur kuah sambal ini. Untung saja Arga kuat makan pedas.
Dan benar saja, Vanya terbatuk-batuk tak lama setelah Arga bicara.
"Lihat? Lo lupa gue bisa lihat masa depan? Kalau makan itu doa dulu Vanya, bukannya malah cemberut. Makanannya gak seneng dimakan sama lo." Arga dengan cepat membukakan tutup botol dan memberikan ke Vanya.
Vanya segera minum untuk meredakan rasa sakit di tenggorokannya tanpa mempedulikan celotehan Arga. Ia kini sangat kesal dengan sahabatnya itu.
"Tujuan lo apa sih ngajakin gue ke kantin gini? Ayla nya kemana?"
"Daripada lo makan sendirian. Kalo Ayla, jelas dia sama teman-temannya," jawab Arga santai.
"Tau gini gue mending makan sendiri," gumam Vanya yang masih bisa didengar Arga. Selvi tak berangkat sekolah hari ini karena ada urusan keluarga. Hah.. Vanya merindukan sohibnya yang bawel itu.
Arga makan dengan tenang. Beban pikirannya sedikit berkurang karena beberapa hari ini tak sesibuk biasanya. Sedangkan Vanya mengangkat sendok tak bersemangat. Dirinya sudah tak mood makan siang.
Masalah pelaku penyerangan itu sudah diusut tuntas. Ternyata itu semua ulah musuh keluarga Jovi yang secara kebetulan juga saingan bisnis ayah Arga.
"Vanya..."
"Hhmmm."
"Makanannya jangan digituin. Habisin." Arga melihat Vanya hanya mengaduk-aduk makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just The Way You Are
Teen FictionArga Leo Raskal. Tetangga samping rumah yang kerjaannya merecoki hidup Vanya itu tampak sempurnya. Ibu-ibu yang suka bergosip di tukang sayur menjulukinya, "Mas Arga anaknya bu dokter Dyah yang cakep, sopan, ramah, baik hati dan rajin menabung." I...