Bagian 24 (Luka)

46 7 0
                                    

Selamat Membaca..

🌤🌤🌤

Selvi masuk ke pos kesehatan dan melihat Vanya yang terbaring di ranjang lipat dengan masih menutup mata. Ia berjalan mendekat dan duduk di kursi yang sebelumnya diduduki Arga.

Ia menatap wajah pucat sahabatnya itu dengan perasaan bersalah.

"Vanya... Gue minta maaf udah ninggalin lo." Selvi buru-buru mengelap matanya yang basah. Ia mengakui kebodohannya karena baru sadar jika Vanya tertinggal setelah keluar dari hutan. Sahabat macam apa dia ini.

Disini tak ada siapapun selain dirinya yang menunggui Vanya. Luka-luka kecil yang Vanya peroleh sudah diobati oleh Sandra, ketua PMR yang langsung menangani Vanya.

Lima belas menit sudah Selvi di sini. Dia tersenyum lega saat melihat jari tangan Vanya mulai bergerak.

"Vanya... Ayo bangun.."

Namun bukannya membuka mata, Vanya malah menangis terisak. Selvi terkejut lalu memegang tangan Vanya berusaha menenangkan.

"Vanya, kenapa?"

Vanya menhempaskan tangan Selvi lalu beringsut menjauhi Selvi. "P-pergi."

"Lo kenapa Van?"

Vanya menangis ketakutan saat Selvi berusaha menyentuhnya lagi. "Pergi dari sini!"

Dengingan itu kembali lagi membuat Vanya menutup kedua telinganya rapat-rapat. Memori-memori buruk terputar bagai kaset rusak. Terulang-ulang membuat Vanya frustasi dan terduduk lemas di lantai tenda pos kesehatan.

Selvi terkejut dengan reaksi Vanya. Saat ia berjalan mendekat, teriakan Vanya semakin histeris menyuruhnya pergi dan takut dengan dirinya.

Tanpa pikir panjang Selvi segera menekan nomor Arga dan langsung diangkat oleh pemuda itu.

"Arga, cepetan ke sini. Vanya ketakutan. Dia bahkan takut sama gue," ucap Selvi dengan nada bergetar menahan tangis.

"Gue segera kesana."

Sambungan pun berakhir. Selvi terus berusaha mendekati Vanya yang masih menangis dengan meracau.

"Vanya.. Lo kenapa? Ini gue Selvi." air matanya pun jatuh melihat reaksi Vanya yang menjauhinya dengan sangat ketakutan.

Tak lama kemudian Arga datang dengan berlari disusul Sandra dan Jovi yang mengikuti saat melihat Arga buru-buru ke pos kesehatan.

"Vanya!" Arga berjalan cepat menghampiri Vanya yang menangis sembari meringkuk. Namun saat melihat Arga, reaksinya berbeda. Bukannya ketakutan, Vanya membiarkan Arga merengkuhnya seakan itu adalah tempat teramannya.

"A-arga.. Takut..."

"Kenapa Van?" tanya Arga dengan nada yang sangat lembut. Arga berusaha tenang walaupun hati dan pikirannya sangat kacau. Vanya sedang tak baik-baik saja. Ini sudah di ambang batas.

"Dia mau bunuh gue Ar... Hiks.. Tolong- gue gak mau ikut dia."

Arga mengusap belakang kepala Vanya berkali-kali. Vanya mencengkeran kemeja Arga dengan kencang. Tubuh Vanya sampai bergetar karena takut akan sesuatu.

"Dia gak ada Van. Di sini lo sama gue, sama Selvi, Jovi, Sandra. Lo aman," ucap Arga.

Vanya menggeleng dan tetap menyembunyikan wajahnya. "Gue lihat dia- di hutan. Dia mau bunuh gue.. Hiks..."

"Sssttt...tenang dulu... Gue mau lo tenang."

"Jangan tinggalin gue... Hiks... Dia- jahat Ar." Vanya begitu kalut hingga napasnya terputus-putus.

Just The Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang