[13] PENAMPAKAN SOSOK JUBAH HITAM

227 80 3
                                    

WARNING❗

DIMOHON UNTUK BERHATI-HATI
DI PART INI YA! Boleh mendalami tapi jangan sampai ngelamun ya.
.
.
Soalnya part ini sangat sensitif, buat kalian yg penakut lebih baik jangan baca sendirian.
.
.
Jaga pikiran kalian baik-baik.

Soo

Happy Enjoy Reading
-
-
-
-
-

P

ENAMPAKKAN SOSOK JUBAH HITAM.

Permasalahan di antara Derren dan Robby membuat suasana makin panas. Tidak ada yang berani ikut campur. Atmosfer saat itu benar-benar sunyi. Mereka hanya diam dan saling melempar pandang.

Di satu sisi, mereka ingin menghentikan perdebatan. Namun, di sisi lain, mereka takut berhadapan dengan Robby yang keras kepala. Mereka berpikir kalau-kalau nanti justru memperburuk keadaan.

Akhirnya Derren mengalah. "Oke, Rob, dalam hal ini mungkin gue memang salah. Tapi gue berani sumpah, gue nggak ada niat mencelakai lo!"

Robby hanya mendengkus.

"Sekarang udah jam empat sore, sebaiknya kita singgah di sumber air itu. Kita bisa bicarain segalanya pake kepala dingin!" ajak Derren.

Ia menyusuri jalan setapak yang mengarah ke sumber air.

"Cuih! Gue sumpah bakal bunuh lo, Der, kalau sampai gue tahu lo mau nyelakain gue!" teriak Robby menggema.

"Kalau itu benar, gue hajar lo, Der!"

Viola berusaha menegurnya.

"Kamu jangan gitu sama Derren, Rob. Aku yakin, kok, Derren nggak seperti yang kamu bayangin."

"Diam kamu! Tahu apa kamu tentang dia, hah?!" hardik Robby emosi.

Tidak berani menatap sorot tajam dari Robby, Viola pun terdiam dan menunduk.

"Udahlah, Rob." Raffa kembali memapah Robby dan mengajaknya melangkah.

"Sebaiknya kita istirahat dulu. Tenangin pikiran lo, Rob. Lo lihat di sekitar kita, kabut udah mulai turun."

Melihat kelakuan Robby, Riyan hanya diam. Ia tidak melawan karena enggan menambah masalah dan memperburuk keadaan. Meski di dalam hati, sebenarnya ia begitu ingin, percuma juga kalau lawannya keras kepala seperti Robby.

Saat itu, mereka sudah telanjur salah arah, dan yang paling disalahkan dalam hal ini adalah Derren. Karena ialah yang memilih jalan ke kanan saat tiba di persimpangan.


Wajar saja mereka langsung menyadari kesalahan itu, karena sebelumnya mereka sama sekali tidak mendengar suara air.

Ternyata gemuruh air tersebut berasal dari sebuah air terjun. Letaknya di depan jalan setapak yang akan mereka lewati.

Begitu sampai, ternyata mereka tepat berada di atas air terjun. Di bawahnya adalah jurang. Mereka pun memasang tenda sedikit jauh dari sana.

"Mending kita istirahat di sini semalam. Besok kita balik ke persimpangan, lalu kita pilih jalan ke arah kiri."

Para cowok segera memasang tenda. Sedang cewek-cewek menyiapkan makanan. Malam pun tiba. Tepat setelah kedua tenda terpasang rapi, masakan juga siap untuk disantap.

Derren menghampiri Robby yang sedang mengisap rokok. "Rob, gue minta maaf kalau gue udah bikin kita sampai ke tempat ini."

Robby hanya menggeleng sambil menyeringai.

"Mungkin gue salah karena milih jalan ke kanan pas di persimpangan tadi. Gue sendiri nggak tahu kenapa gue milih jalan ini. Seingat gue kemaren nggak ada persimpangan, makanya gue-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Robby mengangkat tangan sebagai isyarat untuk Derren berhenti berbicara.

"Lo nggak ngerasain apa yang gue rasain. Kaki gue sakit, nggak bisa digerakin."

"Kita nggak mungkin lanjutin perjalanan ke arah tadi. Lihat sendiri, keadaan udah gelap, kabut juga udah mulai turun. Jadi, gue rasa mending kita bermalam di sini, baru besok kita ulangi perjalanannya," kata Derren.

Robby mendengkus. Ia tidak menyahut.

"Tapi kalau lo maksa jalan malam ini, gue siap mimpin kalian," tambah Derren meski masih tidak direspons oleh Robby.

Cursed Place~Horor [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang