Siluet Nostalgia

13 7 2
                                    

kepedulian adalah tonggak dari rasa yang akan selalu ada, untukmu kenyamananku
...

mentari pagi tampak diujung jendela dengan tirai terbuka sedari malam, kicauan burung terdengar saling bersahutan meski suaranya keluar dari gawai milik Misya

Misya membuka mata, tangannya meraba benda pipih itu disamping bantalnya, menggeser tanda off untuk membungkam suara burung-burung yang menemaninya setiap pagi

mata Misya menyipit menatap kebawah sana, Arsya sudah tidak ada disana. kemana perginya cowo itu, Misya tidak memperdulikannya, ia bergegas turun dan menekan tangga lipat mengaitkan kunci untuk menutup ranjangnya

hari kedua dirinya sekolah, nampaknya tidak terlalu buruk sehingga Misya akan membetahkan diri dilingkungan sekolah barunya itu

15mnt berlalu Misya keluar kamar mandi dan memasuki ruang ganti pakaian, mengenakan seragam putih abu dan tak lupa bandana hitam polos dan gelang kesayangannya yang berliontin planet, gelang itu adalah simbol persahabatan keduanya. Arsya memberikannya pada Misya tepat pada hari ulang tahun Misya yang ke-15 tahun

dirasa cukup rapi, misya melangkahkan kakinya keluar dari ruang pakaian

"makan dulu" suara bariton Arsya membuat Misya mendongak dan tersenyum, Arsya baru saja memasuki kamarnya dengan menenteng rantang makanan berwarna biru tua yang dihiasi gambar-gambar planet kesukaan Misya

"bunda siapin ini, katanya buat sarapan. yang ini-" Arsya menyodorkan tuperware berisikan roti selai coklat pada Misya

"buat dijam istirahat, kata bunda makanan dikantin gamenjamin bersih. lo harus makan itu" lanjut Arsya

misya membuka rantang tumpuk yang isinya nasi goreng, telur dadar, dan cumi bakar

"wahhh bunda masakin makanan kesukaan gue" mata misya berbinar

"khusus buat lo! gue anak pungut gadimasakin makanan kesukaan" celoteh Arsya malas namun ia masih memakan makanan didepannya disusul Misya yang menikmati lezatnya masakan bunda orang

"makanan favorit lo aneh Arsya! bunda males masaknya" jelas Misya terkekeh

"masak kerang gaaneh dan gaseribet yang lo pikir Misya" timpuk Arsya

"iyaa gue pahamm. cuman lo kan pengennya kerang yang ada mutiaranya"

"terserah!"

setelah menyelesaikan acara sarapan dan serapahnya mereka berdua bergegas pergi kesekolah dengan motor Arsya

"mang ibo Misya sama Arsya pamit yah" seru Misya saat melihat silut mang ibo disamping rumah yang sedang mengerjakan projec rumah pohon Misya

"iya neng hati-hati dijalann" ucap mang ibo berjalan untuk menutup gerbang

"jadi bikin rumah pohon?" tanya Arsya dengan masih fokus mengendarai motornya

"jadilah nanti gue undang lo buat slametan rumah pohon gue" Arsya terkekeh menatap Misya dari kaca spionnya

"pake slametan segala"

"harus biar selamet, eh lo yakin gaambil bagian dikelas? kenapa?" tanya Misya pasalnya kemarin saat pembagian struktur organisasi kelas dirinya maupun Arsya tidak ingin memilih menjadi apapun, Arsya sempat ditawari menjadi ketua kelas karena perawakan cowo itu yang terlihat pantas bagi beberapa orang yang hanya memandang fisik saja

"gue males ngurus banyak orang" hanya kata itu yang terlontar dari bibir Arsya, Misya heran sebelum mereka SMA Arsya selalu aktif diberbagai ektrakulikuler basket, organisasi kelas, bahkan mengikuti Organisasi OSIS di-SMP, mengapa sekarang tidak

VUIGOSS [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang