Minggu berawan gelap, pagi ini mentari disambut kedinginan karena awan hitam yang menghalangi sinar surya memasuki pekarangan rumah Misya, Saat kemarin dirinya jatuh sakit badannya menggigil yang sontak membuat Arsya sangat cemas, untungnya hari ini Minggu sehingga Misya tidak perlu meliburkan diri karena sakit
TOKK..TOKK..suara palu nyaring diindra pendengaran Misya disusul deru angin semerbak wangi bunga mawar yang memanjakan.
"neng masuk aja kedalem, disini udaranya dingin nanti tambah sakit" ucap Mang Ibo disela-sela dirinya yang sedang menyelesaikan projec rumah pohon Misya
Misya menggeleng lemah masih anteng dirinya duduk diayunan dibawah pohon pete yang menjulang tinggi, memperhatikan Mang Ibo yang telah dibuatnya berubah profesi yang awalnya menjaga rumah dan gerbang kini menjadi seorang perkakas rumah pohon, sungguh Multitalenta sekali
"PAGIKU CERAHKU MATAHARI BERSINAR KU GENDONG TAS BLANJAAN DIPUNDAK" sepagi ini teriakan merdu ulah sang Arsya mengganggu dirinya dan Mang Ibo, Arsya memasuki pekarangan rumah dengan menjingjing sebuat kantong kresek yang isinya pasti camilan, Misya berani bertaruh untuk itu.
"itu dijinjing Arsya, bukan digendong" revisi Misya pada kutipan lagu yang dinyanyikan Arsya
"lahhh terserah gue dong, karya-karya gue" balas Arsya mirip ibu-ibu komplek yang sering ribut saat menyerbu tukang sayur keliling disetiap pagi hari
"cepett sini gue pengen ice cream" Misya menjulurkan tangannya meminta kantong kresek itu dari Arsya
"gue ga beli" kini kresek itu berpindah tangan, Misya kecewa menatap Arsya sebal, pelan-pelan Arsya mengayunkan ayunan dengan pelan
"kan lo lagi sakit Misyaaaa" Arsya tidak tahan dengan tatapan kekecewaan Misya sehingga kini dirinya mengambil satu buah roti dan minuman kemudian menaiki anak tangga yang sudah tersusun guna memudahkan mang Ibo menaiki pohon
"nihh mang, Rotiii kacang kesukaannya mang Ibo" Arsya tersenyum menyodorkan makananya pada Mang Ibo
"Aduhhh denn gausah repot-repot, pake dibeliin segalaa. Nanti Mang Ibo ganti yaa uangnya" ucap Mang Ibo tidak enak hati atas kebaikan Arsya padanya
"Gausah mang, nanti sore aja temenin Arsya ngopi disini" Arsya cengengesahan saat mendapat anggukan semangat dari Mang Ibo
"MAKASIHH YA DENN" teriak mang Ibo yang diacungi jempol oleh Arsya
Mang Ibo selalu bangga pada sosok Arsya yang sangat dermawan, bahkan dirinya sangat menyayangi Misya dan Arsya selayaknya anak, pernah sekali saat dirinya memasuki rumah sakit, Arsya dan Misya rutin menjenguknya setiap pulang sekolah. Mengenai keluarga Mang Ibo, istri dan anaknya sudah lama meninggal dunia akibat kecelakaan bus, saat itu dirinya sangat terpukul mengenang anak laki-lakinya yang masih berusia 5tahun, jika anaknya masih hidup usianya akan sama dengan Misya dan Arsya
sejak dari peristiwa itulah Mang Ibo selalu merindukan anaknya setiap saat, dan rindunya akan terobati dikala melihat Misya dan Arsya yang menjalani keseharian, alasan itulah yang membuat dirinya betah bekerja dikeluarga farhan dengan sepenuh hati, sebab disana Mang Ibo merasakan kembali arti keluarga
farhan selalu menganggapnya seperti orang tuanya sendiri, bersikap sopan layaknya kepada yang lebih tua. bahkan saat farhan tidak ada jadwal kerja, dirinya senang mengajak Mang Ibo bermain catur ditemani kopi hitam dan sepiring gorengan tempe yang dibuat bi Asih
"Mang Ibo ayo turun udah mau ujann" teriak Misya dari bawah, rintik hujan mulai membasahi bumi, Misya dan Arsya segera membantu mang ibo membereskan peralatan dibawah pohon, sesekali mereka tertawa mendapati bi Asih yang tergopoh-gopoh mengangkat jemuran

KAMU SEDANG MEMBACA
VUIGOSS [On Going]
Fanfictionkehidupan sepasang sahabat yaitu Misya dan Arsya bak sepasang liontin yang menjadi utuh bila bersama. Namun tetap masing-masing manusia penuh dengan rahasia, entah siapa dan bagaimana terkadang berkhianat menjadi duka paling luka berawal dari Vuigos...