"baik dok, terimakasih" senyum terakhir sebelum tubuh Arsya beranjak dari ruang pria paruh baya dengan berbalutkan jas berwarna putih
cklek.
"gimana Arr bolehkan?" baru saja pintu terbuka penampakan Misya yang berdiri dan bersua membuat Arsya terlonjat kaget
"kata dokter gaboleh" Arsya berjalan meninggalkan Misya dibelakang, tidak ada keluhan dari cewe itu, hanya helaan nafas panjang.
Arsya berbalik menghampiri Misya yang berdiri kaku dengan infus portable ditangannya
"gue becanda. kata dokter lo bisa ikut asal--"
grepp..
"MAKASIHH ARRSYAA" Misya memotong perkataan Arsya dirinya terlalu senang sekarang tanpa disadari Arsya berdiri kaku dengan Misya yang melingkarkan tangannya begitu spontan, hampir saja dirinya terjatuh untungnya segera menyeimbangkan diri
"seneng?"
"hmmm seneng banget" ucap Misya
"seneng ya ga ada gue" Arsya terkekeh sumbang, tangannya mengelus surau panjang milik Misya
"Arr" pelukan yang tidak sampai setengah abad itu berakhir, Misya menatap kedua mata Arsya dengan lamat
"hmm?" wajah Arsya mendatar mendapati tatapan tak suka dari Misya
bertemu pandang menyirat banyak dari apa yang tidak bisa mereka ucapkan dalam kata
entah siapa dan mungkin keduanya yang tidak mengharap akan kepergian salah satunya"Misya jangan nakal disana, jangan kecentilan" Arsya memutus kontak mata dengannya, berjalan sambil mendorong tiang infusan Misya
"gue gapernah kecentilan sama cowo!" bela Misya tidak terima
"gue tau. tapi lo kecentilan sama setan, awas nanti kesibat" Arsya memang rajanya membuat Misya kesal, jangan lupakan tabokan Misya setelah itu
***
terik matahari dijam 9 memang lumayan, selain sehat untuk kesehatan tulang panasnya tidak terlalu menyengat dengan hawar-hawar angin yang lalu lalang dipagi secerah itu
"koncomu? ndak ikut toh?" (temanmu gak ikut?" suara khas jawa dengan tepukan ringan dibahu Misya menyadarkan dirinya bahwa sekarang kakinya telah menginjak lapangan utama SMA 1945, riuh siswa berbaris mendengarkan arahan dari seorang guru didepan barisan
"Arsya?" Misya bertanya guna membenarkan maksud Adipati meskipun dirinya tidak bisa berbahasa jawa tapi sedikitnya Misya paham
"ya mas Arsya" dengan wajah ceria serta memamerkan deretan giginya membuat Adipati memiliki karakter yang menyenangkan dimata Misya
"Arsya jagaian bundanya, kemaren ada musibah bunda rosa kecelakaan" dengan wajah suram Misya menjelaskan, terlihat raut sama dari wajah Adipati
"TES..TESS SELAMAT PAGI SEMUA" seketika suasana menjadi hening tatkala bapak pembina menaiki podium dilapangan, suara microfon terdengar beberapa detik nyaring sebelum kembali berjalan baik
beberapa menit pembukaan oleh bapak kepala sekolah dan dilanjutkan pengarahan dari beberapa pembina didengar dengan khidmat oleh siswa maupun siswi, terkecuali Misya. entahlah mengapa gadis itu selalu menyelipkan lamunan disetiap upacara
tentang Arsyanya bagaimana?apakah sudah makan? bagaimana keadaan rosa sekarang? dan bagaimana kedua orang tuanya? apakah masih ingat dirinya.
lamunan ditutup saat semua siswa siswa berusua secara menyeluruh, mengiyakan segala peraturan dan arahan dari pembina
KAMU SEDANG MEMBACA
VUIGOSS [On Going]
Fanfictionkehidupan sepasang sahabat yaitu Misya dan Arsya bak sepasang liontin yang menjadi utuh bila bersama. Namun tetap masing-masing manusia penuh dengan rahasia, entah siapa dan bagaimana terkadang berkhianat menjadi duka paling luka berawal dari Vuigos...