“Katanya mau ada reunian anak-anak tau, bulan depan. Udah terima infonya belum?”
Ada sedikit ketidaknyamanan karena Banyu harus menungguku ngobrol basa-basi sejenak. Walau aku yakin banget, Banyu akan bilang, gak pa-pa. Bolak-balik aku menoleh untuk memastikan ekspresi Banyu. Sampai akhirnya kuputuskan untuk menyudahi basa-basi ini.
“Belum, sih,” jawabku cepat, “Gas, urang musti buru-buru nih. Masih harus ngider lagi. Duluan, ya,” pamitku.
“Eh, bentar, Lam. Bagi nomor, dong. Nanti biar urang kirim undangannya,” katanya lagi sambil menyerahkan hpnya padaku.
Tanpa banyak kata-kata, kuketikkan nomorku dan pamit cabut dari hadapannya. Tak tahu saja Regas kalau aku sama sekali gak berharap diundang reuni. Reuni adalah hal yang bagiku penting gak penting. Karena biasanya isinya cuma pamer apa yang sudah dicapai setelah cabut dari sekolah.
“Sori ya, Kang. Lama,” kataku saat menerima helm dari Banyu.
“Gak pa-pa, santai aja,” jawabnya sambil tersenyum.
Benar-benar bisa diduga.
Tapi cuma itu yang dia katakan. Tak ada pertanyaan susulan soal aku kenal dengan Regas di mana atau Regas siapa. Hal yang jujur saja kala itu membuatku jadi paham. Rupanya kedekatan kami memang cuma karena sedivisi saja dan harus jalan bareng saja. Tidak lebih.
Baiklah, cukup tahu.
💔
Cuma.
Sebuah kata singkat yang rupanya punya kekuatan luar biasa untuk menyakiti seseorang. Pertemuan demi pertemuan antaraku dan Banyu yang gak terelakkan sepanjang persiapan publikasi acara, rupanya membuatku gak bisa terus-terusan berlindung di balik kata cuma.
Aku sadar itu terlebih setelah apa yang terjadi hari itu, dan barusan.
Aku gak paham ya, bagaimana bisa ngilu itu muncul cuma karena hari itu Banyu gak bertanya sama sekali soal siapa Regas. Atau kenapa detik ini ada rasa gak nyaman ketika melihat Banyu lagi ngobrol akrab banget sama teman sekelasnya, Klaris. Apalagi sampai melipir pergi berdua entah ke mana.
Sebenarnya gak sekali dua kali sih, kudapati Klaris dan Banyu lagi bareng. Di kantin, di tangga, di banyak kesempatan. Mungkin, dulu sebelum kami banyak menghabiskan waktu bareng, nggak ada perasaan apa-apa yang muncul kalau aku melihat Banyu dan Klaris ngobrol privat.
Tapi sekarang, kok aneh ya, rasanya?
"Lam, gimana, bisa nggak foto bareng sama Maliq*?" ucap Saga yang juga datang ke acara ini. Saka, kakakku satu lagi gak bisa datang karena ada urusan di kampusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Uncut (Completed)
Romansa15 tahun berlalu setelah masa SMA-nya, Nilam Anjani berpikir mungkin memang semua ini cukup dikubur, nggak perlu ada yang tahu. Sampai satu hari novel lawas yang ia buat karena kejadian besar di masa sekolahnya itu naik ke layar lebar, menariknya k...