10: THE UNSEEN

111 16 0
                                    

Tak kusangka kalau pertemuanku dengan Banyu di gerbang keluar saat itu seolah jadi pertemuan terakhir kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak kusangka kalau pertemuanku dengan Banyu di gerbang keluar saat itu seolah jadi pertemuan terakhir kami.

Sejak anak kelas dua belas beres Ujian Nasional dan mulai sibuk mempersiapkan diri untuk ujian saringan masuk universitas, aku nggak pernah lagi melihat Banyu di sekolah ini. Nggak sesering dulu. Aku pikir, mungkin karena saking sibuknya sampai nggak terlihat. Karena biasanya anak-anak kelas dua belas seperti itu di penghujung tahun sekolah mereka.

Terlebih, semua tahu betapa Banyu diharapkan oleh sekolah ini untuk bisa masuk universitas nomor satu di negara ini. Jadi, sepertinya wajar kalau persiapannya sebegitu rupa.

"Nilam ini bisa loh, sebenarnya masuk IPA. Kok, nggak masuk IPA?" suara Bu Rena mengembalikan fokus.

Aku sedang menerima rapot dan terpaksa datang bersama Saka, alih-alih orang tuaku. Sebenarnya, aku sih yang meminta Saka untuk mewakilkan. Aku Takut orang tuaku mengubah pikiranku di detik-detik terakhir.

"Lebih suka hafalan dia, Bu," sahut Saka sambil tersenyum, "Nggak pa-pa, sih. Yang penting Nilam nyaman saja," jelas Saka lagi.

Bijak. Selalu begitu.

"Ya sudah. Kalau begitu. Semua tanggal-tanggal untuk daftar ulangnya sudah ada di sini juga, ya. Selamat ya, Nilam sekali lagi. Peningkatannya terlihat sekali semester ini," ucap Bu Rena tersenyum padaku.

Kehadiran Saka sudah barang tentu jadi sorotan di sekolah hari ini.

Guru-guru langsung menanyakan kabarnya dengan ramah, juga beberapa anak MPK dan OSIS yang menghampiri Saka sekadar untuk salam hormat saja. Pada senior mereka.

Kami sedang berjalan di lorong menuju halaman parkir ketika Saka rupanya juga menyadari hal yang sama.

"Kok, Mas nggak lihat Banyu, ya?" tanyanya sesaat sebelum kami pisah arah. Aku memang mau jalan sama Kaleb habis ini. "Di ruangan OSIS juga nggak ada. Kelas dua belas bukannya belum libur?" ujar Saka lagi.

Aku mengangkat bahu.

Aku juga nggak pernah melihat Banyu lagi. Jangankan Saka yang cuma mampir hari ini, aku yang sehari-hari masih mondar mandir sini saja nggak pernah melihat. Banyu seolah raib di saat yang bersamaan kandasnya kedekatan kami berdua. Pasca aku makin kelihatan langgeng dengan Kaleb.

"Oke, Mas langsung ke kampus. Rapotnya kamu aja bawa, ya," ucap Saka mengembalikan buku rapot padaku. "Bye," pamitnya berpisah ke halaman parkir.

Baru saja aku putar badan, aku langsung dikerubuti tiga teman-temanku yang lain. Kanya, Tasha, dan Kimmy. Mereka semua masuk IPA dan memang cuma aku yang memutuskan untuk akhirnya mengikuti kata hatiku setelah banting tulang setengah mati meyakinkan orang tuaku.

High School Uncut (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang