9: THE ENIGMA

98 17 0
                                    

Meski acara sudah selesai, suara, lagu, dan setiap detil yang kualami saat Glenn manggung barusan masih terputar jelas di kepala ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski acara sudah selesai, suara, lagu, dan setiap detil yang kualami saat Glenn manggung barusan masih terputar jelas di kepala ini.

Aku kini duduk di sini, sambil memandangi gemerlap lampu-lampu kota di malam hari. Aku memang nggak lantas pulang dan minta jemput Saka seperti apa yang aku bilang pada Banyu. Tepat saat Banyu pergi meninggalkanku di kerumunan begitu saja.

Alih-alih, aku menghubungi dia yang sekarang beranjak duduk juga di sampingku. Sambil meneguk bir yang dibelinya di perjalanan tadi.

Tanganku tiba-tiba terulur menjangkau kaleng bir yang Kaleb teguk.

Kaleb menoleh, "Are you sure?" ucap cowok itu.

"I don't know, Leb. I'm out of my mind," jawabku sambil terus mengulurkan tangan, berusaha menjangkau kaleng itu.

"Justru karena kamu lagi out of your mind, saya tanya gitu," jawab Kaleb masih menjauhkan kaleng dariku.

Aku menyerah.

Kutarik tanganku darinya. Kupeluk kedua kakiku. Kepalaku mulai disesaki banyak asumsi. Tentang apa yang Klaris katakan lewat telepon sampai Banyu rela meninggalkanku begitu saja.

"If I were you, I'd be mad too," kata Kaleb lagi di sela-sela tegukannya. "Tega banget sih, kakak kamu ninggalin kamu di sana sendirian."

Ya. Aku berbohong soal Saka ke Banyu. Dan kini aku berbohong soal Saka lagi ke Kaleb. Salah apa kakakku itu? Aku memang bilang kalau tiba-tiba Saka cabut begitu saja dan aku minta tolong Kaleb menghampiriku.

Gak paham, kenapa cuma ada nama Kaleb yang muncul di kepalaku saat itu terjadi. Dan Kaleb, seperti dirinya selama ini, gak pernah mengecewakanku. Dia datang menghampiri aku ke venue.

Aku nggak pengen Kaleb tahu bahwa orang yang sebenarnya ninggalin aku begitu saja adalah teman SD-nya dan bukan kakakku. Atau mungkin juga karena aku malu. Bisa-bisanya aku diperlakukan begitu dan aku seolah terima saja.

"It's all about priority," renungku. Sayangnya dibanding Klaris, aku nggak pernah jadi prioritas Banyu.

"Tapi saya nggak akan setega itu sih, ninggalin orang yang saya sayang sendirian gitu aja. Even if she said she'd be alright, I wouldn't believe that," ucap Kaleb ikut memandangi gemerlap lampu di depan mereka.

Kaleb benar.

Kalau Banyu benar-benar ada rasa sama aku, dia nggak akan tega meski aku sudah bilang nggak pa-pa. Seharusnya saat aku bilang nggak pa-pa, Banyu berusaha meyakinkan aku buat ikut dengannya saja. Atau apapun. Selain membiarkan aku sendirian di kerumunan seperti tadi.

High School Uncut (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang