EIGHT

1.2K 139 15
                                    

Semakin hari Erin mulai dekat dengan Jaehyun, Mark pun sedikit tidak menyukainya. Jeno menghampirinya,

"Apa yang kau lihat hyung?" Sembari menepuk bahunya.

"Apa Haechan dan Jaemin bersama?" 

"Ya, Jaemin sedang bersamanya. Ia berada diakurium. Wae? Kenapa kau terlihat...." Jeno memperhatikan hyungnya.

"Lihatlah, aku benar-benar tidak suka melihat Ayah dekat dengan yeoja itu."

"Hyung, Jaemin dan Haechan selalu membicarakan Erin. Ada apa sebenarnya?" Tanya Jeno.

"Entahlah ku rasa mereka mempunyai firsat buruk. Tapi kita harus meyakinkan mereka Erin bukan siapa-siapa." Ucap Mark.

"Hanya saja belakangan ini Jaemin selalu merasakan sakit di kepalanya. Ia mengeluh tentang gelombang frekuensi yang ia dengar." Keluh Jeno.

"Tunggu, gelombang frekuensi? Dia tidak akan merasakan gelombang rekuensi yang menyiksanya seperti itu jika ia bertemu dengan duyung." Ucap Mark curiga.

"Aku tidak mengerti hyung. Tapi melihat Jaemin yang terus mengeluh, aku merasa di istana ini pasti ada musuh bangsa duyung." Ujar Jeno.

"Ucapanmu ada benarnya, tapi bagaimana kita mencarinya? Jaemin harus berperan serta dalam hal ini." Ujar Mark.

"Hyung, sebelum itu ayo kita dekati ayah. Aku tidak ingin ayah melupakan ibu begitu saja." Jeno melangkahkan kakinya mendekati sang Ayah.

"Ayah, aku perlu bicara denganmu." Ucap Jeno.

"Ada apa? Bicaralah. Kau tidak lihat ayah sedang berbicara dengan Erin?"

"Ayah, kami perlu bicara." Tegas Mark.

"Baiklah, ayo bicara dengan Ayah dikamar." Jaehyun meninggalkan Erin.

Mark dan Jeno mengikuti sang Ayah berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mark dan Jeno menutup rapat semua pintu dan jendela.

"Kaliann ini kenapa? Ada apa dengan kalian?" Tanya Jaehyun bingung.

"Kami harus menyadarkan Ayah akan Ibu." Ujar Mark.

"Dan membicatakan sesuatu hal yang penting tentang Haechan dan Jaemin." Ucapan Jeno yang serius.

Disisi lain, Erin memanfaatkan keadaan ini untuk menjalankan rencananya. Ia menyiapkan makanan khusus untukk Haechan dan Jaemin. 

"Bagus jika Raja dan kedua anaknya aku bisa lebih leluasa untuk mencelekai mereka berdua." Erin pun berjalan menuju kamar Jeno sembari membawa nampan berisi makanan.

Erin pun mengetuk pintu kamar Jaemin, beruntung ia berada didalam kamar mandi. Jaemin merasakan sakit kepala yang sama kembali, ia merintih sambil memegangi kepalanya. Sementara itu, Haechan membuka pintu dan meminta Erin menaruh nampannya di meja.

"Terimakasih, aku dan Jaemin akan memakannya nanti. Kau bisa pergi." Ujar Haechan.

"Baik." Erin membungkuk lalu meninggalkan kamar Jaemin.

Haechan menutup pintu dan menguncinya. Ia segera pergi ke kamar mandi dan melihat Jaemin memgangi kepalanya, Jaemin merintih kesakitan dan terlihat lemas.

"Na, ada apa denganmu?" Tanya Haechan.

"Aku merasakan gelombang frekuensi yang sangat kuat lagi hyung." Ujarnya.

Haechan membantunya berdiri, ia membawa Jaemin ke kasur dan mengambil minuman untuknya.

"Minumlah, agar kau merasa baikan."

Saat Jaemin hampir meminumnya, tiba-tiba Jaemin melempar gelas itu. Alhasil, gelaspun pecah dan ia melihat ke arah jendela.

"Xiao hyung dan Hen hyung." Ujarnya.

Legend of Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang