Chapter VII

25 8 4
                                    

•Friendshit•
___

Pelajaran olahraga telah usai, para siswa beristirahat di pinggir lapangan. Soobin tengah meminum airnya namun tiba-tiba saja Hyunjin datang membuat Soobin tersedak saat minum.

"Hey Hyunjin! Aku tersedak tahu."ucap Soobin yang hanya dibalas cengiran tak berdosa Hyunjin.

"Maafkan aku Soobin aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu."ucap Hyunjin, membuat Soobin mengalihkan pandangannya ke arah Hyunjin.

"Mengatakan soal apa?"tanya Soobin. Hyunjin menengok kearah kanan dan kiri memastikan teman-temannya yang lain tidak mendengarkan percakapannya.

"Soal tadi dikoridor, aku sengaja."ucap Hyunjin.

"Sengaja maksudmu?"tanya Soobin tak mengerti.

"Tadi kau menguping percakapan Minho dan Beomgyu kan?"tanya Hyunjin. Soobin hanya mengangguk.

"Aku hanya mencegahmu untuk tidak mendengar hal lain."ucap Hyunjin, membuat Soobin penasaran dengan lelaki berparas pangeran di depannya.

"Tunggu-tunggu pasti ada hal yang disembunyikan dari kalian, apa maksud dari perkataan mu Hyunjin?"tanya Soobin membuat Hyunjin diam membisu tidak menjawab.

"Kenapa tidak menjawab? Kau pasti tau sesuatu kan? Beri tahu aku, atau aku akan menanyakan langsung pada Beomgyu dan Minho."ancam Soobin. Hyunjin menggigit bibir bawahnya ragu.

"Tapi, setelah aku memberi tahu ini kau tak boleh membocorkannya pada yang lain karena aku sudah janji pada Felix."ucap Hyunjin. Soobin hanya mengangguk menunggu Hyunjin berbicara.

"sebenarnya Minho... arghh!"ucapan Hyunjin terpotong saat bola kasti mengenai kepalanya, Hyunjin melihat ke arah si pelempar. Ternyata Changbin berdiri di belakangnya dengan sarung tangan penangkap bola kasti yang menutupi telapak tangan kanannya.

"Jangan ngomongin orang kalau gak mau timbul masalah."ucap Changbin dengan nada dingin.

"Kau sendiri kan yang akan membocorkannya?"tanya Hyunjin dengan sinis. Changbin berdecih pelan sambil tersenyum remeh.

"Kalian salah ngomongin orang."

























































---

Felix keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Sekarang sudah pukul 12 siang, artinya ibunya sengaja untuk tak membangunkannya, padahal Felix sudah sadar dari pingsannya sejak tadi, namun karena mengantuk dia memutuskan untuk tidur.

"Felix? Kau sudah bangun?"tanya nyonya Lee di depan televisi yang menyiarkan sebuah berita.

"Iya bu, kepala Felix pusing sekali."ucap Felix memegang kepalanya. Nyonya Lee menggeserkan tubuhnya agar Felix bisa duduk di sebelahnya.

"Apa kau sakit? Ibu akan buatkan makan siang untukmu."ucap nyonya Lee. Felix mengangguk lalu, nyonya Lee berdiri dan menuju dapur.

Di ruang tamu, Felix sendirian dengan televisi yang masih menyala. Felix mematikan televisi yang berisikan berita itu. Terkadang, berita membuat kepalanya semakin pening.

Felix tiduran di sofa sambil memikirkan apa yang terjadi semalam, karena Felix ingin mengingat kejadian mengerikan yang dialaminya itu. Matanya terpejam dengan tangan yang memijat-mijatkan dahinya.

"Berita terkini. Kejadian mengerikan di lokasi gereja Ripperpuff meresahkan warga sekitar"

Suara televisi menyala membuat Felix bangun dan segera mematikan televisi itu, lalu dia melemparkan remot itu di atas sofa dan berdiri meninggalkan ruang tengah.

"Seorang biarawati tewas ditusuk dua belas kali oleh seorang remaja berusia delapan belas tahun yang berhasil melarikan diri."

Felix mematikan televisi itu lagi lalu, dirinya mematikan saklar agar televisi itu tidak nyala lagi, langkah Felix mundur saat merasa ada yang tak beres.

Sssrrttt!!!

Suara televisi dengan layar semut memenuhi layar itu membuat Felix menutup mulutnya tak percaya. Tidak. Dia harus berpikir positif bahwa televisi itu mungkin rusak.




























PRAKK!!

Sebuah kotak sereal terjatuh menyita perhatian Felix untuk menghampirinya. Felix pelan-pelan ke arah suara tersebut dan melihat sereal yang jatuh berserakan di mana-mana. Felix mengambil kotak sereal itu. Namun saat kepalanya mendongak, seorang wanita berteriak di depannya.

"GET AWAY FROM HIM!!"

"AAAAA!!!" Felix berteriak meronta-ronta, membuat ibunya menghampirinya dan mengguncang-guncang tubuh Felix agar sadar.

Seakan waktu melambat, Felix memeluk nyonya Lee yang berada di sampingnya. Felix sangat takut pada sosok wanita reot yang meneriakinya itu.

"Felix lihat dia lagi bu,"

































































---

"Changbin!"panggil Hyunjin saat diluar sekolah, Changbin yang terpanggil membalikkan tubuhnya dan menatap Hyunjin.

"Apa maksudmu yang tadi di lapangan? Kau tau sesuatu?"tanya Hyunjin penasaran. Changbin mengangkat bahunya.

"Aku hanya memperingatimu agar tidak berkata lebih jauh."ucap Changbin.

"K-kau? Sudah tau kan?"tanya Hyunjin sekali lagi, Changbin mengangkat bahunya lagi.

"Sudah kubilang aku hanya memperingatimu, lagian aku tidak peduli."ucap Changbin.

"Aku ragu kau mengetahui sesuatu yang terjadi."ucap Hyunjin. Changbin mengangkat bahunya lagi.

"Terserah kau saja, aku sudah bilang bahwa aku tidak peduli."ucap Changbin lalu pergi meninggalkan Hyunjin yang menyimpan ribuan pertanyaan. Sedangkan seorang lelaki dari jauh tampak tersenyum miring kepada kepergian Changbin.








































































"Tidak peduli apa sudah tau?"

FRIENDSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang