Chapter IX

22 7 3
                                    

• Friendshit •
___

Felix melihat ke arah sekeliling. Tampak sebuah goa dengan dinding-dinding yang berair. Suara tetesan air yang mengenai genangan terdengar dari indra pendengaran Felix.

Felix menuruni tangga saat dirinya sadar tengah di atas tangga batu. Felix mengambil sebuah obor tepat di sampingnya, lalu menuruni tangga.

Kepalanya merasa pusing, seperti ada hal yang tidak beres. Semakin Felix turun, bau daging terbakar tercium di hidungnya. Langkahnya masih setia menyusuri ruang bawa tanah itu.

Tepat saat terdapat cahaya merah, Felix berjalan cepat ke arah cahaya itu. Tekad dan niatnya untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Langkahnya terhenti saat melihat seorang lelaki dengan jubah hitam yang menutupi kepalanya, tengah membelakanginya, di depannya terdapat sebuah altar dan sebuah simbol bintang yang sangat dibenci oleh tuhan.

"Hai Felix."dua kata itu terucap dari kedua mulut lelaki itu.

---






































































Felix terbangun dari tidurnya dan memegangi kepalanya yang pusing. Dia memegang air suci yang tampak di mejanya lalu bernafas lega.

"Syukurlah hanya mimpi."ucap Felix bernafas lega. Dilirik nya jam beker di mejanya sudah menunjukkan pukul tiga pagi. selalu saja dirinya terbangun di saat-saat seperti ini.

Krett!! Krett!!

Suara seperti cakaran itu terdengar lagi. Felix bisa mendengar seperti ada seseorang yang tengah mencakar-cakar pintu kamarnya dari luar, Felix turun dari kasur dan menuju pintu kamarnya.

Saat telinganya mendekatkan ke pintu, suara cakaran itu berhenti. Felix menjauhkan telinganya dari pintu lalu, tangannya masih menggenggam air suci itu.

"Sebenarnya apa maumu?"




























































---

Kelas H1 kembali lengkap seperti biasa, kecuali Han yang katanya kepalanya masih sakit. Di kelas, semua teman-teman Soobin sudah datang, kecuali Beomgyu dan Yeonjun yang belum tampak batang hidungnya.

Soobin menghampiri Felix yang sedang menulis sesuatu di catatannya, membuat Soobin tertarik apa yang Felix lakukan.

"Hai Felix."panggil Soobin. aktifitas Felix terhenti lalu tersenyum ke arah Soobin.

"Hai juga Soobin."jawab Felix. Soobin duduk disebelah Felix, dan menatap buku catatan yang terbuka.

"Apa yang kau tulis?"tanya Soobin. Felix menutup bukunya dan tersenyum pada Soobin.

"Apa kau mau lihat? Ini hanya catatan ku selama di gereja, bukan rahasia kok. Kau bebas membacanya."ucap Felix membuat Soobin mengambil buku catatan itu.

Soobin melihat halaman demi halaman, di catatan hanya ada sebuah ayat doa, dan sebuah tulisan yang ada di dalam mimpi Felix.

Saat Soobin membuka halaman setelahnya, Soobin melihat beberapa gambar sketsa yang absurd namun tampak jelas, seperti sosok mahluk yang sering dilihat Felix mungkin(?)

"Oh itu... itu adalah mereka yang sering aku lihat, entah itu dirumah, disekolah, bahkan saat aku digereja. Aku lebih suka yang ini."ucap Felix membuka halaman selanjutnya dan menampilkan seorangn biarawati cantik.

"Kau melihatnya dimana Felix?"tanya Soobin.

"Hmm... dia sering melihatku, dia bertemu denganku tidak di gereja. Tapi disini."ucap Felix.

"Disini? Maksudmu di kelas ini?"tanya Soobin. Felix mengangguk.

"Dia selalu bersama Minho, entah apa yang dia inginkan. Aku rasa dia ramah."ucap Felix, Soobin mengangkat alisnya sebelah.

"Minho? Minho teman kita? Apa yang dilakukannya?" tanya Soobin penasaran. Felix melirik ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa teman-temannya tidak ada yang menguping.

"Aku tidak tahu, tapi wanita itu selalu sadar karena sering kuperhatikan."ucap Felix dengan nada serius.

"Apakah dia jahat?"tanya Soobin. Felix mengangkat bahunya.

"Tapi, semakin kesini. Wanita itu selalu menerorku, aku selalu melihatnya di semua sudut, seperti ingin menyampaikan sesuatu padaku namun, dengan cara yang mengerikan."jelas Felix.

Soobin berusaha mencerna setiap kata Felix, namun tiba-tiba dia merasakan sekepal kertas mengenai kepalanya, membuat dirinya mengambil kertas itu dan membukanya

"Jangan ngomongin orang, ada yang nguping loh."

Soobin melirik kiri dan kanan mencari keberadaan si pelempar kertas, namun sudut matanya menangkap sesuatu.

Minho menatap tajam ke arah Felix.













































---

Felix keluar dari gerbang sekolah, tampak Soobin menghampirinya. Soobin menarik Felix agar menjauh dari keramaian para siswa.

"Ada apa Soobin?"tanya Felix.

"Felix, aku boleh meminjam buku catatanmu yang tadi?"tanya Soobin. Felix mengerutkan dahi.

"Untuk apa?"tanya Felix.

"Ini penting, dan satu hal lagi. Apa kau bisa kerumahku hari minggu? Setelah kebaktian?"tanya Soobin.






























































"Tentu saja, aku akan ke rumahmu."

FRIENDSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang