Setelah cukup beristirahat kira kira menunjukkan pukul 20.00 dengan ditemani suasana Jogjakarta yang disinari oleh rembulan malam dengan semilir angin lembut membuat perut Zahra mulai meronta ronta , karena ia pemalu ia diam saja
Kruck....kurck...kurck.... ( Suara kemerucuk perut Zahra cukup keras ) Zahra panik karena ia tidak ingin merepotkan Mas Ghufron
waktu
" Mbak Zahra kamu laper ? " Tanya Mas Ghufron sambil menoleh kearah Zahra karena mendengar suara kemerucuk perut Zahra" I..iya mas " jawab Zahra ragu ragu
" Kenapa kamu ndak bilang , kan bisa sama sama nanti makannya " ucap Mas Ghufron
" Soalnya Zahra Ndak mau ngrepotin Mas Ghufron" jawab Zahra
" Mbak Zahra nggak usah sungkan sungkan lah sama saya " ucap Mas Ghufron dalam hati sambil tersenyum kepada Zahra
" Yaudah kalau begitu kita cari makan dulu , habis makan kita berangkat kerumah budhe ya " ajak Mas Ghufron
" Iya mas , terimakasih " ucap Zahra sambil tersenyum manis
Mas Ghufron hanya tersenyum kecil menanggapi jawaban Zahra
Kemudian mereka sampailah di warung makan kecil pinggir jalan , mereka memesan dua porsi ayam lodho , nasi putih panas beserta teh hangat yang pas dinikmati malam itu yang suasanannya sedikit gerimis .
Kira kira pukul 20:30 mereka selesai makan kemudian mereka melanjutkan perjalanan yang bisa ditempuh dalam waktu singkat sekitar empat puluh hingga empat puluh lima menit , kemudian mereka menaiki sebuah angkutan umum , mereka berdua masuk dan duduk berhadapan karena berdesakaan hingga tidak sengaja Zahra kehilangan tasbih kayu gaharu hadiah dari Abah waktu Zahra kecil , tasbih itu selalu dibawa ditas Zahra sebagai pengingat akan berharganya tasbih itu, Zahra tidak menyadarinnya , tak lama kemudian mereka sampai di depan gang masuk yang tidak terlalu sempit namun tidak bisa dilewati angkutan umum lalu mereka berdua turun tanpa menyadari tasbih milik Zahra hilang . Kemudian mereka masuk kedalam gang itu dan mencari rumah budhe yang dimana letaknya tidak jauh dari gang itupun seingat Zahra , memang Zahra lama sekali tidak berkunjung kerumah budhenya karena banyak waktu yang Zahra gunakan untuk mengajar santri di pondok , Zahra tidak terlalu ingat dengan rumah budhenya dengan berjalannya waktu suasana menjadi asing bagi Zahra padahal ia dulu masakecilnnya tinggal di sana bersama budhenya,
" Mbak gimana ini , mbak Zahra ingat ndak rumah budhe yang mana ? " Tanya Mas Ghufron
" Zahra lupa mas , kan Zahra udah lama nggak berkunjung ke rumah budhe, apa kita tanya tetangga saja ?" Tanya Zahra
" Tapi kalau sudah larut malam begini , kurang sopan kalau kita ketuk pintu apalagi kita orang luar mbak " jawab Mas Ghufron
Yang waktu itu menunnjukkan pukul setengah sepuluh malam , dimana di gang tersebut terlihat sepi dan tidak ada rumah warga yang buka
" Iya juga mas tapii ... gimana lagi ?'' tanya Zahra , tiba tiba Zahra ingat sesuatu Abah pernah mengatakan bahwa di depan rumah budhe ada sebuah lampu petromak antik yang tidak pernah dipindahkan tempatnnya dan itu berada di teras rumah
" Ooh iya mas , Zahra baru ingat di teras rumah budhe itu ada lampu petromak antik , Abah pernah cerita itu kepada Zahra" terang Zahra
" Alhamdulillah , syukurlah kalau mbak Zahranya ingat sekarang kita cari teras rumah yang ada lampu petromaknya " jawab Mas Ghufron
"Iya mas " ucap Zahra
Setelah beberapa menit kemudian mereka menemukan rumah yang dimana merupakan salah satu rumah yang masih buka pintu dan di teras rumah tersebut terlihat ada lampu petromak yang tetgantung di atas plafon , meraka pun menghampiri rumah itu dengan perasaan lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia Abi & Zahra
Teen FictionNostalgia Abi & Zahra , sebuah kisah perempuan cantik ( Zahra ) di pesantren dengan perasaan yang sulit dimengerti dan suatu kejadian yang tidak mudah di terima namun itu nyata . Ikuti ceritannya ....