Apa kata maaf tidak
Ada artinya lagi°°°IRENA°°°
Happy Reading
Setelah kejadian sembilan tahun yang lalu. Kehidupan Irena telah berubah. Irena yang sempat merasakan kasi sayang dari kedua orang tuanya telah hilang begitu saja. Di mana yang dulu kakak-kakaknya menyayangi Irena, sebagai adiknya telah pupus begitu saja. Sakit itu lah yang dirasakan oleh Irena sampe saat ini.
Tetapi di balik itu semua Irena sangat bersyukur karena tidak kehilangan mamanya karna Tuhan masih memberikan kesempatan untuk mamanya bertahan hidup. tetapi Irena harus kehilangan adik yang sangat dia nantikan.
saat Nia mengetahui anak yang dia kandung telah tiada hancur sudah pertahanannya. anak yang selama ini ia, nantikan ke hadirannya kedunia ini telah pergi diluan ke Sang pencipta.
bahkan melihat wajahnya saja dia belum sempat. saat itulah perubahan Nia saat melihat Irena hanya siratan kebencian yang dia layangkan, bukan hanya Nia tetapi suami nya Farel, dan anaknya Viona dan Raka pun turut membenci ke hadiran Irena dalam hidup mereka.
Karna Irena lah penyebab kematian anak dan adik yang mereka tunggu-tunggu selama ini.
Irena baru saja turun dari kamar menuju meja makan. Dan langsung menghampiri Nia yang sudah berada dimeja makan terlebih dahulu. Tetapi Irena merasa sedih saat melihat mamanya yang melamun tampa mau menyentuh makanan yang ada didepan matanya.
Irena pun langsung saja menawarkan Nia untuk makan, tetapi Nia tetap saja terdiam tampa merespon ucapannya sedikit katapun.
"Mama mau makan apa? Biar Irena ambilkan." tanya Irena yang menatap mamanya hanya terdiam dengan tatapan kosong.
"Mama..." panggil Irena lagi.
"Mama Irena ambilin ikan yah sama sayur biar mama sehat terus." ucap Irena yang masih berusaha membujuk mama nya agar mau makan. walaupun tak ada kata sedikit yang keluar dari mulut Nia.
"Mama makan yah..." menyuapi Nia, yang langsung ditepis kasar oleh Nia. Sehingga nasi yang ada di sendok itu berceceran ke lantai.
Tatapan tajam dan siratan kebencian tercetak jelas disorotan mata Nia. Saat melihat Irena. Kata-kata menyakitkan pun, dikeluarkan oleh Nia. Tampa merasakan sesakit apa ucapanya itu ia, torehkan kepada putri kandungnya sendiri.
"DASAR ANAK PEMBAWA SIAL KAMU! KENAPA ENGGAK KAMU AJA YANG MATI! KENAPA HARUS ANAK SAYA KENAPA!...." teriak Nia penuh penekanan di setiap kata yang dia keluarkan dari mulut nya.
kata-kata menyakitkan itu kembali lagi dirasakan oleh Irena dimana mamanya sangat menginginkan kematiannya. jika boleh Irena memilih lebih baik Irena yang tertabarak dan tidak dapat diselamatkan dari pada harus melihat mamanya menderita seperti ini.
"Ma... maafin Iren," lirihnya air mata yang sedari tadi dia tahan menetes begitu saja.
Nia yang mendengar kata maaf semudah itu keluar dari mulut Irena. Langsung saja menatap benci Irena.
mengucapkan kata maaf sangatlah mudah tampa tau rasanya bagaimana menahan sakit kehilangan buah hati yang selama ini ia tunggu-tunggu akan kehadirannya.
"Apa kamu bilang maaf? Apa kata maaf kamu itu bisa dengan mudah. Mengembalikkan anak saya? DASAR ANAK PEMBAWA SIAL! " tekannya lalu pergi meninggalkan Irena yang terdiam diiringin tangisanya.
°°°°
"Kak Raka, Kak Viona. Iren boleh ikut ke sekolah, bareng kalian?" tanya Irena penuh harap, semoga saja kakak nya mau menginjinkan dirinya untuk berangkat bersama.
namun kenyataannya tidak sesuai harapan. Raka dan Viona justru melayangkan kata-kata menohok yang kembali membuat hati Irena sakit.
"Haaa.... lo mau bareng kami?
Yang ada nanti kami kena sial.
Mending lo berangkat sendiri
Lagian gua juga malu punya adik kayak elo. harusnya waktu kecelakaan itu. LO YANG MATI! bukan adik yang gua tunggu selama ini." tekan nya disetiap kata yang ia, keluarkan tampa memperdulikan betapa terluka hati adiknya saat mendengar lontaran tajam dari kakaknya.air mata Irena kembali menetes lagi-lagi dia harus mendengar kata yang menginginkan kematian nya oh Tuhan cobaan apa lagi ini. mampukan Irena melewatinya.
"Gak usah drama, buang-buang air mata hanya untuk mengemis perhatian!" ujar Raka dingin dan begitu menohok.
"Kak Raka, kak Viona maafin Irena.." lirihnya menatap sendu kedua kakak nya.
"Kata maaf gak akan bisa mengembaliin kondisi mama seperti dulu. dan juga gak bisa ngembaliin adik yang selama ini gua nantikan kehadirannya. Dan dengan mudahnya lo minta maaf. makan tuh maaf lo, yuk kak pergi enek gua lama-lama di sini." langsung pergi memutari mobil nya. meninggalkan Irena yang kembali menangis mendengar lontaran yang begitu menyakitkan yang harus iya telan kembali.
Irena yang melihat papa nya baru saja, keluar dari dalam langsung menghampiri Farel. Namun, lagi-lagi kata Farel mampu meruntuhkan pertahanan Irena yang berusaha terbiasa dengan kata menyakitkan yang sering iya terima. tapi tetap saja air mata itu terus mengalir membasahi wajah cantik nya.
"Papa Irena boleh bareng papa ke sekolah?" tanya Irena hati-hati
"Kamu gak punya malu minta tolong saya. Kamu masih saya tampung di sini saja seharusnya bersyukur. bukan nya jadi gak tau diri seperti ini." tutur Farel menatap benci Irena.
Sungguh kata-kata papa
nya begitu menyakitkan hingga menusuk uluh hati nya, sakit tentu. Bagaimana tidak mama dan kakak nya menginginkan kematiannya, papa nya juga menginginkan tiada dirinya di kehidupan keluarganya sendiri. Sakit itulah yang di rasakan Irena tiada gambaran kebahagian yang iya dapat sampe sembilan tahun ini."Hiks....hiks...hiks... apa kesalahan Irena begitu besar sampe kalian tidak menginginkan keberadaan Irena. Apa kata maaf tidak ada artinya lagi." jerit Irena dalam hati.
menjerit pun Irena hanya mampu menumpakan nya dalam hati. Sungguh sangat begitu menyakitkan saat keluarga yang awalnya sangat menyayanginya menginginkan kematianya.
°°°°
Hay...hay...hay... kembali lagi di Part pertama Irena.
Semoga kalian suka ya dan feel nya semoga dapat ya. Jangan lupa juga buat :Baca
Vote
And
Comen
Salam manis dari Q
KAMU SEDANG MEMBACA
IRENA (ON GOING)
Teen FictionSejak kejadian sembilan tahun yang lalu. Gadis malang yang bernama Irena harus menelan luka di umurnya yang masih kecil hingga beranjak dewasa. Dibenci oleh kedua orang tuanya, diacuhkan oleh kedua kakak nya, jadi bahan bullying teman sekolahnya, da...