part 8

43 10 1
                                    

Tuhan Irena tidak sanggup lagi, apa boleh Irena menyerah saja.

Irena
*****

Seperti biasa malam ini Irena. Berkutat dengan pekerjaanya yang menjadi pelayan restoran ditempat teman kenalannya yang menawarkan dirinya untuk bekerja di lestoran kakaknya.

"Hay Iren." sapa gadis manis yang seumuran dengan Irena.

Irena yang mendengar suara gadis yang menyapanya langsung saja membalikkan tubuhnya menghadap gadis yang menyapanya barusan.

"Kak Kimberli," gadis yang dipanggil Irena tadi pun, tersenyum hangat menatap Irena.

"Iya, kita ketemu lagi." ujarnya begitu senang dengan senyumanya.

Irena pun membalas senyuman manis Kimberli. Baginya bertemu dengan Kimberli suatu keberuntungan. Karnanyalah ia bisa mendapatkan pekerjaan baru.

"Kak Kimberli apa kabar?" tanya Irena lembut.

Ini yang disukai oleh Kimberli, kepada Irena. Setiap ia berbicara pasti saja nadanya saat bersuara begitu lembut dan sopan.

Baru pertama kalinya Kimberli bertemu seseorang yang ramah seperti Irena. Jika bukan karna kejadian dimana ia hampir menabarak Irena, tidak mungkin ia bisa bertemu Irena.

"Maafin, gua ya yang hampir saja mau nabarak lo malam itu," ucap Kimberli meminta maaf kembali atas kejadian yang hampir saja menabarak Irena malam itu.

Padahal Irena. Tidak mengingat kejadian malam, itu lagi baginya kejadian malam itu sudah diselesaikan.

Kimberli pun sudah meminta maaf dan justru karnanyalah ia bisa mendapatkan pekerjaan baru. Buat apa lagi Irena harus mengungkitnya.

"Kak Kimberli, Irena udah maafin kak Kimberli, jadi Irena minta kak Kimberli jangan mengingat kejadian malam itu ya, justru Irena yang terimakasih banyak udah mau nerima Irena kerja di restoran kakaknya kak Kimberli." kata Irena tersenyum, agar Kimberli tak lagi mengingat kejadian itu.

"Makasih ya Irena, lo baik gua senang banget bisa ketemu sama lo ya, walaupun pertemuan kita hampir saja melukai lo," seru Kimberli memengang kedua tangan Irena.

"Irena juga senang bisa ketemu sama kak Kimberli." senyum Irena menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Lo mau kan jadi teman gua?" ujarnya melepaskan tanganya, dan mengarahkan jari kelingkingnya kehadapan Irena

"Iya, Irena mau jadi teman kak Kimberli." jawab Irena mantap.

Kimberli yang mendengar jawaban Irena langsung berhambur kepelukan Irena. Sungguh Kimberli sangat senang memiliki teman seperti Irena.

"Makasih ya, Irena. Udah mau jadi temen gua." ucap Kimberli lalu melepaskan pelukannya.

"Sama-sama kak, Kimberli." senyum Irena.

🍁🍁🍁

Jam sudah menunjukkan pukul 22:00 WIB. Saatnya Irena pulang. Tetapi jalanan begitu sepi membuat Irena. Ketakutan ditambah ojek pun, sedari tadi tidak ada terlihat.

Irena, pun, memutuskan untuk berjalan kaki. Menuju pangkalan tukang ojek. Udaranya begitu dingin, Irena pun terus berjalan.

Ditengah jalan Irena melewati segerombolan preman, yang nongkorong sambil ngopi. Ada rasa takut terbesit dibenaknya saat hawa tak enak melanda dirinya.

Dan benar saja. Preman-preman itu. Terus memusatkan matanya kearahnya. Irena yang mulai ketakutan langsung saja mempercepat jalannya.

"Tuhan tolong Iren."

Keempat Preman itu. Pun, langsung saja terbangun dari duduknya dan menghampiri Irena yang tampak ketakutan.

"Wehh... ada cewek bening nih bro." ujar preman satunya saat melihat lekuk tubuh Irena dari atas sampai bawah.

"Yoii... cewek bening gini, sayang banget kalo dianggurin begitu saja." sahut temannya satu lagi.

Irena, pun, semakin ketakutan saat preman itu mengelilinginya. Mau berlari Irena. Pun, tak bisa karena jalannya yang dikepung oleh keempat preman itu.

"Minggir, Iren mau lewat." ucap Irena ketakutan.

"Mau kemana sih cantik. Sini dulu lah temani kami. Buru-buru banget." Membelai lembut pipi mulus Irena. Irena pun, langsung menghempas kasar tangan preman itu.

"Wehhh, sok jual mahal nih cewek." ledek preman itu tertawa diikuti temannya yang lain.

"Jangan sentuh Iren, plisee Iren takut." tangis Irena.

Preman-preman itu pun, langsung menarik tangan Irena begitu kuat. Hingga menimbulkan kemerahan dipergelangan tangan putihnya.

"Tolong..... Irena....." teriak Irena nyaring meminta pertolongan.

"Lo teriak pun, enggak ada yang dengar. Ini jalan sepi dan lo harus buat kita senang-senang dulu dengan tubuh lo itu." sahut preman itu.

Irena, yang mendengar ucapan preman-preman itu begitu ketakutan ia, berharap Tuhan memberikannya pertolongan agar terlepas dari preman-preman berwajah mesum ini.

"Bintang.....tolongin Irena ...." teriak Irena menyebut nama Bintang semoga saja Bintang dapat mendengar ketakutanya dan menolongnya.

"Berisik! Buruan ikut kita!" paksa ketiga preman, itu. Menarik kasar tangan Irena.

Irena tidak tahu harus berbuat apa. Melawan ia sadar dirinya lemah. Satu harapanya berdoa agar ada orang baik yang mau menolongnya dari preman bermuka mesum dihadapannya saat ini.

"Lepasin! Irena mohon hiks...." tangis Irena pecah.

Ketiga preman itu tidak memperdulikan permohonan Irena. Mereka bertiga menarik paksa Irena agar masuk kedalam mobil yan akan mereka naiki.

"Masuk buruan!" tegas preman itu yang berusaha memaksa Irena agar cepat masuk kemobil.

Irena hanya mampu mengelengkan kepalanya, rasa takutnya mendominan daripada kekuatan untuk melawan ketiga preman itu.

Saat salah satu preman itu hampir memasukkan tubuh Irena kedalam mobil. Tiba-tiba seseorang dari kejauhan datang menghampiri ketiga preman, itu. Dan membogem satu persatu preman tersebut.

"Bugggg"

"Bugggg"

"Bugggg"

"Jangan pernah sentuh milik ku!" tekannya penuh penegasan. Setelah membogem habis ketiga preman itu.

Ketiga preman, itu berdiri lalu berlari ketakutan melihat pancaran amarah diwajah laki-laki yang memberikan memar diwajah mereka.

Irena yang menyaksikannya merasah legah akhirnya doanya terkabul dengan memberikan sosok penyelamat untuk dirinya. Jika tidak ada seseorang yang nenolongnya mungkin ia, sudah tak tahu nasibnya seperti apa.





Jumpa lagi dicerita Irena. Udah lama ya, aku gak up. Moga kalian suka baca cerita kelanjutan Irena.

See u💙
Tbc

IRENA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang