IRENA 6

39 13 21
                                    

Apa Irena enggak pantas untuk merasakan kebahagiaan walaupun sedikit saja
°°°Irena°°°

Sesuai janji Raka tadi malam yang mengatakan akan berangkat ke sekolah bersama Irena. Tentu di tepatin dan sekarang Irena telah siap dengan balutan seragam sekolah nya.

"Pagi kak Raka." senyum Irena menyapa Raka.

"Juga," balasnya seadanya tak lupa raut wajah dinginya.

Walaupun Raka sudah menerima Irena kembali tapi sikap dingin nya terhadap Irena belum seutuhnya menghilang cukup perlu waktu saja untuk bisa merubahnya kembali.

"Kak, jadi kan berangkat ke sekolah bareng?" tanya Irena yang langsung dapat anggukan dari Raka.

"Makasih ya, kak. Udah mau nerima Iren lagi."

"Hmmm" dasar Raka masi aja dingin, sedingin gunung es hehehe.....

"Yuk sarapan dulu " ajak Raka menuju meja makan yang di mana mama, papa, serta Viona yang sudah diluan di meja makan.

"Kamu ngapain bawa anak sialan itu ke sini." sinis Farel melihat keberadaan Irena.

"Papa apaan sih? Anak sendiri di katain." cibir Raka tak suka melihat papa nya  yang selalu membuat hati adik nya itu terluka.

"Kok kak Raka jadi belain, tuh anak pembawa sial sih." sambung Viona tak suka melihat akhir-akhir ini kakak nya. Membela Irena terus.

"Kenapa? Dia juga adik gua! Jadi gua berhak dong belain dia. Dari pada lo jadi kakak gak guna!" kata Raka begitu menohok di uluh hati Viona, bagaimana tidak kata-kata Raka barusan seolah-olah  menyindirnya.

"Kak, Iren makan di dapur aja ya seperti biasa." lerai Irena

"Gak! Lo tetap makan bareng di, sini. Lo itu bagian keluarga kita! Bukan orang lain!" tekan Raka yang begitu tidak suka melihat kelemahan Irena.

"Kamu apa-apaan sih? Raka, udah bagus tuh anak pembawa sial makan di dapur seperti biasa." Nia angkat bicara karna tidak menyukai keberadaan Irena.

"Mama sama aja kayak papa, ama Viona. Ini, Irena anak mama juga kok mama jadi keterlaluan." ujar Raka kesal.

lama-lama dia tidak tau harus bagaimana lagi menyikapi sifat labil orang tua nya. Namanya juga musibah ya sudah di, ikhlaskan. Tidak baik juga menyimpan amarah lama-lama.

"Bagus ya, sekarang kamu udah bantah perkataan mama, kamu begitu juga papa." sambung Farel tersulut emosi mendengar ucapan anak laki-laki nya ini.

"Toh yang Raka bilang juga bener kan?" tantang Raka yang masih kekeh membela Irena.

"Papa gak tau kemana jalan pikir kamu!" masih menahan emosi nya.

"Justru Raka yang gak, habis pikir ke mana jalan pikir orang tua yang tega membenci anak nya sendiri! Orang tua macam apa kalian?" sahut Raka penuh penekanan, yang langsung membuat emosi Farel memuncak.

"Plakkk...." menampar pipi kanan Raka.

"Is okay, Raka muak lihat  drama gak guna kayak gini." memengang pipi bekas tamparan Farel papa nya.

"Itu akibat kamu berani bantah perkataan papa!" menarik pergelangan tangan Nia tampa merasa bersalah telah menampar putra nya sendiri.

"Kak, kan udah Irena bilang biar Irena ke dapur aja, lihat kak Raka jadi kena marah papa." lirih nya saat melihat kakak nya di tampar begitu keras hanya karna membela nya baru kali ini Irena merasa ada yang membela nya.

"Gua benci sama lo, Irena. Puas kan lo! Karna kak Raka lebih berpihak sama lo sekarang." teriak Viona mendorong tubuh Irena membentur dinding.

"Plakkk...." menampar pipi Viona hingga berbekas dan langsung menolong Irena.

IRENA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang