Andai kalian jadi Irena
Sebentar saja
Apa kalian sanggup.
IRENA
•••
Happy Reading."Bintang bisa jemput Iren gak?"
"Sorry gua gak bisa"
"Plisee jemput aku"
"Gua bilang gak bisa, ya gak bisa!"
"Tap...."
Tut.....
Ucapan Irena pun terhenti, setelah Bintang memutuskan panggilan nya. air mata Irena pun langsung menetes begitu saja.
"Irena kamu pasti kuat, ingat suatu saat nanti kebahagiaan mu yang sempat hilang akan kembali lagi." Mencoba menguatkan dirinya sendiri dan langsung menghampus bulir-bulir air mata yang sedari tadi tak mau berhenti
•••
Irena pun telah tiba disekolah. untung saja gerbang masi terbuka, hampir saja dia telat masuk jika terlambat 5 menit lagi.
Sebelum sampe sekolah Irena memutuskan untuk naik angkot ke, sekolah dengan sisa uang terakhir yang dia punya. Setelah itu Irena harus lebih giat lagi bekerja agar bisa menghasilkan uang.
Langkah kaki Irena berhenti kala melihat kekasihnya tiba disekolah. Irena pun memanggil nama Bintang sedikit berteriak karena jaraknya dan kekasihnya lumayan jauh.
"Bintag....." teriak Irena yang memanggil nama Bintang.
Sementara Bintang membuka pintu mobil nya untuk seorang perempuan. yang tak lain kakak dari kekasihnya. Tampa memperdulikan panggilan Irena.
Irena yang melihat Bintang membukakan pintu mobilnya untuk kakaknya hanya bisa tersenyum miris melihat betapa tak berharganya dirinya sekarang.
"Ini yang kamu bilang gak bisa. Kamu jahat Bintang, kamu itu pacar aku. bukan kak Viona tapi kenapa perhatian kamu lebih besar ke kak Viona di banding aku pacar kamu sendiri." jerit Irena dalam hati.
Padahal tadi dia menelfon ke kasihnya itu untuk mengantarkan nya ke sekolah tapi ke kasihnya itu mengatakan tak bisa. air mata Irena pun lagi-lagi keluar membasahi pipi manis nya.
" pacar kamu sendiri." jerit Irena dalam hati.
hanya jeritan dalam hati, Irena bisa melampiaskan nya. Irena tidak punya keberanian untuk melepaskan unek-unek yang memenuhi pikiran nya saat ini.
"Heyy loh ngapain nangis di sini?" tanya seorang laki-laki yang berdiri di hadapa nya dan memberikan sapu tangan ke tangan Irena.
Irena yang mendengar ada yang bertanya dan memberikan sapu tangan ke tangan nya langsung menolehkan pandangan nya ke arah laki-laki itu.
"Makasih ya" ucap Irena lembut dan langsung menghapus air mata nya dengan sapu tangan yang laki-laki itu berikan.
"Sama-sama, btw loh ngapain berdiri di sini. pake acara nangis lagi. oh.. jangan-jangan loh kesambet setan parkiran yah hahaha cantik-cantik doyan juga di sambetin setan haha" ledek seorang laki-laki tersebut, seketika tawa Irena terbit setelah dia menangis tadi.
"Hahahaha.... kamu lucu juga ya" tawa Irena lepas saat mendengar ledekan konyol laki-laki itu.
"Loh lebih cantik kolo ketawa gini" guman seorang laki-laki tersebut yang masi bisa di dengar oleh Irena walaupun samar
"Apa? tadi yang kamu bilang" tanya Irena yang kurang jelas mendengar gumanan seorang laki-laki itu.
"Gua..," tunjuk nya ke arah nya" Mhum gua tadi bilang loh makin parah ke sambet setan nya tadi nangis sekarang ketawa. gak waras ya loh" tuduh seorang laki-laki itu. yang langsung dapat pukulan di lengan laki-laki itu.
"Pakh..." pukul Irena yang langsung dapat ringisan dari laki-laki itu.,"syukurin itu akibat bilang Iren kesambet" langsung pergi meninggalkan laki-laki tersebut namun tangan nya langsung di cekal oleh laki-laki itu.
"Apa lagi sih?" memutar tumbuh nya menghadap laki-laki itu dan menghempaskan tangan nya dari cekalan laki-laki itu.
"Kenalin gua Mako, kolo loh siapa?" memperkenalkan nama nya sekaligus menanyakan nama Irena.
Irena pun mengulurkan tangan nya." nama ku Iren...." uluran tangan Irena pun langsung di hempas Oleh seseorang yang berdiri di samping Irena.
"Bi---ntang" gelagap Irena yang melihat Bintang berada di samping nya. bukan nya tadi Bintang sudah masuk ke kelas bersama kak Viona mengapa Bintang bisa ada di sini.
"Jangan pernah tangan loh itu nyentuh milik gua." tekan Bintang tegas di kata Milik, dan menatap tajam laki-laki yang bernama Mako itu dan langsung mengemgam tangan halus Irena dan membawanya pergi dari hadapan Mako.
"Loh ngapain berduaan ama cowok, gua kan udah pernah bilang jangan dekat sama cowok selain gua! loh gak tuli kan Irena? apa loh sengaja cari perhatian ke cowok lain iya... dasar murahan loh jadi cewek." maki Bintang panjang lebar dengan sorot mata tajam nya, rahang nya yang naik turun menahan emosi nya agar tidak lepas.
Irena sudah terbiasa mendengar makian Bintang yang mengatakan nya murahan, cewek gak benar lah, ganjen lah itu sudah makanan sehari-hari Irena. Irena hanya bisa diam dan menangis saat di katain seperti itu, Irena tidak punya ke beranian sedikit pun untuk menjawab makian Bintang terhadapnya. padahal di sini bukan Irena saja yang salah tapi Bintang pun salah yang lebih mengutamakan kakak nya di banding Irena pacar nya tapi apa lah daya Irena.
"Maafin Irena, Bintang" lirih Irena dengan air mata yang terus membasahi pipi nya, itu lah hebat nya Irena sudah di maki oleh Bintang tapi malah meminta maaf terbuat dari apa sih hati mu Irena.
"Oke, gua maafin. tapi jangan di ulang lagi oke. gua kayak gini karna gua cemburu ngelihat loh dekat sama cowok lain selain gua. maafin kata-kata gua yang tadi yang udah ngantain loh gua ke bawa emosi tadi" ujar Bintang yang langsung membawa tubuh Irena ke pelukan nya.
"Kamu jahat Bintang, kenapa hanya kamu yang boleh cemburu. Kenapa aku gak boleh, aku juga cemburu lihat kamu lebih mengutamakan kak Viona dari pada aku. sementara kak Viona punya segalanya punya mama, papa, kak Raka yang selalu memberikan kasi sayang nya sementara aku hanya bisa di benci oleh keluarga ku sendiri apa nanti nya kamu juga membenci aku. Andai kalian jadi Irena sebentar saja apa kalian sanggup." lirih Irena dalam hati yang hanya bisa mengeluarkan unek-unek nya yang selalu bersarang di pikiran nya.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Hay...hay...hay...
Kembali lagi di Irena part 2 moga suka ya
Jangan lupa juga ya buat:
BacaVote
And
Comen
dan jangan lupa juga share ke teman-teman kalian yah
KAMU SEDANG MEMBACA
IRENA (ON GOING)
Teen FictionSejak kejadian sembilan tahun yang lalu. Gadis malang yang bernama Irena harus menelan luka di umurnya yang masih kecil hingga beranjak dewasa. Dibenci oleh kedua orang tuanya, diacuhkan oleh kedua kakak nya, jadi bahan bullying teman sekolahnya, da...