𝐔𝐩𝐝𝐚𝐭𝐞 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐡𝐚𝐫𝐢 ‼️
"Saya adalah seorang pencemburu akut! Jadi jangan salahkan saya jika saya akan selalu protes ketika melihat kamu mendekat atau di dekati oleh orang lain, walaupun orang lain itu adalah anak-anak saya sendiri.."
...
Terima kasih kepada Dinda dan Anggun yang udah bantu aku buat revisi bab ini dan kepada seluruh galaxivers terima kasih karena sudah menunggu aku update! DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN UNTUK AMUNISI NULIS AKU!
HAPPY READING<3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Definisi cinta itu bukan hanya tentang dia yang selalu ada, tapi juga tentang dia yang selalu menjagamu dan menahan cintanya hanya karena dia takut kau akan dalam bahaya."
-Atap_collection-
***
Jam sudah menunjukkan pukul tengah malam, tapi Arisca tampak nya gelisah di dalam tidurnya. Di raba-raba nya kasur yang ada di sebelah nya. Tapi tak ada satu pun yang dapat di raihnya. Perlahan ia pun membuka matanya, ia terbangun dengan mata sayu dan tubuhnya yang masih setengah sadar. Ia mengerjap-ngerjapkan mata nya lucu, lalu melirik sekeliling. Alexa tak ada di tempatnya.
"Bundaa?" Gumamnya lirih, matanya berkeliaran mencari sosok yang seharusnya tidur di sampingnya.
Tepat saat itu, Alexa keluar dari kamar mandi dengan menggosokkan handuk kecil pada rambutnya yang basah. Ia sedikit terkejut ketika melihat Arisca sudah duduk di atas kasur.
"Kenapa, Sayang? Kamu butuh sesuatu?" Tanya Alexa lembut sambil mengelus kepada putrinya.
Arisca menggeleng, lalu memeluk pinggang Alexa yang masih berdiri di dekatnya. "Caca kira tadi Bunda pulang.."
Alexa tersenyum kecil, lalu menggeleng. "Enggak, Sayang. Kan Bunda udah janji bakal bobo sama Adek dan Abang. Tadi Bunda cuma mandi sebentar," jelasnya agar Arisca tak lagi khawatir.
Arisca mengangguk, meski kantuk masih melekat di matanya. Namun, ada sesuatu menarik perhatiannya. Ia turun dari kasur dan mendekati Bundanya itu. Seketika matanya tertuju pada bekas luka samar di lengan Alexa.
"Bunda, ini kenapa?" tanyanya, jemarinya terangkat, menyentuk luka berbentuk garisan itu dengan hati-hati.
Alexa sedikit meringis, lalu ikut meraba luka itu sendiri. Bekas cakaran?
Ia pun melangkahkan kakinya menuju meja rias dan berkaca di sana. Benar, luka itu terlihat jelas d lengannya. Tapi siapa yang melakukan nya?
Perlahan, ingatan itu muncul. Nama Clara langsung terlintas di dalam otaknya. Clara, ya pasti ini ulah Clara. Ga mungkin ini bekas kegores sebuah benda, soalnya jelas banget kalau ini bekas cakaran. Tapi, gue kok bisa ga sadar ya? Apa karena gue terlalu emosi sama dia kemaren?
"Bunda?" panggil Arisca pelan.
Alexa tersentak dari lamunannya. "Ehh! Ini.. pasti karena kegores sesuatu pas Bunda di kos atau di kampus," jawabnya cepat.