Suara tangisan pilu.

1.3K 105 3
                                    

Gaduh terdengar dimana-mana. Semua anak merasa bahagia karena bel berbunyi tanda semua murid dipulangkan. Terkecuali Yura. Wajahnya tampak bingung, rambutnya terurai panjang nan berantakan.

Tiba-tiba sentuhan tangan merajut diatas rambut halusnya. Yura kaget dan menoleh.

"ahhh.. kamu... kenapa selalu mengagetkan ku, dasar aneh," kata Yura kepada orang yang mengacak rambutnya tadi, ternyata orang itu adalah Dino.

"Lagian kamu kenapa selalu menampakkan wajah bingung seperti itu, aku jadi ingin meledek mu saja. Ahaha... ayo kita pulang," kata Dino sambil menggandeng tangan Yura menuju keluar kelas.

Yura menampilkan ekspresi menjengkelkannya, tapi kemudian ia tersenyum sinis sambil menatap Dino.

"Kenapa? Apa ada yang salah?" kata Dino bertanya.

Tanpa banyak berpikir, Yura mengalihkan pandangannya menuju tangan mereka berdua, mengisyaratkan untuk apa Dino memegang tangannya.

"Maaf, aku hanya ingin mengajakmu cepat keluar kelas ini, sudah ayo cepat," kata Dino lagi.

Yura pun mengangguk tanda bahwa ia juga ingin segera keluar dari kelas ini.

***

"Aku bingung, kenapa sudah sore seperti ini, jalanan sangat sepi seperti tadi pagi," kata Yura kepada Dino.

"Ya ampun.. ini tuhh, oh iya.. sebentar..," kata Dino. Kemudia ia menepuk jidat Yura. Yura yang kaget menepuk balik kepala Dino.

"Haduh... kenapa kepalaku ditepuk coba, aku kan gak punya salah apa-apa," kata Dino merengek.

"Apa? Tak punya masalah katamu? Kamu duluan juga yang nepok jidat ku. Tak punya masalah kau bilang? Uhhgt.." kata Yura sambil mengepalkan kedua tangan, sedikit berjinjit seakan siap meninju Dino yang lebih tinggi darinya.

"Lagian kamu ini, lihat!! Sekarang sudah banyak orang kan? Kenapa kamu dari tadi gak liat orang mulu, makanya aku tepok jidat kamu, maaf deh kalo gituh," kata Dino. Tetapi Yura tetap diam, ia masih cemberut akan hal tadi.

"Baiklah, Maafkan aku Yura cantikkk..." kata Dino menggoda Yura agar ia mau tersenyum. Yura mulai tersenyum, tapi ia tetap diam.

Yura diam dengan tatapan kosong. Ia diam bukan karna marah dengan Dino. Tapi padangannya kabur. Ia mengucak kedua matanya berkali-kali.

Yura hanya bisa melihat didepannya itu hanya ada Dream Catcher dari sahabatnya itu. Tiba-tiba dikupingnya terdengar suara tangisan pilu. Memintanya untuk menjauh dari suatu hal. Ia kaget, namun ia mnghiraukan tangisan itu.

"Yura? Baiklah. Sebagai permintaan maafku, ayo pergi kerumahku. Mungkin itu bisa menenangkanmu. YURAA!!" kata Dino berteriak tepat disamping Yura.

"Iya aku mendengarnya bodoh," kata Yura jengkel.

Black Dream CatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang