Yura hanya tertidur dikasur sambil menatap kelangit-langit kamarnya. Ia menampilkan wajah yang penuh keseriusan, tapi juga kejijikan, itu sangat tercampur aduk.
"Mengapa aku nyaman bersama Dino. Oh Tuhan, jangan sampai aku menjadi keluarga William. Pikiranku sudah kacau." Ia lalu diam sejenak.
"Apa yang akan terjadi besok? Aku takut oleh arus Black Magis itu. Yuri, kenapa Dream Catcher ini sangat menyulitkan aku," katanya dengan nada setengah frustasi. Yura menarik rambutnya, mengacaknya agar semua menjadi lebih baik.
Blakkkk..
Jendela kamar Yura tiba-tiba saja terbuka, ia terbelalak kaget dan langsung bangun. Ia menunggu, apa ada orang yang akan tiba-tiba muncul dari jendela yang terbuka itu. Tapi setelah lama ditunggu, ternyata tidak ada sama sekali orang yang keluar dari jendela itu.
Yura memberanikan kakinya melangkah kearah jendela itu.
Kakinya gemetar.
Selangkah demi selangkah ia lalui sampai sekarang ia berada tepat diambang jendela. Ia menoleh kekanan dan kekiri, kebawah juga tak lupa.
"Tidak ada siapa-siapa. Tapi kenapa aku mencium bau darah? Ini aneh," gumamnya sangat pelang tanpa terdengar sedikit pun.
"SIAPA LAGI KAU!!" teriak Yura ketakutan.
"Ini Bunda nak, siapa lagi memang?"
"Ada bunda disini, maaf bun. Aku sedang tidak bertanya dengan bunda. Bunda seperti hantu tiba-tiba saja muncul dari belakang," kata yura dengan lugas.
"Lalu dengan siapa?"
Yura berpikir kembali, apa yang harus ia katakana agar sang bunda tidak panik.
"Oh, mungkin tadi aku sedang bertanya pada angin atau udara dan semacamnya," jawabnya lagi, kini suara Yura agak bergetar.
"oke baiklah, bunda kedapur lagi ya sayang," Yura pun lega ketika sang bunda sudah keluar.
"Oh tuhan, bau darah ini semakin memburuk, aku ingin muntah," katanya sambil menutup hidung.
Yura terus memandang keluar jendela.
Tepatnya didekat pohon besar dipekarangan rumahnya, ada wanita berjubah hitam menoleh kearah Yura, kemudia tersenyum.
Yura kaget ketika melihat mulut wanita itu penuh darah, ia langsung menutup jendela kamarnya dan berlari keluar kamar.
"Jika seperti ini terus, aku bisa dianggap orang yang tidak waras, teriak, kaget, secara tiba-tiba itu memalukan. Aku harus cepat memecahkan Black Magis itu," kata Yura sambil menuruni turun tangga.
"Tapi, siapa wanita yang berada dibawah pohon tadi, matanya yang hitam, mengingatkankun pada seseorang, tapi itu siapa? Mengapa mulutnya penuh dengan darah?" pikirnya lagi.
Kemudian Yura duduk disofa ruang tamu. Ditemani sang Bunda yang kini berada tepat disampingnya.
"Kenapa kamu sekarang lebih sering terdiam?" kata Bunda tiba-tiba.
"Enggak kok bun, ini Yura emang lagi gak enak badan, sepertinya ingin sakit deh," ucap Yura yang berada dipikirannya saat itu.
"Tak usah khawatirkan aku. Aku baik-baik saja kok bun," tambah Yura lagi sebelum ditanya.
Sang Bunda hanya bisa tersenyum dengan tingkah anak satu-satunya ini.
Yura dan Bundanya memiliki wajah dan sifat yang hampir mirip bagaikan angka enam dan sembilan. Tapi sepertinya kini senyuman sang Bunda mengahadirkan rasa ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Dream Catcher
ParanormalSebuah misteri antara Dream Catcher dengan seorang gadis yang dihantui oleh Black Magis.