❈𝓦𝓲𝓷𝓽𝓮𝓻 ♡𝓢𝓸𝓵𝓼𝓽𝓲𝓬𝓮❈
Kelas Seni kosong. Mereka lupa bahwa kegiatan hari ini akan dilakukan di taman Istana. Maka berlari kembali adalah satu-satunya opsi yang Treven dan Yelena miliki untuk cepat sampai ke taman.
Sepatu mereka bergelotakan di lantai keramik, menuruni tangga dengan masing-masing tangan yang masih bertautan. Tanpa sadar, Yelena masih mengembangkan senyum. Kelelahannya sama sekali tidak terasa, siluet tinggi dan ramping Treven memenuhi kedua netranya. Tampak gagah membimbingnya dan menjaganya. Membuat fokus Yelena buyar, ia mendadak oleng dan hampir tersandung andai Treven tak segera berbalik badan dan menangkap tubuhnya.
"Jangan sampai terjatuh, Nona!" ujar Treven sambil terengah, menjadikan Yelena sontak tersenyum lebar, berebut udara dengan Treven di hadapannya. Pun tidak peduli pada Treven yang kini menampilkan wajah cemas, merasa begitu bersalah sebab hampir membuatnya cedera.
Napas Yelena menderu hebat, namun seulas senyum lebar tertampil, lantas menggeleng, Yelena meraih tangan Treven untuk digenggamnya erat kembali. "Ayo, kita berlari lagi ..." Menjeda sesaat, Yelena menambil napas dan melanjutkan ucapannya. "Rasanya sangat menyenangkan, serius," ujarnya dengan wajah yang berseri cantik. Violetnya berbinar. Dan Treven terpaku ketika menatapnya.
Di penghujung lorong terakhir menuju taman Istana Blumenlicht, angin berembus lembut menerpa keduanya. Treven yang masih berusaha menormalkan respirasinya tercengang untuk sesaat. Mendapati bagaimana senyum bahagia pertama Yelena yang mengembang di hadapannya, bahkan desau angin pun bersenandung lirih untuk keduanya yang masih stagnan di tempat. Antara Yelena yang menatap lekat netra hazel Treven dan Treven yang ikut mengulas senyum, terpesona.
Mereka saling memandang sesaat, sebelum akhirnya Yelena tersentak dan melepas genggaman tangannya yang menghangat. Tak mampu dibohongi, ia merasa jantungnya semakin berdegup cepat, bahkan mungkin akan copot ke perutnya saat ini. Benar-benar salah tingkah, Yelena mendadak lupa ingatan perihal bagaimana sikapnya yang seharusnya dibuat menjengkelkan untuk membuat Treven tidak betah berada di dekatnya.
"Ah ... i-itu ...."
Sungguh, Yelena tak mampu mendustai dan menyembunyikan pipinya yang kini terasa memanas. Bersama Treven yang juga mengalihkan pandangan dan agaknya bereaksi sama. Dalam sekejap, letupan kupu-kupu yang memenuhi perut Yelena kini naik, tak sanggup menahannya, Yelena berakhir tersipu dan tertawa kecil. Di susul Treven yang tak kuasa menahan senyum, mereka bersamaan menutup bibir dan terkekeh dengan alasan yang tidak jelas. Hanya merasakan sesuatu seperti tengah meluap, berdesakan dan meletup-letup di hati mereka.
Sesaat, tawa mereda dan ketika keheningan kian menjadikan suasana canggung melingkupi, Yelena berdeham. Mengerjap dan menghirup napas berkali-kali, entah mengapa sulit sekali menahan bibirnya untuk tidak tersenyum ketika lagi-lagi Treven mengulurkan tangan untuk menuntunnya. Rona merah samar-samar masih terlihat di wajah Treven. "Perlu saya bantu, Nona? Kita harus segera bergegas. Ini sudah sangat terlambat," tawar Treven berusaha berbicara dengan nada senormal mungkin. Kendati kini ia begitu terbawa suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 𝐒𝐨𝐥𝐬𝐭𝐢𝐜𝐞 : 𝐓𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧𝐠 | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 ✔️
Fanfiction[BOOK 6 / ON GOING] Pemesanan & Informasi (Instagram : Dieva_corp) ❝Bilamana kau pergi membalut duka, dikau lesap di tengah gelap. Lantas aku hanya meringkuk, digenggam harap yang penuh kelabu❞. ...