❈𝓦𝓲𝓷𝓽𝓮𝓻 ♡𝓢𝓸𝓵𝓼𝓽𝓲𝓬𝓮 ❈
"Nona."
Yelena berjengit kaget, refleks menoleh bersamaan dengan tangannya yang menutup pintu kamar. Mendapati presensi Treven yang datang dari arah selatan dan tersenyum menatapnya.
"Maaf, saya terlambat 5 menit," ujar pria itu menunduk sopan. Lantas mengangkat kepala kembali, menatap kedua netra Yelena yang berpendar. Sedikit terpana melihat bagaimana beberapa helai surai Treven yang terjatuh di dahi, masih sedikit basah dan tubuhnya yang dibalut setelan ditto serta sepatu pantofel membuat tampilan pria itu terlihat begitu elegan. Tertegun, menelan ludahnya, Yelena mengerjap.
Gadis itu mengusap tengkuknya, sedikit mengulas senyum kikuk. "Bukan masalah," ujarnya canggung. Lagi-lagi Yelena hanya mampu membiarkan keheningan datang di tengah keduanya. "Baiklah, sebaiknya kita bergegas," ujarnya yang mendapat anggukan kepala Treven. Tenggelam dalam pikiran masing-masing, ia berjalan dengan derap langkah yang berat.
Meremas tas sutranya, hanya keheningan yang menemani mereka di sepanjang perjalanan. Membuat Yelena tiba-tiba menghentikan langkah dan berbalik, menghadap Treven yang turut berhenti di belakangnya. "Apa ... terjadi sesuatu? K-kau ... diam saja sedari tadi," tanya Yelena ragu-ragu, nada suaranya lirih dan penuh akan pengharapan.
Treven tersenyum dan menggeleng seperti biasa. "Apa yang harus saya katakan lagi? Nona telah banyak berubah sejauh ini," ujar Treven yang secara tidak langsung menyadarkan Yelena. Bahwa ia tak lagi menunduk dan menatap sepatunya ketika berjalan. "Tata krama Nona juga semakin baik," puji Treven kembali.
Netra violet itu membola, menatap Treven lekat dengan kupu-kupu yang kembali menyesaki rongga dadanya. Yelena tersipu. "Benarkah?" ujarnya, memalingkan wajah dan menggerakkan pelanntubuhnya seperti seorang anak kecil. "Boleh aku meminta sesuatu padamu?" lanjutnya bertanya, mendongak demi memandang paras tampan bak dewa yang Treven miliki.
"Tentu saja, Nona," sahut Treven menyanggupi.
Lantas Yelena mengulurkan tangannya di hadapan Treven. "Bisa pegang tanganku? Aku ingin berlari bersama lagi," tanyanya menukikkan kedua alis, menunggu jawaban Treven yang napasnya tampak tercekat untuk beberapa saat.
Masih terulur, tangan Yelena menanti disambut hangat oleh genggaman Treven. Namun pria itu tak kunjung meraihnya, justru tersenyum dan hanya menatapnya dengan tatapan yang sarat akan kepedihan. "Kita sedang berada dalam pengawasan, Nona."
Kalimat itu terlontar begitu saja, menikam nyeri dada Yelena yang perlahan menarik kembali tangannya dan tersenyum masam. Agaknya merasa begitu tak nyaman sekaligus memalukan, ia hanya bisa menghirup napas panjang. "Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Clarines, si nenek tua menyebalkan itu," cetusnya mengamati sekitaran dengan menahan sesuatu yang mengendap di dalam hati. Ia mendesah kesal lantas mengibaskan tangan. "Sudahlah, lupakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 𝐒𝐨𝐥𝐬𝐭𝐢𝐜𝐞 : 𝐓𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧𝐠 | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 ✔️
Fanfiction[BOOK 6 / ON GOING] Pemesanan & Informasi (Instagram : Dieva_corp) ❝Bilamana kau pergi membalut duka, dikau lesap di tengah gelap. Lantas aku hanya meringkuk, digenggam harap yang penuh kelabu❞. ...