❈𝓦𝓲𝓷𝓽𝓮𝓻 ♡𝓢𝓸𝓵𝓼𝓽𝓲𝓬𝓮❈
Daksa tingginya memilih berbalik, menatap pada daun pintu kamar Yelena. Begitu penasaran setelah menunggu cukup lama dan memutuskan untuk mengetuk pintu. Namun tidak ada sahutan dari dalam dan Treven memutar kenop pintu. "Nona—" ucapannya tertahan, mendapati sebuah pemandangan menenangkan dari sang gadis yang rupanya telah terlelap.
Yelena tertidur, dengan rambut yang masih tersanggul, meringkuk mungil di atas kasurnya. Spreinya masih rapi, terbaring tanpa bantal yang menyangga sedikitpun. Menjadikan Treven diam-diam tersenyum maklum-gadis itu benar-benar tidak sengaja tertidur. Lantas menutup pintu kembali, Treven berderap pelan untuk pergi.
Seraya mengembuskan napas lega, di balik jendela-jendela kastil, Treven menatap langit malam dan mencoba menghirup udara yang sejuk, menghilangkan rasa pengap akan jalanan koridor yang menuju area galeri yang menjadi pembatas keluar dari asrama Yelena. Netra hazelnya menyorot sekilas penghujung koridor kemudian memilih untuk kembali menatap lanskap langit yang disajikan lubang jendela.
Menghela napas berkali-kali, Treven mendekat ke dinding dan menyandar sejenak. Merogoh sakunya, mengambil dua amplop surat yang ia terima hari ini. Alisnya bertaut dengan tatapan yang menajam pilu. Mendapati nama pengirim yang sama, Treven selalu merasa tertekan ketika membaca nama itu. Lantas tangannya mencoba membuka salah satunya dan menarik sepucuk surat yang terlipat.
"𝙳𝚎𝚊𝚛 𝙼𝚊𝚓𝚘𝚛 𝚂𝚖𝚒𝚝𝚑,
𝙳𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚛𝚊𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎-𝟷𝟺𝟺𝟻 𝚒𝚗𝚒 ...."Baru saja membuka kata pengantar, Treven merasakan dadanya dihantam sesak. Sontak melipat kembali surat itu, memasukkannya ke dalam amplop untuk ia genggam kuat-kuat. Mendesah tertahan, kesunyian membuat kepalanya berdenyut pening. Dengan segera menggegah tungkainya pergi. Hazelnya menyipit dan redup. "Mengapa kau tidak pernah berhenti?" gumamnya frustrasi. Hingga tepat ketika Treven sampai pada kamarnya, ia membuka pintu dan menutupnya dengan gerakan lembut. Melepas sepatunya dan meletakkannya di sudut.
Namun pada langkah ke tiga setelah menapaki lantai kamarnya yang dingin, kesunyian menyergapinya. Treven memendam bebannya, menjadikannya meremas amplop surat itu dan membantingnya begitu saja di atas meja. Sebelum memasuki kamar mandi, ia melepas jas beratnya, membuka dasi dalam satu sentakan dan menghempaskannya kasar ke kasur. Lantas berderap cepat menuju keran westafel dan menghadap ke arah cermin. Merasa gerah, Treven menggulung kemejanya hingga sebatas siku dan membuka hampir setengah kancing kemejanya. Menampilkan tulang bahunya yang memiliki garis sempurna, Treven membasuh wajahnya berkali-kali. Menyugar rambutnya dengan air yang dingin. Lantas mendesah jengah.
"Mengapa kau berhenti dan lari dari tanggung jawabmu, Mayor?"
Suara itu masih menggema di dalam hatinya, wanita itu benar-benar membuat Treven dilanda sebuah perasaan yang menyakitkan dan perih. Menumpu tubuhnya dengan kedua tangan yang menopang di bibir westafel, sepasang tatapan tajam itu menyorot refleksi dirinya di cermin. Sebuah tetesan air mengalir, membasahi dagu dan menuju lehernya. Lantas jatuh menetes di dalam kemejanya yang setengah terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 𝐒𝐨𝐥𝐬𝐭𝐢𝐜𝐞 : 𝐓𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧𝐠 | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 ✔️
أدب الهواة[BOOK 6 / ON GOING] Pemesanan & Informasi (Instagram : Dieva_corp) ❝Bilamana kau pergi membalut duka, dikau lesap di tengah gelap. Lantas aku hanya meringkuk, digenggam harap yang penuh kelabu❞. ...