Chapter |•15

132 15 3
                                    


❈𝓦𝓲𝓷𝓽𝓮𝓻 ♡𝓢𝓸𝓵𝓼𝓽𝓲𝓬𝓮 ❈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❈𝓦𝓲𝓷𝓽𝓮𝓻 ♡𝓢𝓸𝓵𝓼𝓽𝓲𝓬𝓮 ❈


10 tahun yang lalu, di Kota Drukenburgh.

Dalam malam pekat yang dihiasi cahaya indah. Lantunan melodi dan keramaian menguar. Kerlip dan kebahagiaan terlihat di ujung kota yang kecil dan terpelosok, Drukenburgh. Jauh dari hiruk pikuk, dan hawa panas atas ketegangan politik di kota-kota besar lainnya yang berada di bawah ancaman musuh. Drukenburgh memilih berbahagia atas pernikahan putra dan putri seorang saudagar kaya yang terkenal, sejenak menyampingkan ancaman penjajah yang berusaha merebut kekayaan negara mereka.

Tubuh ramping itu meliuk indah, mengibarkan gaunnya. Berputar layaknya silinder kotak musik, menekuk tubuhnya lentur seperti karet. Seharusnya tubuh manusia tidak digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan ekstrem seperti itu, namun gadis bersurai merah menyala itu telah membantah segala asumsi yang kolot. Pada kenyataanya, ia bisa menjadi balerina yang begitu berbakat. Pinggangnya yang begitu ramping, kakinya yang mungil dan jenjang, membuatnya luwes menari dan menapaki lantai-lantai yang turut bernyanyi.

"Kau lihat balerina berambut merah itu? Dia sangat populer, lho." Salah seorang kawan menepuk pundak Treven. Menikmati jamuan dengan alkohol dan sedikit mencuci mata mendapati para wanita berdandan cantik, dengan gaun mewah dan kipas-kipas berenda di tangan mereka.

Treven yang masih mengenakan seragam militernya hanya menggeleng tak acuh. Enggan menoleh, ia lebih memilih untuk menegak alkoholnya dan harus bergegas untuk persiapan kembali ke camp. Di masa genting seperti ini seharusnya ia berjaga, namun karena permintaan keluarga sang saudagar kaya itu untuk sebentar saja mengikuti jamuan pesta pernikahan putri mereka, maka Treven tak memiliki pilihan lain. Sang saudagar juga telah banyak memberi bantuan di panti asuhannya, setidaknya Treven harus beretikat baik dan menerimanya. Pun atasannya mengizinkan Treven sebab pria itu telah begitu banyak berkontribusi pada gerakan militer negara mereka, Treven mendapat hadiah kecil untuk bersantai sejenak.

"Aku harus segera kembali ke camp, Jendral hanya memberi waktu 2 jam di sini." ujar Treven, pria berumur 25 tahun itu memang kelewat disiplin. Terutama perihal pekerjaan dan kewajibannya untuk mengabdi pada negara ini.

Frans-kawannya terbahak, menepuk lebih keras bahu Treven dan nyaris membuat pria itu terhuyung. "Setidaknya nikmati dulu pestanya, kau tidak tahu akan mati kapan' kan? Di medan perang nanti bisa saja ... dor! Peluru menembak kepala atau jantungmu. Jadi, jangan terlalu kaku, Sir."

Treven tersenyum masam. Ucapan kawannya itu memang benar. Ia tidak tahu kapan peluru atau bom mungkin akan merenggut nyawanya. "Aku akan menikmatinya sebentar lagi." Sejenak tatapan Treven beralih, melirik ke seberang dimana pertunjukan dari para balerina sedang berlangsung.

𝐖𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 𝐒𝐨𝐥𝐬𝐭𝐢𝐜𝐞 : 𝐓𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧𝐠  | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang