❈𝓦𝓲𝓷𝓽𝓮𝓻 ♡𝓢𝓸𝓵𝓼𝓽𝓲𝓬𝓮 ❈
Berjalan pelan dengan memikul tasnya di bahu, Isabella sedikit terpincang-pincang setelah turun dari kereta kuda. Ia lantas menghela napas panjang, tatapannya menggeledah luas pada bangunan tinggi nan mewah yang menjulang di sekitarnya.
Dikelilingi pagar pembatas, Isabella mendapati dua penjaga gerbang berdiri tegak. Lantas merekahkan senyum ramahnya, Isabella saat itu berkata, "Permisi, bolehkah aku masuk? Aku ingin bertemu dengan seseorang."
Kedua penjaga itu saling bertatapan. "Bisa tunjukkan tanda pengenal Anda?"
Isabella lantas mengerjap. Tanda pengenal milik Istana Blumenlicht? Seperti apa? Ia bahkan tak pernah melihat atau pun memilikinya. Ini adalah kali pertamanya pergi ke Kota Laiden. "T-tanda pengenal?" Isabella mengulang dengan lirih, tatapannya sangat bingung dan mendadak terkejut. Mendapati seorang pedagang datang dari arah belakang, lantas menunjukkan sebuah pin kancing yang memiliki ukiran nama dan cap resmi dari Kerajaan Blumenlicht. Kemudian Si pedagang dengan santainya melenggang sembari membawa pedatinya masuk.
"Nona, jika Anda tidak memiliki tanda pengenal, Anda tidak bisa masuk." Si prajurit penjaga kembali berujar, membuat Isabella mengerutkan alisnya. Merasa sukar oleh keadaan, ia mencoba mencari alternatif.
"Baiklah, tidak apa-apa. Tapi ... bisakah aku bertemu dengan seseorang? Aku datang dari luar kota," pinta Isabella penuh harap, menjadikan salah satu prajurit kembali bertanya.
"Ada janji khusus? Dengan siapa?"
Oh astaga, Isabella bahkan sama sekali tak memiliki perjanjian apa pun dengan Treven. Surat-suratnya 4 tahun terakhir saja tak pernah terbalas. Maka dengan sedikit harapan lagi, Isabella menghirup napas panjang dan mencoba bernegosiasi.
"Tuan Treven Smith, sang pendidik. Bisa tolong panggilkan dia? Kami tidak membuat perjanjian ... tapi ini sangat penting, bisakah aku meminta bantuannya?" pinta Isabella kembali, menyatukan tangannya di depan dada. Pun tanpa sadar tubuhnya agak miring, menghindari sebelah kakinya untuk tak menginjak tanah, sedikit meringis mendapati rasa sakitnya berdenyut lebih hebat. "Aku ... benar-benar sudah menempuh perjalanan jauh untuk bisa sampai di sini."
Agaknya merasa kasihan, salah satu prajurit penjaga itu mengangguk dan membebankan tanggung jawabnya pada rekannya. "Baiklah, tunggu di sini," ujarnya yang kemudian berbalik, melangkah cepat masuk ke dalam istana.
Dan Isabella menghela napas lega nan panjang. Masih mengembangkan senyumannya, Isabella begitu menantikan saat-saat itu tiba. Tatapannya tak lepas dari pintu megah Istana, bahkan deru napasnya menjadi begitu kacau. Jantungnya berdetak jauh lebih kencang, menggebu tanpa mampu dikendalikan.
"Mayor Smith, aku datang ...." ujarnya lirih, menunggu dan menyentuh dadanya. Meraba dan menemukan sesuatu yang tersembunyi dari balik bajunya, sesuatu yang tak pernah dilepaskannya. Sesuatu yang selalu berada dekat dengan degupannya dan sesuatu yang begitu berarti untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 𝐒𝐨𝐥𝐬𝐭𝐢𝐜𝐞 : 𝐓𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧𝐠 | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 ✔️
Fanfiction[BOOK 6 / ON GOING] Pemesanan & Informasi (Instagram : Dieva_corp) ❝Bilamana kau pergi membalut duka, dikau lesap di tengah gelap. Lantas aku hanya meringkuk, digenggam harap yang penuh kelabu❞. ...