❈𝓦𝓲𝓷𝓽𝓮𝓻 ♡𝓢𝓸𝓵𝓼𝓽𝓲𝓬𝓮 ❈
Rasa perihnya mengikis hingga hati terdalam. Tubuhnya tersentak oleh pelukan erat itu. Entah bagaimana bisa Treven lupa caranya untuk bernapas ketika dua tubuh itu tak lagi merentang jarak. Perihal cinta yang tak pernah indah dan menyisakan kepingan memoir pilu itu sendiri.
Baju belakangnya yang teremas, bahkan seguk tangis tak terbendung yang menerpa rungunya dengan begitu hebat mampu membuatnya stagnan. Tubuh Isabella kian merapat, menangis mendekap Treven.
"Hiks ... Aku merindukanmu, aku sangat merindukanmu, Mayor!" Tangisannya begitu pecah hingga gemetar tubuh wanita itu menyalurkan betapa sakit selama ini dirinya bertahan atas rindu yang menikamnya. "Hiks ... Mengapa?! Mengapa kau tidak pernah membalas suratku?!" Apa yang terjadi?! Hiks ... Apa kesalahanku hingga kau menghilang seperti ini?!" racaunya sesegukan, menenggelamkan jauh lebih dalam kepalanya ke dada bidang Treven.
"Aku merindukanmu! Hiks ... selama ini aku hanya ingin melihatmu, Mayor! bertemu denganmu! Hiks ... ap permintaanku itu terlalu serakah?"
Maka ketika desakan nyeri itu menikamnya, Treven mengutuk ruas-ruas nestapa yang menyakitinya. Bibirnya bahkan tak sanggup berbicara, kedatangan Isabella yng tak terduga adalah luka terbesar yang sanggup meluluh lantakkan seluruh tembok pertahanannya kini.
"Aku bukan Mayor Jendral lagi, berhenti memanggilku seperti itu—"
"Hiks, aku tidak peduli!"
Isabella menghancurkannya lagi. Dan teringat akan pengkhianatan yang mematikan sisa-sisa hatinya. Treven sanggup merasakan netranya memanas, napasnya menderu cepat.
"Sudahlah, buang cinta lama kita yang lusuh," bisiknya pilu di dalam hati, menghantam kuat dadanya.
"Hiks ... apa yang kau katakan?! Aku tidak mengerti!" Isabella sedikit membentak dalam isakannya.
Tangan Treven gemetaran, berusaha melepas dan mendorong tubuh Isabella untuk menjauhinya. "I-Isabella ... lepaskan," lirih Treven dengan netranya yang sempurna memanas.
Bersama dengan Isabella yang menghentikan tangisannya, cengkeraman tangannya melemah, seiring tangan Treven yang menjarakkannya. Isabella mendongak dengan netra yang menggenang, mencoba menelisik jawaban dibalik tatapan penuh luka Treven. "Kau belum menjawab pertanyaanku," desaknya mencengkeram kerah jas Treven.
Treven menghindari tatapan memerah itu, menghindari netra hijau giok yang begitu dirindukannya, menghindari aroma Isabella yang menusuk di tiap ruas hatinya. "Isabell ... pulanglah," usir Treven dengan nada suara yang begitu berat, menjadikan Isabella terpaku sejenak dengan netra yang melebar tak percaya.
"Kau ... bercanda?"
"Tidak."
Oksigen seolah tak sudi memasuki paru-parunya, Isabella butuh lebih banyak lagi gurauan untuk membuatnya kali ini tertawa. Treven sangat payah bergurau. Wajah dingin itu, tatapan memuakkan dan sifat itu. Siapa pria di depannya saat ini? Dia bukanlah Treven yang Isabella kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 𝐒𝐨𝐥𝐬𝐭𝐢𝐜𝐞 : 𝐓𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧𝐠 | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 ✔️
Fanfiction[BOOK 6 / ON GOING] Pemesanan & Informasi (Instagram : Dieva_corp) ❝Bilamana kau pergi membalut duka, dikau lesap di tengah gelap. Lantas aku hanya meringkuk, digenggam harap yang penuh kelabu❞. ...