-Author's POV-
“Terima kasih, Donghae.” Ujar Hyemi sesaat setelah masuk ke dalam mobil.
Seperti biasa, Donghae tak menjawab apapun, namun tak juga langsung melajukan mobilnya begitu saja. Pria itu justru menengok ke bangku belakang dengan ekspresi penuh tanda tanya.
Tentu, Donghae butuh sedikit penjelasan kali ini. Tidak biasanya Nona yang baru saja diantar tiba-tiba minta langsung dijemput kembali, dengan berlinang air mata pula.
Hyemi yang menyadari tatapan Donghae, langsung tertawa hambar, “Ahh tidak, aku tidak menangis. Aku hanya kelilipan tadi.”
Donghae tetap bergeming di tempatnya.
Melihat respon Donghae yang seperti itu membuat Hyemi segera mengalihkan pandangannya, lalu buru-buru mengambil tisu dari dalam tas dan mengusap sudut matanya yang basah. “Berhenti menatapku, Lee Donghae. Ayo, pergi dari sini.”
“Pulang?” Sahut Donghae sedemikian singkatnya.
“Jangan..” Hyemi bicara tanpa mau membalas tatapan Donghae, “Tolong bawa aku kemana saja, tapi lebih bagus kalau itu tempat yang ramai.”
Ya, itu pasti.. kau selalu suka tempat yang ramai jika sedang sedih. Sahut Donghae dalam hati, lalu kembali menghadap ke arah depan sebelum menuruti perintah Nonanya.
Hanya Tuhan dan Donghae sendiri yang tahu, menuruti Nonanya saat ini bukan berarti dirinya menyerah. Tidak, justru Donghae sedang menunggu-nunggu kapan Hyemi akan membuka suara, menceritakan apa yang telah terjadi padanya, atau mungkin mengungkapkan bagaimana perasaannya saat ini. Sekedar memberitahu bahwa wanita itu sedang sedih. Donghae menunggu semua hal itu.
Namun, dari awal mobil melaju sampai mereka sudah lima kali mengelilingi kota Seoul, Donghae tak mendengar sepatah kata pun dari Hyemi. Wanita itu tetap bungkam sambil memandang kosong ke arah jalanan.
Sebelum-sebelumnya juga seperti ini, selalu seperti ini. Apapun yang terjadi padanya, sesakit dan sesedih apapun hatinya, Hyemi tidak pernah mengatakannya pada Donghae. Ibarat pintu, itu seperti Hyemi tutup rapat-rapat dengan gembok besar yang menguncinya. Walaupun, ya, sedikit banyaknya Donghae tahu mengenai masalah rumah tangga Hyemi.
“Kenapa ke sini?” tanya Hyemi saat mobil yang Donghae kendarai memasuki halaman parkir Taman Bermain, “Aku memang minta dibawa ke tempat yang ramai, tapi sepertinya ini tidak cocok kalau mengingat umur kita. Lagipula masih terlalu pagi, tempat ini belum benar-benar buka 'kan?”
“Tunggu disini,” kata Donghae tanpa mempedulikan ocehan Hyemi, lalu bergegas keluar dari mobil dan menghampiri petugas parkir yang ada di sekitar sana.
Tidak, Donghae tidak menanyakan jam operasi Taman Bermain tersebut. Namun Donghae menanyakan dimana tempat makan dekat sini yang sudah buka. Beruntungnya petugas yang berjaga di sana memberi arahan yang jelas, jadi Donghae dengan cepat menemukan tempat itu. Walaupun hanya tempat makan cepat saji, setidaknya itu bisa untuk mengganjal perut Hyemi yang berbunyi keras sepanjang perjalanan tadi.
Benar, perut Hyemi bunyi sejak tadi. Entah gadis itu sadar atau tidak.
Dan tidak butuh waktu lama, Donghae sudah kembali ke mobil dengan membawa beberapa bungkus makanan dan juga minuman. Donghae membuka pintu belakang dan duduk di samping Hyemi, membuat gadis itu tersentak kaget dan juga heran. Ini pertama kalinya mereka duduk bersampingan saat di mobil.
Donghae membuka burger yang dibawanya dan memaksa tangan Hyemi untuk menerimanya, lalu menyodorkan sebotol air mineral tanpa berkata apapun.
“Untukku?” tanya Hyemi sambil memandangi burger yang ada di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For a Baby
FanfictionPernikahan bukanlah akhir perjuangan hidup. Pernikahan bukan berarti akhir dari sebuah hubungan. Sesungguhnya, pernikahan adalah awal perjalanan baru. Kehidupan baru. Hanya pasangan-pasangan dengan cinta yang kuatlah yang bisa terus bertahan, mengha...