The way we talk to our children, become their inner voice
— Peggy O' Mara—
Kaisoo's House
Seoul, South Korea"Eommaaaa. . . Eomma eomma lihat Tae, lihat!" Seru Taeoh sambil berlari kearah ibunya hingga suaranya bergetar karna berteriak sambil berlari. Kyungsoo dengan langkah pelan berajaln menyusul putranya, perutnya sudah membesar mengingat usia kandungannya sudah memasuki bulan ke tujuh jadi yang bisa dia lakukan hanya beberapa hal.
"Ada apa kenapa ter. . ." Kyungsoo hampir menyemburkan tawanya saat melihat Taeoh berdiri dengan sok gagah terlebih baju yang di kenakan baju ayahnya dan entah bagaimana bisa dia mengambil dasi dari laci penyimpanan.
" Taeoh kelen bukan?!"
"Aigoo putra eomma tampan sekali, tapi baju Appa terlalu besar untuk Taeoh. Coba sini eomma rapihkan" Taeoh langsung menghampiri ibunya sambil menarik lepas dasi yang sebelumnya dia ikat sembarangan.
Kyungsoo dengan cekatan merapihkan kerah baju yang Taeoh pakai dan mulai membuat simpul dasi yang panjangnya hampir menyentuh lantai. Taeoh cukup pengertian karna di memilih berdiri di sofa tempat ibunya duduk.
"Selesai. . ." ujar Kyungsoo dan Taeoh dengan cepat turun lalu berlari kearah ruang ganti. Kyungsoo sendiri dengan langkah pelan mengikuti putranya itu.
Jika bertanya dimana suaminya, tentu pria itu sedang bekerja dengan sedikit drama. Dia diseret paksa oleh managernya karna berniat membatalkan pekerjaan dan Kyungsoo sendiri yang melaporkan hal tersebut pada managernya dan meminta untuk menyeret suaminya keluar. Dia sudah cukup sesak dengan kelakukan suaminya yang terlalu overprotektif.
"Eomma foto dulu setelah itu Taeoh gan. . ." Kyungsoo tidak melanjutkan ucapannya dan menganga tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.
"Taeoh~ya, kenapa berantakan semua." Ujar Kyungsoo lemas tidak tahu harus bagaimana, baju suaminya berhamburan di lantai tidak hanya itu jam tangan, dasi, dan topi juga bercampur aduk di lantai dan tidak berbentuk sedangkan pelakunya hanya tersenyum tanpa dosa sambil berdiri didepan cermin.
Butuh waktu cukup lama dan tenaga ekstra untuk mengembalikan semuanya, terlebih dia cukup kesal jika barang yang disusun tidak sesuai warna. Wanita itu hanya berdecak pinggang yang membuat perutnya makin menonjol. Taeoh sendiri perlahan menyadari bahwa ibunya sedang marah dan berjalan menunduk kearah ibunya.
"Eomma Tae nakal?" Tanya anak itu sambil mendongak memperlihatkan wajahnya yang ketakutan.
"Eoh, nakal. Kenapa Taeoh tidak minta bantuan eomma"
"Tae Tae mau seperti appa di ini. Appa kelen eomma, Taeoh tjuga mau."
"Tapi baju Appa terlalu besar untuk Taeoh. Dan sekarang semuanya berantakan di lantai. Lalu siapa yang akan membereskannya?" Ujar Kyungsoo tidak membentak namun masih dengan nada tegas yang membuat Taeoh hanya bisa diam sambil menunduk.
"Mianhae eomma. . ."
Kyungsoo hanya menghela nafas dan berusaha duduk dilantai, perutnya tidak memungkinkan dia untuk berjongkok.
"Kalau begitu bantu eomma untuk membereskan semuanya" ujar Kyungsoo yang membuat Taeoh menatap ibunya dengan wajah panik.
"Shilo~ telminatol imo bisa, panggil imo eomma."
" kalau begitu biar eomma yang membereskan sendiri kalau Taeoh tidak mau membantu eomma."
"Aa eomma andwae! Aaaa appa~" teriak Taeoh dan mulai menangis, Kyungsoo sendiri hanya diam membiarkannya menangis sambil melipat kembali baju-baju yang berserakan.