Redamancy

4.3K 391 42
                                    

Redamancy (n); The act of loving the one who loves you; a loved returned in full.









Kaisoo's home, Daechi-do, Seoul
28 September 2029
21.03 P.M

Kyungsoo menghela nafas sambil memperhatikan Taeoh yang terlelap di atas ranjang, anak itu baru saja tertidur setelah menangis hingga kelelahan karna ayahnya tidak mengangkat panggilannya sama sekali mengingat jadwal suaminya yang padat hingga bisa saja dia memang tidak bisa mengangkat telphonenya.

Jong-in sendiri sedang berada di Tokyo untuk fanmeeting. Harusnya pria itu bisa pulang besok pagi, hanya saja jadwalnya yang tiba-tiba berubah membuatnya tidak bisa pulang. Itu sebabnya pria itu sejak tadi mengeluh tak karuan.

" Taeoh akan melupakannya, besok pagi telphone dia dan minta maaf, hm?" ujar Kyungsoo sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. Terdengar helaan nafas panjang dari sebrang ponsel yang Kyungsoo pengang.

Kyungsoo memang sedang berbicara dengan Jong-in melalui ponsel, setelah berjam-jam mencoba menghubunginya.

"Besok ulang tahunnya dan aku bahkan belum bisa pulang. "

" Taeoh bahkan tidak tahu kalau besok ulang tahunnya." Kekeh Kyungsoo dan bohong jika Kyungsoo tidak mendengar suara pria itu menggegat giginya sendiri, dia mendengarnya dengan sangat jelas.

"Sekali saja"

"Hm?"

"Sekali saja aku ingin mendengarmu marah, tapi kenapa kau malah selalu bersikap baik-baik saja, Soo~ya"

"Hei. . . Ada apa denganmu? Kau ini mau mengajak ku bertengkar?"

"Ya, karna aku pantas di marahi karna hal ini dan kau bicara seolah semuanya bukan hal penting" ujar pria itu yang terdengar sangat marah, jujur saja Kyungsoo sedikit terkejut mengingat baru kali ini dia merajuk seperti itu.

"Jo.jong-in~a?"

"Bisakah setidaknya tidak terlalu pengertian? Kau istriku dan Taeoh anakku, tidak bisakah kau mencoba egois?! Kau selalu beralasan Taeoh tidak akan mengingatnya, Taeoh akan melupakannya karna dia masih kecil, tidakkah kau berpikir aku merasa tersingkirkan?! Melupakan?! Cara berpikirmu saja sudah menyatakan bahwa aku tidak penting di hidup Taeoh!"

" Ada apa denganmu, huh? Aku bahkan tidak punya alasan untuk marah bagimana aku harus egois! Kau bekerja untuk kami dan Taeoh memang masih kecil, dia bahkan tidak tahu apa itu ulang tahun. Ah. . . Kau takut tidak melihat bagaimana anakmu tumbuh? Itu alasanmu? Kalau begitu biarkan aku bekerja dan kau?!" Kyungsoo menarik nafas dalam-dalam berusaha mengontrol suaranya untuk tidak membangunkan anaknya.

Jujur saja dia hampir menangis, dia memang sering bertengkar dengan Jong-in, sering kali itu masalah sepele dan akan selesai saat itu juga karna mereka berhadapan. Tapi pengecualian untuk hari ini, masalah sepele lagi dan pria itu itu tidak ada dihadapanya untuk beradu argumen langsung. Dia tidak menyukainya.

" Kita hentikan sekarang, aku tahu kau lelah jadi istirahatlah. Saranghae"
Kyungsoo memilih menutup panggilan secara sepihak.


Kaisoo's home, Daechi-do, Seoul
29 September 2029
08.03 A.m

"Eomma. . ." Taeoh terdengar merengek saat turun dari tangga membuat Kyungsoo yang tadinya sibuk melipat baju di ruang tengah menoleh. Dia hanya membuka kedua tanganya lebar-lebar dan Taeoh dengan senang hati berjalan kearah ibunya lalu menjatuhkan kepalanya di bahu ibunya.

" Tae lapar?" Tanya Kyungsoo sambil mengusap kepala putranya yang tanpa sadar membuatnya mengingat pertengkarannya dengan Jong-in semalam.

Anak itu menggeleng malas dengan mata tertuju pada yang TV yang menampilkan sosok ayahnya, hanya iklan yang tak lebih dari 2 menit. Anak itu melepaskan diri dari pelukan ibunya dan menatap ibunya dengan wajah bantalnya menggemaskan, jangan lupakan rambutnya yang berantakan.

PsithurismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang