C8.H10.N4.O2.

3.8K 351 28
                                    

C8.H10.N4.O2. /caf-feine/ (n); A magical substance that makes it all better.




Jong-in menggeliat dengan tangan yang berusaha mencari seseorang yang harusnya berbaring di sampingnya dan saat menyadari istrinya tidak ada, dia beringsut bangun lalu menggapai kacamatanya yang tergeletak di atas meja dan berjalan keluar kamar. Dia masih lelah, pekerjaannya memang tidak sebanyak sebelumnya namun tetap saja membuatnya lelah, faktor usia mungkin bisa menjadi penyebab.

Pria itu berjalan kearah kamar putranya barang kali istrinya tidur di kamar itu, namun nihil yang dia temukan hanya putranya yang masih terlelap. Sedikit bingung mengingat jam sudah hampir pukul sebelas dan istrinya tidak membangunkan mereka berdua. Biasanya dia akan marah-marah jika jam sepuluh tidak ada satupun dari mereka yang bangun.

Jong-in memilih untuk menutup kembali pintu kamar Taeoh dan berjalan menuju dapur.

"Sayang. . . Soo~ya" panggil Jong-in dengan suara khas bangun tidur, tapi Kyungsoo tidak menyahut, dia tidak menemukan keberadaan Kyungsoo pagi ini yang membuat Jong-in yakin ada yang tidak beres hingga dia bergegas kembali kedalam kamarnya untuk mengambil ponsel. Sedikit terkejut saat ada notes kecil tertempel di layar ponselnya.

Aku keluar belanja sebentar, telphone aku jika Taeoh menangis.

Jong-in hanya bisa menyeringit bingung, pasalnya ini untuk pertama kalinya Kyungsoo keluar tanpa Taeoh dan wanita itu bahkan terkesan tidak ingin Jong-in membuntutinya. Memang pada dasarnya Kyungsoo tidak menyukai jika dia membuntutinya, terutama jika di tempat umum, hanya saja tidak dengan Taeoh. Istrinya pasti memilih menunggu Taeoh bangun di bandingkan meninggalkan anak itu di rumah.

Jong-in tampak gusar mengusak rambutnya, entahlah dia merasa ada yang salah. Dia benar-benar ketakutan tanpa alasan yang jelas sekarang. Pria itu memilih mendial nomor istrinya sambil berjalan keluar kamar.

"Sayang dimana?" Tanya Jong-in saat wanita itu mengangkat panggilannya.

"Wae? Taeoh rewel?" Tanya Kyungsoo yang membuat Jong-in makin gusar.

"Tidak, dia belum bangun. Dimana? Perlu ku jemput?"

" Kau menjemputku sedangkan Taeoh belum bangun. Mau kupukul?" Sungut Kyungsoo yang tampak tidak suka dengan gagasan yang baru saja di utarakan suaminya. Namun Kyungsoo sedikit terkejut saat tidak ada respon dari suaminya dan dia bisa mendengar suaminya menghela nafas.

"Jong-in~a? Ada apa?" Tanya Kyungsoo karna pria itu masih diam tak bersuara.

Jong-in memilih menghempaskan tubuhnya diatas sofa dengan lengan yang menutup matanya. Dia sedang meruntuki kebodohannya meski tak memungkiri bahwa dia sedang menyalahkan Kyungsoo karna meninggalkannya sendirian. Astaga dia bahkan bukan seorang gadis yang di tinggal kekasihnya begitu saja.

"Kau sedikit membuatku takut"

"Karna?"

"Aish cepat pulang~" rengek Jong-in yang membuat Kyungsoo hanya menggeleng tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Iya iya. . . mau makan sesuatu? Akan ku. . ."

"Ani, hanya cepat pulang, hati-hati oke? Saranghae" ujar pria itu, Kyungsoo hanya mengumam saat menyahutinya sebelum menutup panggilan telphonenya.

Akhir-akhir ini dia cukup sensitif entah karna apa dia juga tidak tahu dengan jelas penyebabnya. Dia bahkan mudah kehilangan fokus, entahlah, dia merasa waktunya terlalu banyak dia habiskan untuk kerja dan dia tiba-tiba berada di titik bosan untuk melakukan apapun.

Pria itu tersentak kaget saat mendengar suara tangis dari kamar putranya. Dia bergegas kekamar Taeoh dan perlahan membuka pintu kamar anak. Dia hanya tersenyum saat melihat Taeoh duduk diatas kasurnya sambil menangis.

PsithurismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang