"Lo darimana aja seminggu ini?" Tanya Ali saat Bio baru saja memasuki kelas."Gue ke puncak" ucap Bio "Kenapa emangnya?" Lanjutnya lagi. "Lo ke puncak ama siapa?" Tanya laki-laki itu kemudian. Bio tertawa sinis. "Emangnya apa untung lo kalo lo tau gue ke puncak ama siapa?" Ucap Bio sarkartik dan mengangkat sebelah alisnya.
"Apa lo ke puncak bareng Prilly" tanya laki-laki itu lagi. Bio pun menatap laki-laki itu sejenak. "Kalo iya kenapa?" Ucap Bio. Laki-laki itu terdiam sejenak. "Lo ngapain ama Prilly di puncak?" Tanya laki-laki itu seolah mengintrogasi Bio.
Bio pun lagi-lagi tertawa sinis. "Ali... ali... emang apa urusan lo kalo seminggu ini gue ke puncak ama Prilly? Terserah gue lah" ucapnya santai. Ali pun menggeram tapi ia sengaja menyembunyikan rasa kesal dan cemburunya. Ternyata dugaannya seminggu ini betul.
"Kenapa lo gak mau bilang lo seminggu ini ngapain di puncak dengan Prilly? Atau jangan-jangan lo nikmatin tubuh Prilly sama seperti om-om yg biasa dia layani." Ucap Ali yang mengeluarkan semua apa yg ada di pikirannya saat itu.
Bio yang kesal akhirnya menghampiri Ali dan mengangkat kedua kerah baju Ali. Ia ingin memukul wajah Ali tapi ditahannya saat kepalan tangan itu akan mengenai wajah Ali.
"Jaga mulut lo! Gue dan Prilly gak bakal segila itu! Lagian gue di puncak bertiga ama Gritte. Dan yang harus lo tau, gue nemanin Prilly di puncak buat ngehibur dia atas perbuatan lo!" Ucap Bio pelan tetapi jelas didepan Ali tanpa melepas kerah baju Ali.
Setelah mengatakan itu Bio berlalu meninggalkan Ali yang masih mematung setelah mendengar kata-kata Bio? Atas perbuatannya? Perbuatan apa yg ia lakukan hingga membuat Prilly lari kepuncak dan dihibur oleh Bio? Batinnya. Ia pun mengusap mukanya kasar. Tak tau harus berkata apa. Tapi sayang, bukan Ali namanya jika ia bisa secepat itu percaya.
*****
Seminggu berlalu bgitu cepat, ujian pun telah terlewati dengan lancar. Prilly bisa bernafas sedikit lega setidaknya dia bisa menjawab semua soal dengan lancar. Dan tinggal menunggu 1 atau 2 minggu lagi pengumuman kelulusan pun akan ada.
Prilly bangun dari tidurnya. Dia melirik Gritte yg masih tertidur lelap disampingnya. Dengkuran halus masih terdengar dari sahabatnya itu. Tidurnya masih sangat lelap mungkin efek habis begadang semalaman. Prilly memang sengaja tinggal dirumahnya dan mengajak Gritte untuk menemaninya.
Prilly lalu turun dari ranjangnya, ia berjalan santai kearah balkon kamarnya. Dilihatnya taman bunga yang tidak terlalu besar di bawah sana. Bunga-bunganya mulai bermekaran membuat taman itu makin terlihat indah.
Ia tersenyum sesaat menatap taman kecil itu. Tapi akhirnya ia melamun lagi. Mengingat kelulusan yg sebentar lagi akan terlaksana, pikirannya lagi-lagi melayang ke Ali.
'Nanti kalo kelulusan, kalo kita nyoret-nyoret baju, pokoknya nama aku yang bakal paling banyak di baju kamu' ucap Prilly . 'Iyaiya, tapi kalo aku sii gak mau hanya nulis nama aku di baju kamu' ucap Ali memandang Prilly dengan tatapan menghanyutkannya. Prilly pun menatap Ali heran. 'Kok gitu?' Tanya Prilly yg tak mengerti maksud Ali. 'Aduh, chubby, aku gak bakal hanya nulis nama aku, tapi aku bakal nulis nama kita di baju kamu. Supaya kamu selalu ingat tentang kita' ucap Ali yg sukses membuat pipi Prilly bersemu merah.
Prilly menggelengkan kepalanya sesaat. Prilly mengingat kenangan itu lagi dan Semua itu tak akan pernah terjadi.
"Lo udah bangun?" Tanya Gritte yang sudah ada di sebelah Prilly sambil mengerjapkan matanya dan menguap sesekali. "Eh, iya. Dari tadi malah" ucap Prilly sambil tersenyum. "Lo mah, pagi-pagi udah bengong aja. Mikirin dia lagi?" Tanya Gritte yang tepat sasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Broke My Heart*editing*
FanfictionPrilly Latuconsina seorang gadis kaya raya. Tapi karna kesibukan org tuanya, ia memilih tinggal bersama keluarga pamannya yg sederhana, dan tdk menampakkan kekayaannya. Suatu hari, ia bertemu dgn sosok Aliando Syarief. Ali, yg tak sengaja mengenal P...