Jimin baru turun dari kamarnya saat Taemin dan Jin Kyung sedang bertengkar kecil. Taemin membawa koper-kopernya dan saat melihat Jimin, ia membuang pandangannya.
Jin Kyung langsung menatap Jimin yang berdiri di tangga, ia menghampiri anaknya dan menaruh tangannya dipinggang dengan ekspresi wajah yang marah dalam level tinggi.
"Beginikah kau memperlakukan orang lain?" Tanya Jin Kyung.
"Beginikah Mommy memperlakukan anak kandung? Tidakkah kau mungkin bertanya dulu?"
Jin Kyung menampar Jimin, "tidak perlu kau mengajariku! Aku sudah memberikanmu kebebasan, tapi sepertinya kau tidak cukup, kau lupa siapa dirimu!"
Panas rasanya dipipi Jimin, namun kali ini Jimin tak bisa menahannya lagi, "MEMANG SIAPA AKU? Aku sendiri tidak tahu siapa aku! Apalagi untukmu! Kalian semua selalu menyudutkanku! Aku yang salah? KAU YANG SALAH, KENAPA KAU MENIKAH DENGAN LELAKI ITU DAN MELAHIRKANKU!"
Jin Kyung sudah menaikkan tangannya dan Jimin memukul pipinya sendiri. Hal itu membuat Jin Kyung terkejut. Jimin kelihatan kesakitan tapi bukannya terlihat ketakutan justru tatapan mata anak semata wayangnya itu semakin tajam. Ia menarik garis senyumnya.
"kau puas MOM?"
Jimin kembali kekamarnya dan menutup pintunya lagi. Mengunci dirinya, ia begitu hancur sekarang. Inikah yang semua orang inginkan? menghancurkannya begitu dalam. Tetes air yang menghantam batu bukan lagi mengikisnya tapi menghancurkan sang batu.
Taemin menghapus air mata palsunya. Ia sudah berada didalam taksi menuju studio Jae Hyuk Sunbae. Jae Hyuk Sunbae sudah memberikannya izin untuk sementara waktu tinggal karena Taemin mengaku bahwa ia tidak bisa pergi kemana-mana. Agensinya mengalami krisis karena salah satu personil dan Taemin harus merasakan akibatnya. Semua memang benar, berita berada dimana-mana. Ini hal menyenangkan bagi Taemin karena harapannya jauh lebih seru dari dugaannya.
Sebuah kamar cukup membuat Taemin puas memerankan dirinya saat ini. Tersakiti dan tak memiliki siapapun. Ia sekarang membereskan barang-barangnya dan berganti pakaian. Saat keluar, Jungkook sedang menunggunya.
"kau benar-benar pindah kesini?"
Taemin mengangguk, "seperti yang kau lihat."
"kemana hasil kerjamu?"
Mereka menyeduh kopi bersama di pantry, "ada tapi rasa nyaman saat ini yang paling penting. Aku tidak bisa bernafas jika berada diluar, bertemu orang tak dikenal dan aku harus keluar dari rumah Jimin."
Jungkook menghela nafasnya saat Taemin menyebut nama kekasihnya, "semua akan kembali lagi. Tenang saja."
"Jung, kenapa kau selalu baik seperti ini?"
Jungkook menyeruput kopinya, "ini kutukan karena aku tak mau melakukan ini apalagi padamu dan harus bertengkar dengan kekasihku tapi mau bagaimana lagi."
"pasti Jimin sangat kecewa, dia tak mau menegurku dan bertengkar hebat dengan Ibunya saat aku pergi." Taemin mulai terisak sembari menggenggam kuat cangkir kopinya, "kenapa semua ini harus terjadi dalam waktu bersamaan Jung? aku benar-benar malu padamu. Maaf."
Jungkook berusaha diam, tak melakukan yang biasa ia lakukan saat melihat orang kesulitan karena Jimin. Ia masih begitu mencintai lelaki itu.
"sudahlah. Kita lewati ini saja. okay?"
Mereka pun melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Jungkook berusaha untuk serius dan fokus namun setiap Taemin bernyanyi semuanya buyar. Lirik ini untuk Jimin.
Taemin keluar dari ruang rekaman, "kurasa kau harus menemui Jimin."
"haruskah?"
Taemin mengangguk, "cepatlah, kita bisa melanjutkan ini lagi besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Time • Jikook {REVISING-COMPLETED)
Fanfic"Sebelum pria perfeksionis itu datang menghantuiku, yang aku tahu hanya hitam dan putih karena aku sudah menghapus seluruh jajaran warna agar lebih nyaman. Jimin, dia mengacak-acak pertahananku dengan ketulusan yang dia pancarkan diam-diam. Semua se...