Angin hari ini cukup membuat Jimin agak sedikit tidak nyaman. Untuk berjaga-jaga, ia memakai sweater dengan belang-belang yang sangat serasa dengan slim pants hitam yang membuat tubuhnya terkuhat sedikit lebih tinggi dan ramping. Bagi Jimin ini adalah tampilan sederhana namun bagi yang melihat, Jimin seperti berjalan di atas catwalk.
Buku-buku di tangan Jimin adalah bahan yang ia gunakan untuk membuat ulasan sebagai tugas sebelum pertengahN semester. Jimin memang suka membaca karena ia bisa kabur dari kenyataan, terutama Mami.
Bukan karena ia benci ibunya namun ia lelah dengan semua ceramahan yang tentunya tanpa Ibunya bilang pun Jimin tak akan repot-repot merusak hidupnya. Belum lagi saat sang Ibu membanggakan anak temannya yang bahkan Jimin saja tidak kenal.
Ruang loker ini selalu diramaikan oleh para mahasiswa. Bukan hanya untuk bertukar buku namun disana juga menjadi ajang untuk mencuri waktu mengobrol, memamerkan fashion style, rok pendek dengan paha mulus atau tattoo terbaru yang dibuat dan juga menjadi tempat dimana beberapa orang bisa menikmati wajah cantik Jimin yang selalu menghabiskan waktunya untuk merapihkan lokernya dari berbagai macam surat yang tak pernah ia baca.
Jimin tak mengerti, mengapa mahasiswa atau mahasiswi disini sangat membuang-buang waktu. Salah satunya adalah sahabatnya yang sekarang sedang berciuman dengan seorang junior laki-laki. Padahal belum lama ada mahasiswi bertanya mengenai Taehyung.
Jimin menutup pintu loker dan berjalan menghampiri Taehyung dengan tangan yang otomatis menarik kerah Taehyung agar lelaki itu mengikutinya kekelas. Jika Jimin tak berinisiatif maka hancur sudah nilai Taehyung.
Lelaki bersenyum kotak itu tak akan bisa marah, ia merangkul Jimin dan tersenyum dengan wajah tanpa dosa.
"Sarapanmu menjijikan!" komentar Jimin.
"Anggap saja makan bubur di pagi hari Jim, lembut dan tidak bisa kenyang."
"Kau bisa melakukan itu hanya pada satu orang, tidak berganti setiap minggu!"
Taehyung melepaskan rangkulan dan melipat kedua tangan di dada seakan ia ingin berbicara dengan serius, "Tidak seru! Kau tahu aku berjiwa bebas, seperti burung elang!"
Hidung Jimin mengerut, "Kau gila."
Bukannya marah justru Taehyung malah tersenyum, "Itu kau tahu, ayo! Masih pagi sudah marah-marah."
Jimin dan Taehyung masuk kedalam ruang kelas pelajaran statistik. Dengan langkah seribu, Taehyung kabur ke baris paling belakang. Jimin hanya menggelengkan kepala dan duduk di baris ke dua. Mata Jimin tidak sengaja menangkap sosok Jungkook sedang memakai kacamata dan membaca buku dengan serius. Ia juga duduk di baris depan.
Jimin mengeluarkan buku catatannya dan tak lama kemudian sang dosen masuk. Kelas dimulai dengan pengenalan metode penelitian dan lain sebagainya.
Jimin punya gaya belajar dengan audio dan menulis. Ia tidak perlu melihat siapa yang menjelaskan. Namun konsentrasi Jimin pecah karena hampir semua orang berisik dan si dosen hanya sibuk mengoceh di depan kelas. Jimin mengedarkan pandangan dan cukup kaget karena Jungkook menangkup dagu dengan pandangan lurus ke dosen.
Dengan baju kaos hitam, tangan bertattoo. Ia memiliki deretan anting ditelinga, dipelipis dan juga dibibirnya. Jimin tidak pernah memperhatikan hal itu sebelumnya. Rambut Jungkook sedikit ombak berwarna hitam pekat dan sekarang tangan bertattoonya menyibak rambut yang turun saat ia menunduk untuk melihat buku.
Tak sadar Jimin berdecak kagum, rahang Jungkook begitu tegas saat lelaki itu menatap papan tulis yang berisi rumus-rumus yang baru di tulis oleh dosen, sial! Jimin menyadari bahwa ia membuang waktu dan langsung berusaha kembali fokus. Jimin menggigit ujung bolpoinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Time • Jikook {REVISING-COMPLETED)
Fanfiction"Sebelum pria perfeksionis itu datang menghantuiku, yang aku tahu hanya hitam dan putih karena aku sudah menghapus seluruh jajaran warna agar lebih nyaman. Jimin, dia mengacak-acak pertahananku dengan ketulusan yang dia pancarkan diam-diam. Semua se...